Rabu, 15 Juli 2009

Loving the Critics?

Oleh: Hingdranata Nikolay

Pernah mengucapkan atau mendengarkan orang lain mengucapkan kalimat seperti: “Itu ide yang bodoh”, “Mana mungkin itu bisa berhasil?”, “Tidak akan bisa berhasil”, “Kamu benar-benar tidak memahami hal ini”, “Kamu tidak peduli dengan orang lain”, dan sejenisnya?

Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat yang mewakili peran ‘CRITIC’ dalam NLP. Di NLP dikenal 3 peran, DREAMER, REALIST, dan CRITIC. Peran ini memainkan fungsi sesuai namanya. DREAMER adalah peran kreatif, pemimpi ide, out of the box, fantasi, dan sejenisnya. REALIST menempatkan segala sesuatunya di tempatnya, mengorganisir dan menjamin efektifitas. CRITICS bertanya apa yang salah dari ini, bagaimana menurut pendapat saya tentang ini, atau bagaimana kita membuatnya lebih berguna, atau efisien?

Peran CRITIC ini merupakan peran yang sulit diterima responnya, terutama apabila kurang mawas akan efek yang ditimbulkannya ke partner komunikasi, dan partner komunikasinya lebih memperhatikan perilakunya dibanding NIAT-nya. Dalam banyak kesempatan saat berkomunikasi, CRITIC melontarkan kalimat-kalimat yang hanya memaksa orang lain untuk setuju atau tidak setuju. Ini ‘seperti’ meminta partner komunikasi menjadi kawan atau lawan. Ini yang menyebabkan dalam melontarkan kata-kata dari peran CRITIC, kata-kata kita tersebut seringkali tidak disukai. Bayangkan orang berkata kepada Anda ‘Itu ide terbodoh yang pernah saya dengar’ atau ‘Kamu sudah gila yach?’.

Padahal, NIAT dibalik peran CRITIC ini sebenarnya POSITIF. Karena itu di NLP, anjurannya adalah pisahkan perilaku dari NIAT, dan NIAT adalah POSITIF.

Coba bayangkan saat kita melontarkan sebuah ide, yang bisa dipersepsikan sebagai pesan agar partner bicara saat itu berperan sebagai CRITIC untuk memberikan feedback terhadap ide tersebut, lalu dia langsung mengatakan bahwa ‘Itu tidak masuk akal!’. Ini menempatkan kita pada posisi ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’ dengan pendapatnya tersebut. Yangmana, sedikit banyak membawa pesan ‘negatif’, bahkan seolah mengirimkan pesan bahwa yang mengungkapkan itu bodoh sekali, untuk bisa mengungkapkan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu. Dengan proses generalisasi yang kuat pengaruhnya di pikiran kita, apabila terjadi kedua atau ketigakalinya hal seperti ini, kesempatannya sangat kecil bagi kita untuk bahkan menyampaikan ide kita kepadanya di kemudian hari. Ini sebabnya orang dengan kecenderungan berperan sebagai CRITIC dalam banyak situasi, kurang disukai. Ekstrimnya, DREAMER dan CRITIC bukanlah peran yang bisa bersahabat dengan baik apabila tidak punya kemampuan komunikasi yang efektif.

Walau beroperasi dari sisi ‘mismatch’ atau ‘mencari’ yang salah, CRITIC sebetulnya bisa mendapatkan respon lebih positif dari partner bicaranya, apabila paham teknik komunikasi dan pola membingkai kalimat lebih efektif.

Kalau kita mau mundur sejenak dan memikirkan kira-kira apakah NIAT yang lebih tinggi dari sikap partner bicara tersebut dengan mengatakan demikian? Mungkin dia ingin agar kita tidak membuang waktu dengan ide yang menurutnya tidak bagus? Nah, di sini, NIAT-nya khan positif. Dia ingin Anda tidak buang waktu. Bagaimana apabila dia bisa menjawab dengan lebih efektif: “Saya melihatnya sebagai sesuatu yang sulit, bagaimana sampai kamu bisa yakin akan berhasil?” Yangmana lebih positif, fokus ke SOLUSI, dan tidak menyudutkan.

Salah satu cara terbaik untuk menjadi CRITIC adalah dengan berpikir dan berkata-kata dari SOLUTION FRAME, bukannya PROBLEM FRAME. Jadi, dibanding mengatakan ‘Ide itu bodoh sekali’; yangmana menempatkan fokus ke masalah dan menyerang partner bicara, seorang CRITIC bisa bertanya ‘bagaimana menurut kamu ide kami itu bisa efektif, karena menurut saya agak sulit’, lalu mengeksplorasi dan men-challenge secara positif idenya. Atau dibanding berkata ‘Itu khan bukan tugas saya?’, misalnya, kita dapat berkata ‘Mari kita lihat siapa orang yang paling tepat posisi dan perannya untuk mengerjakan ini’. Kedua contoh di atas menempatkan fokus CRITIC pada SOLUSI. Dan perhatikan bahwa kedua contohnya membawa NIAT positif, hanya saja dibingkai dengan kurang efektif. Dengan bingkai berbeda, yakni lebih ke solusi, peran CRITIC lebih bisa diterima.

Jadi, PILIHAN SIKAP hari ini, apabila Anda dalam posisi atau peran CRITIC, yang dimintai atau memberikan feedback, yang ingin mencari atau menemukan kekurangan dalam sebuah ide, Anda mempunyai PILIHAN untuk membingkai kata-kata yang lebih fokus ke SOLUSI. Apalagi, apabila selama ini Anda dikenal sebagai seorang dengan kecenderungan CRITIC yang lebih suka dijauhi.

Sedangkan apabila Anda cukup sering berada di ujung yang lain, yang sering menerima kata-kata berbau peran CRITIC, Anda sekarang tahu punya PILIHAN untuk melihat lebih dalam dan bertanya dahulu NIAT POSITIF apa dibalik kata-kata partner bicara, sebelum bereaksi.


by http://www.inspirasiindonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar