Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Februari 2013

Pebisnis Pemula Waspadai 5 Kesalahan Ini !

Seorang wirausaha dikenal memiliki banyak sisi yang berkaitan dengan kualitas. Dari ketekunan, keterampilan, kepemimpinan, perilaku yang baik, dan banyak aset, akan membimbing mereka menjadi sukses.

Namun, beberapa pengusaha sukses pun tak luput dari kesalahan, bahkan tak jarang membuat mereka terpuruk. Wirausahawan sejati akan kembali bangkit dari keterpurukan itu dan kembali sukses.


Penulis "How They Did It: Billion Dollar Insights from the Heart of America," Robert Jordan, telah mempelajari berbagai perilaku wirausahawan. Ia mencatat, ada lima kesalahan para pebisnis pemula. Berikut lima catatan kesalahan para wirausahawan dalam mengembangkan bisnis, seperti dilansir Blackenterprise:

1. Takut untuk mengambil alih.


Beberapa orang saat pertama kali berbisnis menganggap hal tersebut sebagai bisnis sampingan. Saat titik tertentu, Anda harus memutuskan untuk terjun penuh ke dalam bisnis.

2. Mempekerjakan orang yang salah.


Mengembangkan bisnis bukan merupakan pekerjaan satu orang. Anda harus membentuk tim kerja yang solid, dengan manajemen yang solid pula. "Bahkan, seorang pendiri tunggal juga mencari mitra," katanya.

3. Tidak ingin menyerahkan kontrol.


Ada dua jenis kontrol, ekuitas dan operasional. Kadang, para pebisnis pemula terlalu semangat dalam mengembangkan bisnis, dan hal tersebut membuat mereka sulit untuk memberikan tanggung jawab ke orang lain untuk mengontrol.

"Akan ada suatu titik ketika Anda harus membiarkan orang-orang yang lebih baik dari Anda, untuk diserahi pekerjaan pada hal-hal tertentu," katanya.

4. Cepat puas diri.

Beberapa pebisnis pemula percaya bahwa mereka telah mencapai titik keberhasilan, titik aman, dan zona nyaman. Namun, orang yang memiliki jiwa wirausaha tidak akan melakukannya, dan terus berinovasi.

5. Gagal untuk melihat peluang baru.


Banyak pebisnis pemula meremehkan dan cenderung mengabaikan hal-hal yang menjadi peluang mereka, seperti memenuhi kebutuhan orang lain. Sedikit orang yang mengerti hal tersebut. Hanya orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha yang dapat melihat peluang tersebut dengan cara lain.

Bagaimana dengan kita ?

SUMBER

4 Alasan Salah Menjadi Pebisnis

Setiap orang bermimpi sukses dengan memiliki usaha sendiri. Tidak semua berhasil mewujudkan mimpi tersebut, banyak yang gagal. Ada empat "penyakit" yang akan menjangkiti setiap wirausaha, kenali, dan hindari "penyakit" tersebut.

Dilansir dari Inc, pemilik Evernote, Phil Libin, mengatakan banyak orang bermimpi sukses dengan berwirausaha, namun banyak juga yang gagal. Kegagalan dapat dideteksi dari awal, yaitu lewat tujuan berwirausaha.


Jika salah satu alasan seseorang berwirausaha ada di bawah ini, sebaiknya dia tidak memulai untuk berbisnis. Berikut empat alasan penyebab bisnis seseorang gagal:

1. Anda ingin menjadi bos.


Jika dari awal cenderung bersikap layaknya "bos" dalam usaha dan hanya minta dilayani staf, sebaiknya urungkan niat Anda berwirausaha. Setiap wirausahawan harus memahami, pekerjaan nomor satu adalah memastikan orang-orang di bawah ikut sukses. 

Berwirausaha bukan berarti menjadi bos, melainkan menolong para staf untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Langkah yang harus dilakukan adalah menghapus hambatan mereka, sehingga dapat mengerjakan tugas dengan baik. Kerja sama antara Anda dan staf harus saling menguntungkan.

2. Anda ingin waktu luang.


Ada pemikiran yang berkembang, dengan memiliki perusahaan sendiri, seseorang bisa bebas sesukanya. Jika Anda ingin mempunyai waktu luang, sebaiknya tidak usah menjadi pengusaha. Anda hidup dan bernapas dengan bisnis. Anda tidak bisa memikirkan hal lain selain bisnis.

3. Anda ingin mendapatkan uang melimpah dalam semalam.


Tidak ada satu pun usaha yang langsung besar dalam semalam. Sebagus apa pun model bisnis Anda, akan memerlukan waktu untuk tumbuh secara masuk akal.

4. Tak bisa menerima kegagalan.


Jika ingin memulai bisnis, harus siapkan mental untuk kehilangan segalanya. Bila cukup beruntung, Anda cuma kehilangan investasi. Namun, jika gagal, Anda akan kehilangan tempat tidur. Pastikan berwirausaha secara tepat, agar tidak mengalami risiko kerugian yang besar.

Kira-kira, kesalahan mana yang mendominasi ? 

Melihat Tanpa Mata, Mendengar Tanpa Kuping

Malam ini hujan rintik-rintik di kota Medan tempat saya tinggal untuk sementara. Kebetulan, sambil makan malam, saya buka salah satu program acara TV yaitu Rumah Perubahan dengan host nya Pak Rhenald Kasali.

Topik yang dibahas menarik. Dengan bintang tamu pengusaha ekspor hasil laut dan penerbangan Susi Air, ibu Susi Pudjiastuti, pembahasan tentang cita-cita yang tak kesampaian tapi berbuah manis menjadi topik paradoks yang merayu saya untuk menonton acaranya. Maklum, saya juga pemilik cita-cita yang tak kesampaian kok :)

So, apa yang menjadi top mind advice oleh seorang ibu Susi ? Berikut ini menjadi inspirasi untuk kita semua :

Sekolah vs Berpendidikan
Sering kita mendengar bahwa untuk sukses, maka kita harus sekolah. Faktanya, kebanyakan orang yang tak mulus jalur pendidikannya, seperti ibu Susi yang notabene cuma lulus kelas 2 SMA, bisa mendulang sukses diluar perkiraan kebanyakan orang. Namun juga banyak orang yang berpendidikan juga sukses dengan bisnis dan juga karirnya. 


Apa yang menjadi benang merah paradoks tak mulus berpendidikan namun sukses luar biasa?

Era modern saat ini, ada namanya sekolah gratis, super lengkap dan bisa diakses kapan saja dan dimana saja untuk sharing pengetahuan sesuai dengan kebutuhan, yaitu Google University atau lebih dikenal dengan mbah gugel. Dengan dipadu dengan mempertajam bahasa Inggris, terus berpikir untuk meningkatkan kelas kualitas diri, menjadi senjata ampuh untuk meraih sukses walau dengan latar belakang sekolah yang tak tamat.

Teknologi sudah sedemikian friendly user dengan siapa saja, maka pergunakanlah untuk meningkatkan pengetahuan secara praktis, mudah dan gratis. It's so simple :)



Melatih Intuisi
Sebagai pemain kecil di bisnis transportasi penerbangan, maka menjadi suicide jika harus berkompetisi dengan pemain besar penerbangan sekelas Garuda. Ada ceruk pasar yang sangat dinanti konsumen di daerah-daerah yang sulit mendapat akses transportasi udara. Nah, Susi Air menjawab kebutuhan tersebut sehingga Susi Air dikenal dengan penerbangan perintisnya seantero Nusantara. Dengan 40-an unit pesawat muatan kecil, seakan menjadi oase bagi ceruk pasar di kawasan yang sulit akan kebutuhan transportasi yang cepat dan tepat di daerah terpencil.

Nah, disinilah intuisi bermain. Integrasi antara intuisi bisnis yang giat diasah dipadu dengan kemampuan analisis yang mumpuni, begitu bisnis sudah dipromosikan, menarik konsumen menjadi sangatlah mudah. 

Tools untuk mencari ceruk pasar dalam bisnis salah satunya adalah intuisi. Semakin intuisi mendominasi, maka disitu ada peluang emas. Maka advice yang menarik dari seorang Ibu Susi Pudjiastuti adalah :
" Melihat Tanpa Mata, Mendengar Tanpa Kuping"

Kira-kira, adakah pelajaran entrepreneur yang lain yang bisa kita petik dari pemilik Susi Air ?

Untuk melatih intuisi bisnis bagi pemula, silahkan baca situs ini

My Proud For Rumah Perubahan

The Zero

Pernahkah Anda diajarkan oleh guru/ dosen tentang nilai kegagalan ? Saya pikir kita semua dituntut untuk mencari sendiri nilai kegagalan dari berbagai media untuk mempelajarinya. Berikut Mas Yuswohady berbagi tentang arti kegagalan.

Kegagalan, apalagi jika kegagalan itu adalah keterpurukan hingga di titik terbawah, seringkali kita sikapi sebagai malapetaka, sebagai akhir segalanya. Keterpurukan di titik nol seringkali menjadikan kita ciut hati, undermotivated, dan berat memulai lagi dari bawah. Akibatnya, keterpurukan menjadikan kita makin terpuruk. Kita kian terjebak dalam pusaran keterpurukan.

Tapi kenapa kita tidak berpikir sebaliknya? Kenapa kita tidak menjadikan posisi terpuruk di titik nol sebagai sebuah energi luar biasa untuk bangkit. Kenapa kita tidak menjadikan keterpurukan di titik nol sebagai sinyal bahwa kita harus membangun sense of crisis, sinyal untuk mengetatkan ikat pinggang. Kenapa keterpurukan di titik nol tidak menjadikan kita ringan melenggang menggapai capapian-capaian luar biasa di depan. Kenapa keterpurukan di titik nol tidak kita jadikan momentum untuk change the world.

Saya melihat keterpurukan di titik nol adalah “harta karun” bagi kesuksesan kita karena ia menyimpan begitu banyak pelajaran, keutamaan, dan wisdom luar biasa. Karena itu, bahkan ketika kita tidak sedang terpuruk, kita harus menciptakan mindset keterpurukan di titik nol agar kita tidak ponggah, tidak sombong, tidak sok tahu, tidak malas, tidak terjebak di zona nyaman.

Bicara mengenai keterpurukan di titik nol, role model saya adalah Steve Jobs. Banyak orang mengagumi Steve karena kepiawaiannya mencipta inovasi hebat: Mac, iPod, iPhone, iPad. Saya justru mengagumi dia karena kemampuannya bangkit dari keterpurukan di titik nol.

Belajar dari Steve Jobs
Saya adalah Steve Jobs fans. Karena itu saya sangat senang ketika Jumat (11/11) lalu saya diminta hadir di teman-teman XL, berbicara mengenai, “Steve Jobs… what we can learn from him.” Di kantin kantor pusat operator seluler kedua terbesar Tanah Air ini saya gayeng berdiskusi dengan seratusan orang mengenai seluk-beluk kualitas personal seorang Steve Jobs. Dari sekian banyak pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari dia, ada satu yang sangat mempengaruhi saya.

Saya katakan di situ bahwa Steve adalah the real hero. Seorang the real hero tak hanya mengecap kesuksesan semata. Ia juga pernah gagal, bahkan kegagalan di titik terbawah dan terpuruk. Namun di tengah keterpurukan di titik nol, the real hero bisa bangkit lagi dan menuai kejayaannya kembali.

Steve mengalami kegagalan fatal saat dia dipecat dari Apple oleh CEO nya waktu itu, John Sculley. Pemecatan ini menyakitkan karena justru Steve lah yang merekrut dan membawa masuk John Sculley untuk mengurusi pemasaran Macintosh. Seperti kita tahu, sepeninggal Steve waktu itu, nasib Apple menjadi makin runyam.

Menjadi Pemula
Apa komentar Steve mengenai pemecatan yang menyakitkan tersebut? “…getting fired from Apple was the best thing that could have ever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. It freed me to enter one of the most creative periods of my life.”

Hebatnya Steve, ia tidak menyikapi pemecatannya secara negatif dan pesimistik sebagai sebuah kekalahan dan akhir segalanya, tapi justru sebaliknya membebaskannya memasuki masa-masa terkreatif dan terproduktif  dalam perjalanan hidupnya.

Yang menarik, memulai kembali di titik nol justru menjadikan Steve punya energi luar biasa untuk berkreasi yang kita tahu akhirnya mengantarkannya untuk mencipta produk-produk paling kreatif dalam sejarah umat manusia: iPod, iPhone, iPad. Kondisi serba keterbatasan di titik nol ini justru memberikan spirit luar biasa untuk merengkuh kesuksesan.

Yang paling saya suka adalah penyataan Steve bahwa kondisi di titik nol menjadikannya ringan melangkah sebagai seorang pemula. Ya, karena ketika Anda berada di puncak kesuksesan maka setiap langkah Anda akan disorot orang lain, sehingga kita merasakan beratnya langkah kita. Sebaliknya, ketika kita terpuruk di titik nol, maka kita tidak lagi dianggap, kita tidak lagi diperhitungkan orang lain. Karena tidak diperhitungkan, maka langkah kita jadi ringan, plong melakukan dan berkreasi apapun.

Yang juga saya suka dari pernyataan Steve adalah bahwa kondisi di titik nol menciptakan ketidakpastian dan ketidakmenentuan. Ketidak pastian dan ketidakmenentuan menjadikannya berpikir 1000% lebih keras, bekerja 1000% lebih keras, berkreasi 1000% lebih keras. Ketidakpastian dan ketidakmenentuan menjadikannya keluar dari zona nyaman. Kalau meminjam kata-kata Andy Grove pendiri Intel, ketidakpastian dan ketidakmenentuan menjadikan kita paranoid. Dan kata dia, “Only the paranoid survive!!!”.

Musuh Kesuksesan
Musuh kesuksesan adalah kesuksesan itu sendiri. Itulah pelajaran yang kita petik dari keterpurukan Nokia. Kesuksesan memang menciptakan kondisi enak, nyaman, dipuja-puji, disanjung-sanjung, ditiru-tiru, dijadikan role model, dianggap paling hebat. Kondisi serba enak dan nyaman ini seringkali menjadikan kita lupa. Kondisi paling parah adalah kalau kesuksesan menjadikan kita malas berpikir keras, malas bekerja keras, malas berkreasi keras, malas belajar keras. Ketika itu terjadi maka kiamat di depan mata.

Karena itu, justru ketika kita sedang merayap ke atas mendaki kesuksesan; mindset berpikir kita harus berjalan ke arah yang sebaliknya, merayap menuju ke posisi keterpurukan di titik nol. Itu artinya, saat kita sudah menggapai di titik terpuncak kesuksesan, saat itu juga mindset berpikir kita harus sudah ada di posisi keterpurukan di titik nol.

Mindset keterpurukan di titik nol adalah harta karun kita untuk mencapai sukses berkesinambungan. Ia memberikan pelajaran, kebajikan, dan wisdom luar biasa. Ia membantu kita keluar dari penyakit kronis kemapanan.



“Life begins at the end of comfort zone.”

Jumat, 08 Februari 2013

Menjadi Story Teller Presentator

Dalam dunia bisnis, kemampuan untuk menyampaikan ide adalah hal yang sangat penting. Untuk mewujudkan ide-ide kreatif menjadi bisnis besar yang sukses, entrepreneur harus dapat meyakinkan investor bahwa idenya layak dijual. Oleh karena itu, skill untuk menyampaikan ide melalui presentasi harus dimiliki oleh setiap orang.

Melakukan presentasi dengan persuasif tidak mudah dilakukan. Selain skill berbicara di depan umum, kemampuan untuk mendesain materi presentasi juga penting untuk diperhatikan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi para pebisnis pemula yang baru buka usaha. Orang-orang dengan jabatan CEO sekalipun masih membutuhkan kemampuan presentasi yang baik untuk menyukseskan proyek dan berbagai kesepakatan strategis perusahaan.


Chris Norris, Presiden dan CEO pada Alta Devices membagi pengalamannya dalam membuat presentasi yang persuasif. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip storytelling dalam presentasi. Ada dua hal dari pendengar yang harus bisa disentuh oleh seorang presenter, yaitu emotional appeal dan  analytical appeal. Seperti apa penjelasannya, simak dalam video berikut:



Almarhum Steve Jobs termasuk sebagai presenter yang kelas dunia yang menerapkannya. Bagaimana dengan kita ? 

SUMBER

Minggu, 27 Januari 2013

Narkoba Raffi Ahmad Dan Marketing

Dunia marketing memang sangat dekat dengan pekerjaan memahami kebutuhan pasien, ups, pasar maksud saya. 



Hari ini atensi saya lagi-lagi terusik dengan penggerebekan rumah artis kenamaan Raffi Ahmad atas sangkaan pesta narkoba dengan beberapa artis yang juga ikut dalam pesta tersebut dari berbagai media massa yang saya peroleh. Saya sempat berpikir, apakah masih kurang dengan materi yang sudah dengan susah payah mereka peroleh, harus ditambah lagi dengan barang yang namanya narkoba untuk memuaskan "want" yang selama ini kurang terpenuhi ? 

Saya tidak berbicara soal kronologi penggerebekan, tapi fokus saya adalah jagonya sang marketer narkoba menggaet pasar papan atas. Bagaimana sih kok bisa ? 

Kembali lagi kita membahas rahasia marketer sukses :

1. Kemampuan yang tidak boleh tidak dimiliki para marketer adalah memahami peluang / kebutuhan / keinginan pasar. Jeli melihat peluang adalah syarat mutlak marketer. Para marketer narkoba (yang kemudian saya singkat MN) adalah ahli dibidangnya. Pasar artis adalah pasar yang dinamis dengan gaya hidup dunia gemerlap, beban kerja ekstrim sebagai seorang artis, sehingga dengan kondisi seperti itu, psikis pasar ini sangat gampang untuk goyah dan biasanya membutuhkan suatu pelarian. Pelarian itulah oleh para MN merekayasa pasar ini untuk menaikkan omset produk narkoba. 

2. Teknik promosi yang below the line ala MN cukup memiliki proses. Di mulai dari pendekatan awal lewat mengikuti gaya hidup pasar ini, kemudian mempenetrasi pasar lewat promosi lewat mouth of marketing dibumbui dengan teknik komunikasi persuasif. Logikanya, karena produk yang dipasarkan adalah barang sangat terlarang, maka tentu tidak mungkin menggunakan promosi terang-terangan misal lewat brosur, billboard dan bahan promo eksplisit lainnya (wong edan kalau ada MN yang buat promosi terang-terangan) 

3. Membangun jaringan distribusi yang kuat dan tanpa diketahui oleh siapapun untuk memasok narkoba adalah kunci sukses bisnis ini. Konsumen narkoba adalah over demand mind. Artinya dengan kondisi apapun, konsumen akan "sangat memaksakan diri" untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang haram itu, maka perlu jaringan distribusi yang sangat kuat dan diam-diam (stealth) 

Ke-3 hal sederhana di atas adalah keseharian para marketer produk apapun itu. Biar bagaimanapun, selama ada pasar, ada manusia yang lain memanfaatkan peluang pasar, selama itu pula lah bisnis berjalan dan para marketer yang menjadikan produk yang dihasilkan sampai ke tahap penikmatan produkoleh konsumen. 

Nah, dengan kasus ini, kebetulan juga saya sangat menjauhi barang haram narkoba, maka strategi untuk mematikan bisnis ini adalah menyerang pasar atau mematikan produsen narkoba itu sendiri. Propaganda anti narkoba tidaklah cukup seperti yang sering kita lihat melalui plang jalan anti narkoba dan mass media.

Jikalau bisa, justru dengan peluang pasar seperti ini, mungkin berbagai bisnis yang sifatnya jasa untuk menampung "pelarian" para artis ini seperti bisnis outbound, jasa terapi pijat, atau jasa dekat dengan Tuhan melalui ustad, pendeta dan para pemuka agama juga bakal laku melihat behaviour pasar artis seperti ini adalah mereka yang tak taat lagi dengan Tuhannya kali ya ? 

Makanya, bisnis tandingan narkoba yang berperan sebagai "good" juga harus gencar melakukan kegiatan marketing layaknya para MN dong :-)

Note:
Tulisan ini hanyalah opini marketing semata. Penulis mendukung 100% gerakan anti narkoba selamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran.









Rabu, 28 November 2012

Pelanggan Yang Loyal

Apa arti penting sebuah pelayanan ? Begitu kita sudah melakukan aktivitas jual beli sebagai pelanggan, apakah ada rasa kepuasan yang diperoleh atas bentuk pelayanan yang diberikan?

Pelayanan yang memuaskan (excellent service) adalah bagian dari aktivitas bisnis. Tanpa pelanggan yang puas terhadap pelayanan yang diberikan niscaya bisnis yang dijalankan akan runtuh.


Yang menjadi pertanyaan, karena keterbatasan kreatifitas kita untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan, lantas apa yang bisa diperbuat untuk pelanggan kita? Video ini memberikan inspirasi:


Dari contoh yang ditayangkan oleh video tadi, jelas sudah bahwa pelayanan yang unik tidak memerlukan biaya yang besar. Selain diperlukan ketulusan hati memberikan pelayanan, prinsip "memberi" mutlak diperlukan, konsistensi juga jangan dilupakan.

Semoga hari ini kita memberikan senyuman yang tulus kepada pelanggan, orang tua, kekasih, anak dan teman-teman kita ya ;)




Jumat, 16 November 2012

Empati, Mi Instan & Harapan

"Hidup tak selezat mi instan..." - Anonym

Siapa yang tak suka dengan hal yang instan ? Contohnya, kaya mendadak karena lotre, dapat warisan entah darimana datangnya, atau menjadi artis idola lewat jalur kompetisi dan hal-hal instan lainnya yang tak bisa disebutkan semuanya.

Semua hal instan tersebutselain dapat menghemat waktu, tenaga, materi dan lain-lain, memang sudah menjadi bagian dari sifat manusia untuk menyukai proses instan.

Nah, siapa yang suka mi instan ? Saya juga suka kok. Selain mudah penyajiannya, aroma yang menggoda dan rasanya yang lezat memang sengaja dirancang agar membuat kita puas dengan mi instan. Tahukah Anda informasi kesehatan tentang min instan yang biasa beredar di pasaran ?

Saya pastikan Anda juga bisa mencari artikel tentang bahaya dari memakan mi instan secara intens. Dampaknya bisa memicu kanker, usus di potong, dan lain sebagainya.

Tapi di beberapa lapisan masyarakat khususnya ekonomi lemah, mi instan justru menjadi pelipur lara perut yang kosong. Bayangkan, dengan uang seribu Rupiah saja sudah bisa menikmati seporsi mi instan setara dengan sepiring nasi untuk mengganjal perut. Layaknya, mi instan hanyalah sebagai makanan darurat saja sebagai pengganti makanan utama.

Empati

Tidak bisa dipungkiri, sebenarnya mi instan lebih di asosiasikan dengan makanan si jelata. Jelata bagi keluarga kurang mampu, mahasiswa berkantong tipis, dan seperti saya yang harus berhemat untuk biaya hidup setelah akad nikah, hehehehehehe...

Mari kita berhitung dulu ya. Jika dalam sehari kita makan 3 kali sehari dengan hitungan per sekali makan habis uang Rp 10.000/ porsi/sekali makan dengan minum hanya air putih masak, maka dalam sebulan habis biaya makan hingga rata-rata Rp 900.000/bulan.

Jika dengan makan mi instan hanya habis biaya Rp2.500/ porsi/ sekali makan dengan asumsi sehari 3 kali makan dan minum air putih masak, maka dalam sebulan hanya habis Rp 225.000/ bulan. Bandingkan perbedaan angka 900.000 dengan 225.000. Perbedaan angka yang fantastis jika dilihat dari sisi rakyat jelata.

Harapan

Bukan tanpa alasan memindahkan kebiasaan sehat menjadi makan-makanan instan yang murah. Saya setuju dengan Anda dengan jawaban alasan PENGHEMATAN. Alasan klasik seperti gaji tanggal 1 sudah koma alias gaji sudah tak cukup untuk menutupi kebutuhan pokok padahal baru tanggal muda, alasan menabung untuk investasi masa depan, atau alasan-alasan yang lain.

Bukan berarti para mahasiswa harus dipaksa untuk tidak makan mi instan kalau toh juga biaya pendidikan makin mahal. Tapi itulah korelasinya jika biaya pendidikan makin tinggi, sudah seharusnya makin mengencangkan ikat pinggang dan memberi isi perut dengan mi instan.

Bukan berarti dengan paksaan ekonomi makin banyak warga pinggiran makin memfavoritkan makan mi instan dan traditional dry rice ( nasi aking) sebagai dampak makin sulitnya mendapatkan penghidupan yang layak di negeri sendiri.

Empati & Harapan

Apakah arti empati bagi kita semua jika ada tetangga di sebelah masih harus menahan lapar? Apakah kita masih sanggup menggantungkan harapan dari berseliwerannya mobil box mi instan yang sedang mendistribusikan mi instannya ? Atau, masihkah kita harus miskin dengan makanan pokok mi instan ?

Ditengah saudara-saudara kita yang masih mengkonsumsi pangan mi instan, masih ada harapan untuk perjuangan penghidupan layak , seperti pendidikan yang terjangkau, menjadi pasangan yang harmonis yang tak cekcok dengan masalah dapur keuangan, dan kesehatan yang layak walaupun  menapaki proses yang tak instan pula akan cita-cita masing-masing individu dan kolektif.

"Tulisan ini sebagai renungan sebelum liburan"



Senin, 05 November 2012

Secercah Kemandirian

Hari ini saya masih diberi kesempatan untuk menulis blog kesayangan yang satu ini. Alhamdulillah ya,hehehehe...

Sudah 26 tahun saya masih numpang di planet bernama bumi hanya untuk sekedar mencari pembenaran salah satu hal penting dalam hidup kita yaitu makna kemandirian.

Kita ambil contoh sederhana, seseorang yang rela untuk meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke daerah lain untuk penghidupan yang layak bisa dipastikan akan lebih terpacu semangat bertahan hidup misal bekerja dengan sungguh-sungguh karena pekerjaan tersebut yang menjadi sumber penghidupan satu-satunya.

Apakah kita harus menjadi perantauan agar terbentuk mental mandiri ?

Tidak juga. Contoh lain seperti berusaha menjadi pedagang/ pengusaha di bumi tempat kaki berpijak juga termasuk langkah menuju kemandirian kok. Mandiri dalam hal finansial lho.

Terus, gimana dong supaya menjadi mandiri ? "Malu dong kalau mandi aja masih di mandiin ama emak.." celoteh anak-anak zaman sekarang. Makanya, baca terus artikel saya ini ya.

Menjadi Mandiri

Sedikit berbagi pengalaman saya berbincang dengan tukang becak bermotor langganan. Kita sebut saja pak Marbun namanya. Beliau semasa masih remaja sudah berprofesi menjadi tukang becak dayung. 30 tahun kemudian becaknya sudah memiliki mesin sehingga berprofesilah menjadi tukang becak motor yang setia mengantarkan para penumpangnya menuju alamat yang ditujukan. Ya, sekarang beliau di usia senja masih setia dengan profesinya sebagai veteran tukang becak ditemani seorang istri yang selalu setia dengan pak Marbun. Sampai sekarang tetap setia untuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk pembangunan gereja ditempat pak Marbun biasa beribadah walaupun dalam nominal sangat kecil.

Cerita lainnya adalah kawan saya yang sudah bekerja sebagai pegawai swasta dengan posisi yang layak dan mendapatkan gaji yang pas untuk menghidupi dirinya sendiri, tapi masih terus saja mengeluh dengan setumpuk masalah kerjaan kantoran yang selalu mengganggu psikisnya dan terus menerus merasa tidak puas dengan gaji yang diterimanya tiap bulan. Alhasil, gajinya pun habis untuk sekedar entertainment/ liburan.

Ada juga seorang teman saya juga yang ditinggal meninggal kedua orang tuanya, kemudian terpuruk dalam kemiskinan. Berkat kemampuannya untuk bangkit dari keterpurukan mental, akhirnya sekarang sukses menjalani bisnis ponsel di kotanya, walaupun semasa masih merintis usaha ponselnya, saudara-saudaranya menganggap sebelah mata karena teman saya ini dianggap tidak kompeten berbisnis. Nyatanya, beliau sekarang termasuk dalam jajaran pengusaha yang patut diacungi jempol oleh berbagai kompetisi wirausaha seperti wirausaha muda mandiri. Setiap hari terus dibiasakannya untuk bersedeqah kepada yang berhak sebagai wujud empati susahnya hidup seperti yang pernah ia rasakan juga.

Nah, apa arti kemandirian dari ketiga cerita tadi ? Menurut saya adalah :

1. Totalitas

Totalitas / kesungguhan kita menjadikan diri sebagai pribadi yang sangat pantas akan profesi yang kita jalani saat ini adalah salah satu kunci utama kemandirian. Totalitas muncul jika kita mencintai pekerjaan/ kehidupan kita. Kesungguhan kita dengan pekerjaan saat ini, menunjukkan kita mandiri secara persepsi bahwa kita bekerja seolah-olah pekerjaan tersebut adalah perjuangan hidup dan mati. Andaikan besok Anda akan mati, tentunya hari ini Anda akan sangat bersungguh sungguh berbuat baik dengan sesama dan begitu khusyuk beribadah, bukan ? Dengan totalitas, kita dianggap loyal dan berdedikasi lho.

2. Persepsi yang benar

Pada cerita pegawai swasta di atas, menunjukkan bahwa dia mandiri secara finansial, tapi masih bermanja-manja dengan entertainment (hura-hura) sebagai pelampiasan ketidak puasan dengan kondisinya saat itu. Kita tidak harus menjadi mandiri semudah membalikkan telapak tangan. Perlu proses pembelajaran agar memiliki pandangan hidup (persepsi) yang benar seperti semula mandiri secara finansial, kemudian mandiri secara kejiwaan, naik tingkat lagi menjadi mandiri dalam hal berpikir objektif sehingga tercapai kemandirian secara utuh. Terus membenahi cara berpikir juga termasuk proses menuju kemandirian berpikir.

3. Berpikir cerdas

Pikiran adalah pelita harapan. Semboyan ini benar adanya. Bayangkan apabila suatu pekerjaan dikerjaan ala orang bodoh. Tentu hasilnya buruk bukan ? Meningkatkan kualitas diri melalui membaca, mengikuti forum diskusi hingga menjadikan diri pribadi yang layak disebut mandiri secara intelejensia.

4. Syukur

Nilai tertinggi bahkan (menurut saya) tidak semua orang bisa melakukannya adalah syukur. Lihatlah kekayaan alam Indonesia yang melimpah ruah tapi rakyatnya masih miskin. Ini adalah tanda kita masih belum mandiri karena kurang bersyukur kepada Tuhan yang Maha Memiliki. Arti syukur adalah kita mampu dekat dengan Tuhan seperti taat dengan aturan yang digariskan Tuhan sehingga apapun kehidupan yang dijalani tentunya menunjukkan kemandirian secara spiritual. Syukur juga dapat membentengi diri dari sikap gampang menyerah, karena dengan bersyukur kita menjadi optimis besok akan lebih baik daripada hari ini. Sudahkah kita bersyukur untuk hari ini karena masih diberi kesempatan membaca artikel blog saya ini ? hehehehehe

Kesimpulan

Menjadi pribadi yang mandiri adalah dambaan bagi orang-orang pemberani, dinamis dan siap menerima kesuksesan. Tak lagi berpangku tangan, mampu bekerja sendiri adalah definisi kuno tentang arti kemandirian. Mandiri adalah serangkaian sistem pendukungnya yang bekerja secara harmoni seperti totalitas, berpikir cerdas, memiliki persepsi hidup yang tepat dan rasa syukur.

Ini adalah definisi mandiri menurut saya. Bagaimana dengan Anda ?

"Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.bankmandiri.co.id dalam rangka memperingati HUT Bank Mandiri ke-14. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan.“







Rabu, 26 September 2012

Pendatang Baru Bernama Tata Motor Indonesia

Sudah terobesi punya mobil baru tapi dana masih mencekik ? Mmm...jangankan Anda, saya pun juga punya keinginan memiliki mobil yang harganya sangat murah namun tetap berkualitas tinggi, ramah lingkungan, layanan purna jual yang mendukung dan sangat hemat bahan bakar.

Saya bisa memberikan alternatif mobil tersebut bisa dijawab oleh Tata Motor Indonesia.

Pasar otomotif mobil di Indonesia memang sangat ketat. Apalagi saat ini masih dipegang kuat oleh beberapa merk ternama yang merupakan pemain lama seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Suzuki, Mercedez Benz, BMW, KIA, Hyundai dan sebagainya. Kehadiran brand baru seperti Tata Motor dengan merk ternama mereka -Tata- pasti menambah sengit perang di pasar otomotif Indonesia.

Kita sebut saja produk andalan mereka yang menjadi ikon mobil termurah di dunia yaitu Tata Nano.

Dengan spesifikasi :









Dimensi

Panjang keseluruhan 3.099 mm
Lebar 1.495 mm
Tinggi 1.652 mm
Wheelbase 2.230 mm
Ground clearance 180 mm
Kapasitas 4 orang
Berat 600-635 kg

Mesin

Tipe: 624 cc, 2 silinder, MPFI
Daya maksimum 35 hp pada 5.200 RPM
Torsi maksimum 48 Nm pada 3.000-3.500 RPM
Kecepatan maksimum 105 km/h
Konsumsi BBM 23,6 km per liter

Suspensi

Depan Independent, lower wishbone, McPherson Strut
Belakang, Independent, Semi Trailing arm with coil spring Ban
Ukuran ban depan 135/70 R 12
Ukuran ban belakang 155/65 R 12
(sumber)

Diperkirakan harga jual on the road sekitar 30 jutaan (sumber)

Bagaimana respon masyarakat terhadap mobil ini ? Tentu beragam tanggapan di lontarkan seperti yang dilaporkan salah satu portal berita di ajang IIMS 2012 (silahkan klik)

Strategi Tata
Menilik dari pernyataan Mr. Biswadev Sengupta, president director Tata Motors Indonesia sebagai berikut :

"Saat ini Tata masih berada pada tahap yang sangat awal. Saat ini kami sedang menyemai untuk menumbuhkan brand image di masyarakat Indonesia. Indonesia adalah pasar besar si kawasan dan berpotensi menjadi pasar utama di dunia. Populasi mobil masih 40 per 1000 penduduk, jauh dibawah Thai yang sudah 150 per 1000 penduduk. Indonesia masih terus akan berkembang. Didukung perkembangan ekonomi yang terus meningkat.  Membuat rakyat Indonesia punya uang. Hal itu melahirkan kebutuhan untuk memiliki properti, mobil, perhiasan dan lain sebagainya. Indonesia juga negara besar, bukan cuma  jabodetabek. Tata akan mengembangkan pasar ke seluruh Indonesia bukan cuma Jawa. Kami sangat serius untuk masuk Indonesia. Kami lakukan dengan sungguh-sunguh. Dan begitu kami masuk, kantor pusat kami akan benar-benar komitmen. Sebelumnya kami sudah lima tahun menjalankan bisnis di Thailand, kami sudah belajar tradisi bisnis dikawasan ini. " (sumber )

Sebagai pendatang baru, perlu tenaga yang ekstra keras untuk menggerakkan lokomotif Tata di pasar otomotif Indonesia. Apa brand image Tata yang ingin di bangun? Apa pula Authentic Brand Story yang akan dibangun untuk mengakselerasi promosi WOM oleh Tata ? Strategi apa yang akan dibangun mengalahkan Goliath Toyota dan merk-merk lainnya yang sudah lama di Indonesia? Jalur kanal promosi pemasaran manakah yang  efektif untuk segera memanen image ? Sudah siapkah sistem produksinya untuk menghindari indent panjang ? Bagaimana kesiapan layanan purna jualnya? dan segenap pertanyaan lainnya yang menghadang di depan Tata Motor Indonesia...

Sungguh pertanyaan yang singkat namun patut dipersiapkan langkah-langkah nyata sebagai pendatang baru.

Perlu Segalanya


Tak bisa dipungkiri, animo masyarakat akan mobil murah, ramah lingkungan dan hemat bahan bakar merupakan sinyal akan ceruk pasar yang sangat potensial untuk digarap. Tata motor mencoba menggarapnya dengan memperkenalkan produk Tata Nano sebagai solusinya. Bagaimana respon masyarakat kedepannya ? Perlu persiapan matang, apalagi pesaing utama Tata Nano kalau di lihat lebih teliti lagi, justru datang dari penjualan mobil bekas dengan sederet produk mobil dari merk-merk yang sudah sangat kuat.

Keraguan utama kebanyakan konsumen otomotif adalah kualitas. Apakah Tata Motor mampu menghadirkan kualitas produk yang handal layaknya produk Jepang? Saya pikir, perusahaan yang sudah go international seperti Tata Motor sudah menjamin keunggulan produknya. Nah, bagaimana mengubah persepi merk yang selama ini masih menjadi image merk kebanyakan konsumen agar segera beralih ke produk dengan merk Tata ?

Kita ambil saja contoh kasus merk sepeda motor dari India,  Bajaj Pulsar dengan mengusung teknologi twin spark yang mampu membuat kendaraan menjadi sangat hemat konsumsi bahan bakar fosil (BBM) dibanding sepeda motor merk jepang seperti Honda atau Yamaha. Kualitasnya mampu menyaingi merk-merk Jepang. Layanan purna jualnya juga mantap. Namun lihatlah kenyataan dilapangan, walaupun  Bajaj Pulsar yang mampu membuat rekor MURI sebagai kendaraan sport paling hemat masih harus tertatih-tatih melawan gempuran persepsi masyarakat " kalau naik kreta, ya naik Honda aja".

Begitulah stereotip masyarakat akan brand image. Susah lho mengubahnya untuk memilih merk yang lain.

Angin Segar

Konsumen Indonesia juga orang pintar. Apakah Tata Nano dipersepsikan konsumen sebagai produk untuk kelas masyarakat menengah ke bawah ? Tentu itu berkorelasi erat dengan harga. Apakah harga yang ditawarkan sepadan dengan fasilitas yang diberikan sesuai dengan harapan konsumen? Saya pikir, konsumen tetap lah makhluk yang serakah untuk memberikan kompensasi sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kepuasan sebesar-besarnya. Namun, dengan perkembangan era digital, memunculkan konsumen yang dedicated dan rasional.

Dengan dukungan program pemerintah low cost green car, peluang makin terbuka lebar.

Saya pikir, Tata muncul disaat waktu yang tepat dengan kondisi yang tepat pula.

Bagaimana dengan Anda menilai Tata sebagai pendatang baru di pasar otomotif Indonesia? Berikut video Tata Nano dengan versi teranyarnya yaitu Tata Pixel dan Tata Megapixel. Saya yakin, Anda terkagum kagum dengan mobil -kacang goreng- Tata dan kemungkinan besar Anda akan sangat bernafsu untuk memilikinya segera .

Let's check it out!

 

 

 

Menarik sekali video yang ditampilkan. Bisa saja muncul pernyataan yang merakyat seperti berikut ini :
"Ketimbang naik kereta kena panas dan hujan, lebih baik naik mobil Tata Nano/ Pixel / Mega Pixel." hehehehehe

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.


















Senin, 24 September 2012

Hukum 10:90

Kenapa saya sebut “10:90 (ten-ninety) Marketing”? Karena marketing kini tak lagi dimonopoli marketer. Dulu memang marketing 100% dilakukan oleh marketer, konsumen mendapat jatah 0%. Marketer melakukan semuanya: membuat produk unggul, menyewa agensi untuk membuat iklan, dan kemudian mem-broadcast iklan tersebut ke seluruh penjuru tanah air menggunakan TV, radio, atau koran. Sementara si konsumen hanya pasif menerima pesan-pesan iklan si marketer, sambil tentu saja dongkol karena tontonan liga Inggris kesukaannya diacak-acak.

Kini marketing berubah drastis. Marketer cukup mengerjakan 10% saja, lalu sisanya 90% dikerjakan oleh konsumen. Itu makanya saya sebut “10:90”. Marketer cukup mencipta authentic brand story, lalu menaruhnya di Youtube atau memicu percakapan di Twitter/Facebook, that’s it. Lalu konsumen lah yang bekerja keras membesarkan dan menyebarkan gelembung viral dari authentic brand story tersebut ke konsumen lain di seantero tanah air. Dalam “10:90 Marketing” yang bekerja super keras memasarkan produk bukanlah marketer, tapi konsumen.

Ada satu hukum dasar yang berlaku di dalam marketing gaya baru ini. Bunyinya sebagai berikut: “Semakin dominan campur tangan marketer dalam memasarkan produk/merek, maka semakin tumpul dampak marketing yang tercipta. Sebaliknya, semakin banyak keterlibatan konsumen, maka sukses pemasaran yang dicapai akan semakin powerful. Karena hukum itu maka “10:90 Marketing” pasti lebih ampuh dari “30:70 Marketing”. Dan “30:70 Marketing” pasti lebih powerful dari “60:40 Marketing”. Ingat: “Your most powerful marketer is your customers.”

Anda pasti masih bingung. Oke, agar lebih gampang memahaminya, coba kita lihat dua kasus pemasaran super hebat yang terjadi minggu ini. Pertama adalah kemenangan Jokowi di Pemilu DKI. Kedua adalah heboh viral Gangnam Style yang kini menjangkiti dunia.

Jokowi

Jokowi menang dari Foke karena kekuatan “10:90 Marketing”. Yang dilakukan Jokowi dan tim suksesnya sesungguhnya sederhana saja: pertama, membangun “produk unggul”; kedua, menciptakan “authentic brand story”, that’s it. Sisanya, masa pemilihlah yang bekerja keras memenangkan Jokowi. Bekal dua  hal itu sudah lebih dari cukup untuk menggerakkan “laskar WOM” (“word of mouth” maksudnya) yang mengarahkan para pemilih untuk mencoblos no.3 di hari pemungutan suara.

Apa “produk unggul” Jokowi? Prestasi Jokowi selama menjadi walikota Solo mulai dari kampanye city branding “Solo: The Spirit of Java”, relokasi pasar yang manusiawi, hingga dukungan terhadap mobil Esemka yang meroketkan namanya di kancah politik nasional.

Lalu apa “authentic brand story” Jokowi? Jokowi menjadi ikon pemimpin yang merakyat, hobi turun ke lapangan, mendengar keluh-kesah masyarakat, sosok pribadi yang sederhana dan apa adanya. Siapa yang “mengarang” seluruh cerita di seputar keikonan Jokowi? Yang membuat cerita tak lain adalah masyarakat (baca: konsumen) melalui cerita dari mulut ke mulut (WOM) secara natural dan otentik di kalangan tukang becak, obrolan di warung Tegal, hingga diskusi-diskusi di kampus (yup, cocreate your brand story!). 

Inilah yang dalam teori pemasaran WOM disebut wisdom of crowd. Awalnya adalah cerita dari mulut ke mulut, tapi karena menyebar dan diterima secara luas, maka kemudian dianggap sebagai kebenaran.
Dengan modal prestasi masa lalu dan cerita otentik itu, viral keikonan Jokowi merambat cepat ke seluruh penjuru tanah air menjelang hari H pencoblosan. Di sinilah massa pemilih bekerja keras menyebarkan cerita-cerita keikonan Jokowi baik secara offline (dari mulut ke mulut) maupun secara online (melalui ranah internet). Media sosial seperti YouTube, blog, Facebook, Twitter, Youtube, hingga BBM menjadi tools ampuh yang memungkinkan massa pemilih demikian gampang menyebarkan cerita mengenai keikonan Jokowi.

Singkatnya, sebagian besar pemasaran Jokowi di Pilkada DKI bukanlah dilakukan Jokowi dan tim suksesnya, tapi dilakukan secara voluntir, natural, dan otentik oleh massa pemilihnya melalui penyebaran WOM yang powerful. Jokowi melakukan 10% pekerjaan, sisanya 90% dilakukan oleh massa pemilihnya.

Gangnam Style

Fenomena demam Gangnam Style setali tiga uang. Lagu dan gaya tari yang dirilis pertengahan Juli 2012 ini mencapai sukses pemasaran luar biasa di seluruh dunia karena keampuhan “10:90 Marketing”. Gaya tari baru asal Korea yang digagas rapper Psy ini kini memecahkan Guiness World Record sebagai The the Most ‘Liked’ Video in YouTube History yang hingga minggu ini ditonton 235 juta kali. Seperti halnya Jokowi, pemain utama pemasaran Gangnam Style bukanlah Psy atau label rekaman yang mengusungnya, tapi para penikmat tarian baru itu di lima penjuru benua.

Apa “produk unggul” Gangnam Style? Tak lain adalah lagu yang nge-beat dan jenaka; juga tentu tarian Gangnam Style (tari gaya “menunggang kuda”) yang unik, fresh, dan agak nyleneh dari tarian yang selama ini ada. Lalu apa “authentic brand story” dari Gangnam Style? Tak lain adalah cerita-cerita yang melingkupi tarian ini: mulai dari cerita mengenai distrik Gangnam (kawasan Baverly Hills-nya Seoul); satire gaya hidup konsumtif yang menjadi tema lagu/tari ini; hingga tampang Psy yang “anti K-pop idol” alias berlawanan dengan umumnya sosok K-pop ikon yang keren dan imut.

Kunci sukses pemasaran Gangnam Style adalah peran massif dari para laskar WOM di seluruh dunia. Diawali dari kalangan powerful influencers yaitu para selebriti dunia seperti Robbie Williams, T-Pain, Katy Perry, Tom Cruise, Britney Spears hingga Nelly Furtado. Para selebriti yang sangat powerful di media sosial dan media konvensional inilah viral deman Gangnam Style dipicu.

Aksi early influencers ini kemudian disusul dengan aksi laskar WOM yang secara voluntir dan genuine mempromosikan tarian ini. Aksinya macam-macam. Bisa melalui cuit-cuit di Twitter dan Facebook, meng-upload video Gangnam Style tiruan dan versi parodi, atau membikin aksi flash mob (termasuk flah mob Gangnam Style di Bunderan HI yang melibatkan 800-an orang beberapa waktu lalu). Seperti halnya Jokowi, Psy dan timnya melakukan 10% pekerjaan, sisanya 90% dilakukan oleh massa konsumennya di seluruh dunia.

bingkaiberita.com

Jadilah marketer cerdas seperti Jokowi dan Psy. Mereka begitu cantik dan piawai memperalat konsumennya (yup, community of evangelists) untuk memasarkan diri dan produk mereka. Ingat hukumnya: marketer cerdas cukup kerja 10%; 90% sisanya diserahkan ke konsumen.


Social Media Engineering Ala Jokowi-Ahok

Pertarungan dua kubu, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, dalam memperebutkan suara warga dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tidak hanya terjadi di dunia nyata. Di dunia online, pertarungan juga terjadi dan tidak kalah seru.

Pertarungan keduanya seolah menjadi pertarungan dua brand yang berbeda. Sebelum memasuki pentas pemilihan kepala daerah DKI Jakarta,Fauzi Bowo (Foke) dan Joko Widodo (Jokowi) merupakan dua brand yang memiliki penetrasi di medan yang berbeda-beda. Jokowi, dengan latar belakang daerah, otomatis tak begitu dikenal luas seperti halnya Foke yang sudah akrab di telinga warga ibu kota Jakarta.

Namun, dalam rentang dua bulan terakhir, brand Jokowi justru berada di atas brand Foke. Seperti halnya, hasil hitung cepat perolehan suara Pilkada Jakarta putaran II, pasangan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengungguli pasangan Foke-Nachrowi Ramli (Nara).

Fenomena ini dengan mudah bisa dicatat oleh berbagai situs pemeringkat kompetisi brand melalui pelacakan rekam jejak percakapan terkait dengan dua nama yang berkompetisi itu di jagat internet.

Menurut laman web analytics.topsy.com, salah satu situs yang menyediakan pelacakan percakapan brand, terutama di jejaring sosial Twitter, sejak 24 Agustus 2012, kata kunci Jokowi terus memimpin melawan Foke hingga 21 September, sehari setelah pemungutan suara. Jokowi rata-rata dibicarakan 15.000-30.000 kali tiap hari.

Dari grafis yang dihasilkan Topsy, banyaknya mention atau penyebutan terhadap brand Jokowi ataupun Foke berbanding lurus dengan berita yang ada di media massa.

Nama Jokowi di dunia maya terutama melonjak dibicarakan orang pada 16 September, dipicu berita di sebuah media massa berjudul ”Foke Pertanyakan Motivasi Jokowi Jadi Cagub”.

Berita itu tampaknya lebih condong mengekspos nilai negatif dari Jokowi, tetapi kenyataannya justru memberi umpan balik atau sentimen positif terhadap Jokowi dengan menghasilkan sebanyak 88.441 percakapan di Twitter. Pada hari sama, percakapan terhadap brand Foke menghasilkan 58.511 kali, dengan berita ”Inilah ’Positifnya’ Jokowi di Mata Foke”.

”Fokoke Jokowi”

Jelang hari-H pencoblosan, ada satu tulisan unik bernada humor yang mengatrol pembicaraan positif mengenai Jokowi. Tulisan itu remeh-temeh dan tidak didesain untuk kepentingan kampanye serius, hanya berupa kelakar. Judulnya, ”Baru dapat kabar, Jokowi akhirnya berkoalisi dgn Foke. Namanya Fokoke Jokowi”.

Humor itu ternyata menjadi titik tertinggi untuk meroketkan brand Jokowi dengan total pembicaraan di media sosial naik tajam dari 51.727 menjadi 315.920 kali. Pada hari yang sama, brand Foke juga menanjak, dari 30.458 menjadi 128.561 kali dengan dipicu berita ”7 Janji Foke”.

”Fokoke Jokowi” adalah contoh pengolahan slogan yang kreatif, yang pada malam sebelum pencobloson seolah bergerak menjadi ribuan pasukan yang menghampiri para calon pencoblos via Twitter, Facebook, blog, pesan singkat SMS, juga pesan Blackberry Messenger (BBM). Slogan itu telah menjadi viral marketing, pemasaran gratis yang menyebar bak virus online.

Ikon lain yang berhasil menjadi duta media sosial melawan Foke adalah gambar dengan teks nyentil, ”Jakarta will be OK without F”. Slogan ringan dan menggelitik ini hampir tak terjadi pada kubu Foke.

Isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) yang bergulir dominan, untuk kelas menengah di perkotaan, ternyata tidak didistribusikan sebagai virus online.

Dengan menggunakan tools atau peralatan analisis lain, bisa dilacak percakapan Foke sebenarnya bukan kalah populer. Hanya saja, sentimen positif lebih lari ke percakapan Jokowi. Hal ini bisa dilihat di socialmention.com, salah satu laman web yang menganalisis kata kunci di berbagai situs jejaring sosial.

Di Social Mention, brand Jokowi memiliki kekuatan 26 persen, sedangkan Foke 21 persen. Kekuatan ini adalah angka unik dari socialmention.com yang diukur berdasarkan jumlah diskusi terhadap brand di media sosial.

Perbandingan sentimen positif terhadap sentimen negatif pada kubu Jokowi adalah 8:1, sedangkan untuk Foke 2:1. Tampak bahwa kubu Jokowi diuntungkan dengan sentimen positif ini.

Unik juga untuk dicatat, brand Jokowi secara konsisten frekuensinya lebih sering dibicarakan dibandingkan dengan Foke, yaitu rata-rata tiap 28 detik sekali untuk Jokowi dan 1 menit sekali untuk Foke.

Howsociable.com menguatkan pernyataan itu dengan memberi skor magnitudo untuk percakapan Jokowi sebesar 6,4, sedangkan Foke 6,1.

Jokowi unggul di semua situs jejaring sosial, misalnya di Twitter, Facebook, Youtube, Google plus, Tumblr, dan Yfrog.

Partisipasi kelas menengah

Analis pemasaran internet yang juga CEO Virtual Consulting, Nukman Luthfie, memaparkan, kampanye di media sosial dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan contoh paling bagus untuk melihat bagaimana media sosial bekerja.

”Jakarta adalah pusat penggunaan media sosial di Indonesia, pengguna Twitter di Jakarta paling banyak, akibatnya pembicaraan Pilkada DKI di Twitter ramai,” katanya.

Kampanye di media sosial telah menjadi perang terbuka bagi para pendukung. Bahkan, perang itu juga melibatkan orang luar daerah mengingat Jokowi dan Ahok berasal dari luar daerah. Uniknya, justru latar belakang calon yang luas itu memicu penyebaran pembicaraan hingga luar Jakarta, mereka ikut membangun pencitraan untuk kubu Jokowi-Ahok.

”Orang-orang yang tadinya tidak antusias menjadi antusias membahas Pilkada Jakarta. Perbincangan di kelas menengah, terutama di Twitter, menjadi kencang,” kata Nukman.

Mereka lebih memilih perang lewat Twitter, bukan lewat Facebook. Perang ”140 karakter” lewat Twitter kini lebih disukai masyarakat perkotaan dibandingkan dengan di Facebook.

Perilaku ini khas berasal dari generasi melek Twitter. Dengan demikian, mereka ini adalah generasi baru yang memasuki ranah politik. ”Inilah awal dari partisipasi masyarakat kelas menengah di bidang politik,” kata Nukman.

Lalu, mengapa Jokowi dalam percaturan media sosial unggul dibandingkan dengan Foke?

”Jokowi muncul karena perlawanan, orang sudah capai dengan wajah lama. Foke sudah 35 tahun di pemerintahan Jakarta,” kata Nukman. Terlebih lagi, Jokowi ternyata lebih dekat dan lebih ramah dengan blogger dan pengguna Twitter.

Bukan berarti kubu Foke tak mengerahkan kekuatan media sosial. Kata Nukman, kubu Foke justru merekrut orang-orang profesional yang hidupnya memang berasal dari jualan kampanye di media sosial. Sebaliknya, kubu Jokowi lebih mengandalkan sukarelawan, bahkan banyak di antaranya tak dibayar.

Hal menarik lain dalam perang media sosial, pada putaran kedua media sosial lebih banyak digunakan sebagai black campaign.

”Jika pada putaran pertama lebih ke perang program, pada putaran kedua ini digunakan untuk kampanye hitam, saling menjatuhkan satu sama lainnya,” kata Nukman.

Beberapa kampanye hitam itu ditengarai berhasil mendongkrak perolehan suara Foke, terutama dari masyarakat kalangan bawah. Hanya saja, Jokowi akhirnya memenangi pertandingan ini karena faktor orang-orang Jakarta yang ingin melihat perubahan.

Pantas diapresiasi

Satu hal yang pantas diapresiasi dari perang 140 karakter ini, kata Nukman, adalah meskipun pertengkaran dan perselisihan pendapat tinggi di tingkat media sosial, di dunia nyata tak pecah pertikaian.

”Calon petahana juga fair dalam menanggapi hasil perhitungan cepat. Dari kubu yang menang sementara versi hitung cepat juga tidak arogan menghina. Tim sukses juga tidak saling berantem, inilah contoh penggunaan media sosial yang baik untuk daerah lain,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Ignatius Haryanto memiliki penilaian senada. Menurut dia, kedua kubu sama-sama menggunakan media sosial dengan intens. Kedua pihak menyadari media sosial sangat membantu dalam hal pembentukan citra para kandidat, menyampaikan pesan kampanye, serta visi-misi-program para kandidat.

”Sejak awal kita melihat para simpatisan Jokowi, yang merupakan paduan dari tim yang dibentuk tim sukses serta para sukarelawan, ikut berkontribusi pada pembentukan citra positif Jokowi-Ahok,” kata Haryanto.

Pertarungan/kampanye tidak hanya melalui baliho dan koran, tetapi juga sampai ke videoklip yang dibuat oleh dua kubu. Kalau mau membandingkan dari sisi video klip, menurut Haryanto, kubu Jokowi-Ahok menawarkan kesegaran dalam penyajian, menyasar anak muda, dan juga massa mengambang.

”Sementara kalau melihat video klip resmi yang dipergunakan Foke-Nara, kelihatan menyasar kelompok menengah bawah dan menonjolkan iming-iming atau janji yang selama ini diklaim sebagai prestasi Foke,” kata Haryanto.

Soal isu SARA, dia juga meyakini bahwa isu tersebut tidak efektif walaupun sudah sedemikian rupa mendiskreditkan Jokowi-Ahok.

”Hingga Kamis (20/9/2012) pagi pun, seorang teman masih menemukan selebaran yang ditumpuk di wilayah Pasar Minggu dan itu tak menggoyahkan perilaku pemilih. Jadi, memang isu SARA tidak menjadi faktor utama. Pendekatan kuno untuk mendiskreditkan begini sudah tak lagi atau tidak akan ’dimakan’ oleh masyarakat umum walau belum seluruhnya. Jika memang ada kedewasaan masyarakat dalam menyikapi hal ini, kampanye hitam apa pun tak kena,” kata Haryanto.

Belajar dari Pilkada DKI ini, terkait dengan pengaturan media oleh negara, sebaiknya hanya dilakukan pada media massa mainstream dan membiarkan dinamika dalam media sosial berjalan dengan sendirinya.

”Pesan negatif yang ada ternyata langsung direspons oleh pesan-pesan positif dari kubu lainnya.
Masyarakat sudah makin dewasa,” ujar Haryanto.

Bandingkan video berikut ini





SUMBER

Karyawan ala Ikan Besar Di Kolam Besar

Apakah Anda tipe karyawan ikan loncat ? Ada informasi berikut ini yang perlu diperhatikan.

Dalam dunia kerja terutama swasta sangat sering dijumpai turn over karyawan (terutama entry level) yang tinggi. Jika ditelaah dari sisi luar sang karyawan mungkin dapat dimungkinkan bisa saja karyawan mempunyai alasan kenapa dia pindah dari tempat bekerjanya. Alasannya sangat sederhana, hanya 3 alasan yang mungkin, yakni:
http://rlv.zcache.com

1. Gaji yang diberikan terlalu kecil
2. Suasana kerja yang tidak nyaman
3. Sudah tidak ada tantangan.

Ada filosofi menarik tentang hal ini. Jika diibaratkan ikan adalah karyawan, dan kolam adalah perusahaan tempat bekerja, maka terdapat suatu filosofi yang menarik dalam dunia kerja. Filosofi ini lebih mengarah pada motif tersebut, yakni kenapa ia ingin berpindah perusahaan. 

Pertama, filosofi yang keliru:

1. Ingin menjadi ikan kecil di kolam besar

Artinya si karyawan memilih perusahaan yang besar dan memberikan fasilitas yang besar, walaupun dia tetap menjadi karyawan level bawah terus, asalkan aman dan terjamin, serta bangga akan statusnya di perusahaan yang besar

2. Ingin menjadi ikan besar di kolam yang kecil

Artinya sang karyawan ingin  menjadi “bos” secara instant di perusahaan yang kecil. Jadi tanpa adanya saingan yang kompetitif, ia sudah bisa menjadi minimal sebagai penyelia.

Kedua filosofi tersebut tidak bisa dipungkiri adalah sebagian motif dari tenaga kerja entry level yang suka berpindah-pindah kerja.

Seharusnya, ada motif ketiga bagi tenaga kerja entry level yang baik dalam langkahnya bekerja, atau memilih pekerjaan yakni:

” Menjadi ikan kecil yang akan terus membesar dan kolamnya akan terus membesar karena keberadaannya”

Artinya, dia akan menjadi karyawan yang dedikatif yang bekerja keras membangun perusahaannya.  Jika alasan ke-tiga ini tidak bisa dilakukan, maka tak ada alasan untuk mempersalahkan sang ikan untuk meloncat ke kolam yang lain.

 
Jika seorang pemilik kolam (baca: pemilik perusahaan) berhasil mendapatkan karyawan bermotif seperti ini, lalu dia mampu menyadari bahwa ikan-ikannya ingin menjadi besar dan meyakinkan bahwa dia bertekad membesarkan ikan dan kolamnya. Maka dapat dipastikan terjadi suatu sinergi yang dahsyat dalam perusahaan itu.

Jadi Bagi sang ikan….luruskan motifmu dan pilihlah kolammu
dan bagi pemilik kolam….rawatlah ikan dan kolammu agar ikan-ikanmu tidak melompat ke kolam sebelah.

Semoga bermanfaat 

Sumber  

Selasa, 24 Juli 2012

Mitos Angka 4 Dan 13

Mitos angka 4 dan angka 13 yang dianggap sebagai angka yang membawa sial dan bencana masih menjadi suatu hal percaya atau tidak percaya. Beberapa orang percaya karena mengalami hal yang aneh atau mistis ketika menghadapi suatu hal yang berhubungan dengan angka 4 dan angka 13, misalnya di lantai 4 atau 13 atau di ruangan yang bernomor angka-angka tersebut. Mitos ini semakin diperkuat dengan Fengshui dari China yang mengatakan angka-angka tersebut bermakna kematian. Dampaknya, banyak perusahaan jadi ikut percaya dengan mitos ini sehingga banyak dari mereka tidak mencantumkan angka 4 dan angka 13 di gedung perkantoran maupun aktivitas mereka. Namun, beberapa orang tidak percaya sekali dengan mitos ini, dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Lalu bagaimana strategi Pemasaran terhadap mitos angka 4 dan angka 13?

Saya berpendapat bahwa pada dasarnya mitos ini tidak berarti apa-apa atau nihil. Tidak akan ada dampak yang terjadi dari penggunaan angka 4 dan angka 13 ini. Semua angka adalah sama. Namun, karena begitu kuatnya Fengshui dan kepercayaan pada mitos angka 4 dan angka 13, ternyata berdampak signifikan pada strategi pemasaran yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Hal ini bukan berarti pemasaran percaya akan mitos. Ini menjadi sebuah strategi pemasaran yang dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar yang percaya akan mitos-mitos tertentu, seperti mitos angka 4 dan angka 13. Strategi pemasaran ini dilakukan oleh beberapa perusahaan yang memiliki gedung pencakar langit, hotel, dan Nokia. Mereka tidak meencantumkan angka 4 dan angka 13 di gedung atau produk mereka karena khawatir dengan kepercayaan pelanggan terhadap mitos ini sehingga pelanggan enggan menggunakan produk atau memasuki gedung perkantoran mereka.

Namun,beberapa perusahaan AS yang syarat dengan angka-angka tersebut justru tidak terpengaruh dengan mitos ini, malah menjadikan AS Negara maju, dan perusahaan-perusahaan AS menjadi salah satu perusahaan tersukses di dunia.

Jadi, mitos tetaplah mitos. Percaya dan tidak percaya tergantung dari kita. Pemasaran tidak mempercayai mitos. Pemasaran menyikapinya sebagai salah satu masukan untuk strategi pemasaran yang sesuai dengan permintaan pasar.

Iblis Dan Dunia Pemasaran



Dalam ilmu pemasaran, kita sangat mengenal beberapa ahli pemasaran mulai dari akademisi hingga praktisi terkenal di dunia. Sebut saja Philip Kotler, Hermawan Kertajaya, Kevin Lane Keller, Rhenald Kasali, dan ahli pemasaran lainnya. Beliau-beliau tersebut dapat kita sebut sebagai guru pemasaran. Semua tulisan, seminar dan presentasi beliau-beliau tersebut selalu menjadi best seller dan diikuti banyak partisipan di dunia.

Namun, apa kita tahu siapa guru pemasaran pertama di dunia dan di akhirat juga? Dalam pandangan saya dan dosen saya, guru pemasaran pertama di dunia dan di akhirat serta tetap eksis hingga kini bahkan hingga hari kiamat adalah IBLIS. Saya sangat salut dengan ilmu pemasaran yang dilakukan oleh makhluk satu ini. Saya bisa belajar ilmu pemasaran yang dilakukan oleh dia, tentu saja secara positif lho.

Ya, Iblis dapat dikatakan sebagai guru pemasaran di dunia dan di akhirat, mulai sejak manusia diciptakan hingga hari kiamat nanti. Lho, kok bisa? Secara definitif terbaru, Philip Kotler mendefinisikan pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses dalam menciptakan, mengkomunikasikan, dan membawa nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan dengan pelanggan untuk mencapai keuntungan organisasi dan stakeholder nya. Kini definisi tersebut kita hubungkan dengan pemasaran yang dilakukan Iblis.

Pertama, secara umum kita sudah mengetahui cerita Nabi Adam dan Hawa hingga mereka diturunkan dari Surga ke dunia ini. Betapa hebat dan intensifnya Iblis menginformasikan dan mengkomunikasikan produk buah Khuldi kepada Nabi Adam dan Hawa, padahal Tuhan Yang Maha Kuasa secara jelas dan gamblang melarang untuk memakan buah itu. Dengan informasi produk secara jelas dan menarik mengenai manfaat dari produk tersebut. Dengan semangat pantang menyerah, mulai dari depan Nabi Adam, dari belakang, dari samping kiri-kanan, Iblis terus menawarkan produk ini kepada beliau. So, pada akhirnya produk buah Khuldi ini laris juga dan Nabi Adam dan Hawa turun deh ke dunia.

Kedua, Iblis juga terus berinovasi mengembangkan produk-produknya di dunia. Jika di akhirat, Iblis punya produk buah khuldi. Di dunia, produk-produk Iblis di dunia lebih banyak lagi. Mulai dari prostitusi terselubung hingga prostitusi terlokalisasi. Mulai dari mencontek saat ujian hingga korupsi uang negara. Mulai dari menggunjing hingga memfitnah. Semua itu mereka tawarkan dan komunikasikan secara sempurna kepada manusia. Kita pun jadi tergoda dan bahkan menjadi pelanggan tetap mereka. Tidak hanya itu saja, mereka mengelola pelanggan tetap mereka tersebut secara profesional sehingga menjadi pelanggan yang nurut dan loyal terhadap produk-produk tersebut. Customer Relationship Management-nya benar-benar hebat.

Ketiga, Iblis juga menawarkan perilaku, kebiasaan, dan gaya hidup yang benar-benar membuat kita terlena. Seperti malas, suka terlambat, sombong, dan perilaku lainnya. Mereka tidak-henti-hentinya membisikkan dan mengingatkan kita untuk terus berperilaku seperti itu hingga menjadi gaya hidup kita.

Pada akhirnya, dengan ketiga ilmu pemasaran yang dilakukan oleh Iblis tersebut, informasi dan komunikasi produk yang menarik, produk yang inovatif, penawaran gaya hidup yang menyenangkan, mereka mendapatkan pelanggan yang sangat loyal untuk menemani mereka di akhirat kelak yaitu di neraka. Dia lah guru pemasaran pertama di dunia dan akhirat, mulai awal zaman hingga akhir zaman kelak.

Ingat, yang patut kita pahami disini adalah ilmu pemasaran yang mereka lakukan untuk kita sesuaikan dengan kehidupan kita yang positif lho. Bukan produk-produk yang mereka tawarkan tersebut. Saya menegaskan bahwa ilmu pemasaran bukan ilmu sesat karena Iblis yang melakukan terlebih dahulu. Semua ilmu akan memiliki manfaat yang besar ketika ilmu tersebut digunakan dengan baik dan benar, bukan untuk hal-hal negatif.

Semoga menginspirasi

SUMBER

Sabtu, 07 Juli 2012

Kepemilikan

Pernahkah berselisih paham tentang kepemilikan suatu benda, entah itu bisnis, barang ataupun yang lainnya sehingga tindakan "divorce" adalah langkah terbaik? Mmmm, sebaiknya Anda baca kisah berikut ini :)

Seorang Suami dan Istrinya tengah menghadiri sidang perceraiannya. Dalam sidang akan memutuskan siapa yang mendapat hak asuh anak.

Sambil berteriak histeris dan melompat – lompat si istri berkata :

“Yang Mulia, Saya yang mengandung, melahirkan bayi itu ke dunia dengan kesakitan dan kesabaran saya!! ”
“Anak itu harus menjadi hak asuh Saya!!”

Hakim lalu berkata kepada pihak suami:

“Apa pembelaan anda terhadap tuntutan istri Anda”

Si Suami diam sebentar, dengan nada datar ia berkata :

“Yang mulia… Jika saya memasukkan KOIN ke mesin minuman Coca-Cola, mesinnya BERGOYANG SEBENTAR, dan minumannya keluar, Menurut Pak Hakim … Minumannya milik saya atau mesinnya?”

Inti dari semua kepemilikan adalah kesepakatan yang di buat bersama sebelumnya sehingga dapat meminimalkan waktu yang terbuang percuma.

Happy Weekend :)
 
Sumber cerita : disini

Kamis, 05 Juli 2012

Arti Kegigihan

Dunia memang kejam. Tapi kejamnya dunia, akan lebih kejam lagi jika tidak ditandingi dengan kegigihan. Berikut cerita tentang arti kegigihan. Semoga menginspirasi ^^


Seorang cadel ingin membeli nasi goreng yang sering mangkal di dekat rumahnya.
cadel:”bang, beli nasi goleng satu.
abang:”apa…?” (…..ngeledek.)
cadel:”Nasi Goleng!
abang:”Apaan…?(…..Ngeledek lagi.)
cadel:”Nasi Goleng!!!”
abang:”ohh nasi goleng…” Sambil ditertawakan oleh pembeli yang lain dan pulanglah si cadel dengan sangat kesal. Sesampainya di rumah dia bertekad untuk berlatih mengucapkan “nasi goreng” dengan benar. Hingga akhirnya dia mampu mengucapkan dengan baik dan benar

Hari ke-2.
Dengan perasaan bangga, si cadel ingin menunjukkan bahwa dia bisa mengucapkan pesanan dengan tidak cadel lagi
cadel:”bang…,saya mau beli NASI GORENG, bungkus!!!”
abang:”ohh…pake apa?”
cadel:”…pake telol…” Sambil sedih…
Akhirnya kembali dia berlatih mengucapkan kata “telor” sampai benar.

Hari ke-3.
Untuk menunjukkan bahwa dia mampu, dia rela 3 hari berturut – turut makan nasi goreng:
cadel:”bang…, beli NASI GORENG, Pake TELOR!!! Bungkus!”
abang:”ceplok atau dadar ?”
cadel:”dadal…”
Dengan spontan.Kembali dia berlatih dengan keras.

Hari ke-4.
Dengan modal 4 hari berlatih lidah hari ini dia yakin mampu memesan dengan tanpa ditertawakan.
cadel:”bang…,beli NASI GORENG, Pake TELOR, di DADAR!”
abang:”hebat kamu “del, udah nggak cadel lagi nich, harganya Rp.2500 del.”
si cadel menyerahkan uang Rp.3000 kepada si abang, namun si abang tidak memberikan kembaliannya, hingga si cadel bertanya:
cadel: “bang.., kembaliannya?”
abang: “oh iya, uang kamu Rp.3000, harganya Rp.2500, kembalinya berapa del?” sambil senyum ngeledek. Si cadel gugup juga untuk menjawabnya, dia membayangkan besok bakal makan nasi goreng lagi.
Tapi akhirnya dia menjawab:”…GOPEK!” Sambil tersenyum penuh kemenangan.


Referensi cerita disini

Teliti Sebelum...

Dalam dunia usaha, melakukan riset pasar adalah hal mutlak sebelum dilakukan aktivitas produksi. Yang penting, kenali terlebih dahulu medan perangnya. Kisah berikut dapat menjadi pelajaran ^^

Anton masuk ke toko obat dan membeli sebuah kondom. Dengan riang dia bilang kepada pemilik toko bahwa sebentar lagi akan makan malam di rumah pacarnya.
“Bapak kan tahu sendiri, biasanya setelah itu kan ada kelanjutannya,” tambah Anton sambil menyeringai. Kondom pun berpindah tangan.
Baru beberapa langkah ke luar toko, dia kembali masuk. “Saya minta satu lagi,” katanya.
“Adik pacar saya juga cantik. Agak genit pula. Saya rasa dia juga naksir saya. Siapa tahu malam ini saya mujur,” ungkapnya sambil menerima kondom kedua.
Anton kembali masuk dan minta tambahan satu kondom lagi. “Begini, ibunya juga tak kalah seksi. Penampilannya jauh lebih muda dari usianya. Dan kalau duduk di depan saya, dia selalu menyilangkan kaki. Saya yakin dia juga tak keberatan kalau saya dekati”.
Dengan berbekal tiga kondom, Anton datang ke rumah pacarnya sambil tak putus bersiul.
Sajian sudah siap. Pacar Anton, adik dan ibunya sudah menunggu. Anton pun langsung bergabung. Mereka menunggu sang ayah.
Begitu sang ayah masuk ke ruang makan, Anton langsung memimpin doa sambil menunduk dalam-dalam. Yang lain-lain ikut menundukkan kepala. Satu menit berlalu. Anton makin khusuk berdoa. Dua menit, Anton terus komat-kamit, cukup panjang untuk sebuah doa sebelum makan. 
Pada menit keempat, pacarnya menyenggol kakinya dan berbisik, “Saya baru tahu kamu ternyata sangat religius ”. 
Sambil terus menunduk, Anton menjawab dengan suara hampir menangis, “Saya juga baru tahu ayah kamu yang punya toko obat."


Referensi cerita disini

Persepsi Pemikiran

Sering mengalami salah paham dengan teman-teman kerja atau siapapun yang berinteraksi dengan Anda ? Bisa jadi awal terjadinya konflik karena persepsi pemikiran tidak harmonis dengan apa yang menjadi pusat pembicaraan sehingga memicu terjadinya konflik. Paling tidak, kisah berikut dapat diambil hikmahnya ^^

Bu Sri, seorang guru kelas satu SD, sangat kesal dgn seorang muridnya yg bernama Gito.

Bu Sri : "Gito, mengapa kamu tidak mau mengikuti pelajaran di kelas?"

Gito : "Saya cerdas, pelajaran kelas 1 terlalu mudah untuk saya, bahkan saya dpt mengerjakan semua soal punya kakak saya yang dikelas tiga. Seharusnya saya ada dikelas tiga juga!"

Bu Sri merasa kesal. Ditariklah si Gito ini keruang Kepala Sekolah.
Ketika si Gito menunggu di depan ruang Kepala sekolah, Bu Sri menjelaskan pada Pak Amir, si Kepala Sekolah, mengenai kelakuan muridnya yang bernama Gito ini.
Pak Amir kemudian ingin mengetahui sebrapa pandai si Gito ini hingga ia berkeinginan dinaikan ke kelas tiga.
Apabila ia tidak dpt menjawab test yang diberikan oleh Pak Amir, maka ia harus kembali sbg murid kelas satu dan berkelakuan yang sepantasnya, atau apabila tidak menurut maka orang-tuanya harus dipanggil.
Bu Sri setuju.

Pak Amir : "Gito, berapa 3 x 3?"

Gito : "9"

Pak Amir : "Berapa 6 x 6?"

Gito : "36"

Kemudian Pak Amir memberikan test-test berikutnya sesuai dgn mata plajaran kls tiga SD & smua pertanyaan dpt dijawab dgn benar oleh sang genius kecil.
Pak Amir lalu berkata pada Bu Sri ...

Pak Amir : "Saya rasa Gito dapat langsung dipindahkan ke kelas tiga"

Bu Sri : "Pak Amir, mohon tunda dulu keputusan ini. Saya akan memberikan bebrapa pertanyaan lagi padanya"

Pak Amir dan Gito setuju.

Bu Sri : "Apa yg dimiliki sbanyak empat buah oleh seekor sapi sdangkan saya hanya punya dua?"

Gito : "Kaki"

Bu Sri : "Apa yang ada dicelanamu tapi tak ada di celana saya?"
Gito : "Saku/kantong"

Bu Sri : "Coba tebak sebuah benda dalam bahasa Inggris yang dimulai dgn huruf 'C' dan diakhiri huruf 'T', dimana benda itu ber-rambut, bulat,lonjong, & mengandung cairan berwarna putih?"

Gito : "Coconut

Kening Pak Amir berkerut dengan mata membelalak.....

Bu Sri : "Benda apa yang dimasukan dalam keadaan keras, memerah, dan dikeluarkan setelah lembek dan lengket?"

Gito : "Permen karet"

Bu Sri : "Apa yang dilakukan pria dalam kondisi berdiri, wanita dengan duduk, dan anjing dengan satu kaki diangkat?"

Gito : "Jabatan tangan"

Bu Sri : "Sekarang saya akan bertanya mengenai 'Siapa saya', ok ?"

Gito : "Ya, Bu Sri"

Bu Sri : "Anda memasukkan tiang anda pd saya. Anda mengikat saya untuk membangkitkan saya. Saya basah sebelum anda basah. Siapa saya?"

Gito : "Tenda"

Bu Sri : "Sebuah jari memasuki saya. Anda menggerakan si jari tersebut. Pengantin pria adalah yang pertama melakukannya. Siapa saya?"

Gito : "Cincin kimpoi"

Bu Sri : "Saya terdiri dari berbagai ukuran. Ketika saya sakit, cairan menetes. Siapa saya?"

Gito : "Hidung"

Bu Sri : "Saya mempunyai batang keras. Ujungku dpt menembus. Siapa saya?"

Gito : "Panah"

Bu Sri : "Saya test kamu dalam bahasa Inggris lagi.
Sebutkan sebuah kata yang dimulai dgn huruf 'F' dan diakhiri huruf 'K' yang dapat dimainkan dengan penuh kenikmatan?"

Gito : "Firetruck"

Pak Amir yg hampir pingsan, langsung menyela Bu Sri supaya tidak menanyai Gito lebih lanjut sambil berkata ...

"Bu Sri, taruh dia dikelas lima. Dia lebih pinter dari saya!"
 
 

  Ngobrol dengan saya yuk ^^

Referensi cerita : disini