Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bisnis. Tampilkan semua postingan

Selasa, 26 Februari 2013

Pebisnis Pemula Waspadai 5 Kesalahan Ini !

Seorang wirausaha dikenal memiliki banyak sisi yang berkaitan dengan kualitas. Dari ketekunan, keterampilan, kepemimpinan, perilaku yang baik, dan banyak aset, akan membimbing mereka menjadi sukses.

Namun, beberapa pengusaha sukses pun tak luput dari kesalahan, bahkan tak jarang membuat mereka terpuruk. Wirausahawan sejati akan kembali bangkit dari keterpurukan itu dan kembali sukses.


Penulis "How They Did It: Billion Dollar Insights from the Heart of America," Robert Jordan, telah mempelajari berbagai perilaku wirausahawan. Ia mencatat, ada lima kesalahan para pebisnis pemula. Berikut lima catatan kesalahan para wirausahawan dalam mengembangkan bisnis, seperti dilansir Blackenterprise:

1. Takut untuk mengambil alih.


Beberapa orang saat pertama kali berbisnis menganggap hal tersebut sebagai bisnis sampingan. Saat titik tertentu, Anda harus memutuskan untuk terjun penuh ke dalam bisnis.

2. Mempekerjakan orang yang salah.


Mengembangkan bisnis bukan merupakan pekerjaan satu orang. Anda harus membentuk tim kerja yang solid, dengan manajemen yang solid pula. "Bahkan, seorang pendiri tunggal juga mencari mitra," katanya.

3. Tidak ingin menyerahkan kontrol.


Ada dua jenis kontrol, ekuitas dan operasional. Kadang, para pebisnis pemula terlalu semangat dalam mengembangkan bisnis, dan hal tersebut membuat mereka sulit untuk memberikan tanggung jawab ke orang lain untuk mengontrol.

"Akan ada suatu titik ketika Anda harus membiarkan orang-orang yang lebih baik dari Anda, untuk diserahi pekerjaan pada hal-hal tertentu," katanya.

4. Cepat puas diri.

Beberapa pebisnis pemula percaya bahwa mereka telah mencapai titik keberhasilan, titik aman, dan zona nyaman. Namun, orang yang memiliki jiwa wirausaha tidak akan melakukannya, dan terus berinovasi.

5. Gagal untuk melihat peluang baru.


Banyak pebisnis pemula meremehkan dan cenderung mengabaikan hal-hal yang menjadi peluang mereka, seperti memenuhi kebutuhan orang lain. Sedikit orang yang mengerti hal tersebut. Hanya orang-orang yang memiliki jiwa wirausaha yang dapat melihat peluang tersebut dengan cara lain.

Bagaimana dengan kita ?

SUMBER

4 Alasan Salah Menjadi Pebisnis

Setiap orang bermimpi sukses dengan memiliki usaha sendiri. Tidak semua berhasil mewujudkan mimpi tersebut, banyak yang gagal. Ada empat "penyakit" yang akan menjangkiti setiap wirausaha, kenali, dan hindari "penyakit" tersebut.

Dilansir dari Inc, pemilik Evernote, Phil Libin, mengatakan banyak orang bermimpi sukses dengan berwirausaha, namun banyak juga yang gagal. Kegagalan dapat dideteksi dari awal, yaitu lewat tujuan berwirausaha.


Jika salah satu alasan seseorang berwirausaha ada di bawah ini, sebaiknya dia tidak memulai untuk berbisnis. Berikut empat alasan penyebab bisnis seseorang gagal:

1. Anda ingin menjadi bos.


Jika dari awal cenderung bersikap layaknya "bos" dalam usaha dan hanya minta dilayani staf, sebaiknya urungkan niat Anda berwirausaha. Setiap wirausahawan harus memahami, pekerjaan nomor satu adalah memastikan orang-orang di bawah ikut sukses. 

Berwirausaha bukan berarti menjadi bos, melainkan menolong para staf untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Langkah yang harus dilakukan adalah menghapus hambatan mereka, sehingga dapat mengerjakan tugas dengan baik. Kerja sama antara Anda dan staf harus saling menguntungkan.

2. Anda ingin waktu luang.


Ada pemikiran yang berkembang, dengan memiliki perusahaan sendiri, seseorang bisa bebas sesukanya. Jika Anda ingin mempunyai waktu luang, sebaiknya tidak usah menjadi pengusaha. Anda hidup dan bernapas dengan bisnis. Anda tidak bisa memikirkan hal lain selain bisnis.

3. Anda ingin mendapatkan uang melimpah dalam semalam.


Tidak ada satu pun usaha yang langsung besar dalam semalam. Sebagus apa pun model bisnis Anda, akan memerlukan waktu untuk tumbuh secara masuk akal.

4. Tak bisa menerima kegagalan.


Jika ingin memulai bisnis, harus siapkan mental untuk kehilangan segalanya. Bila cukup beruntung, Anda cuma kehilangan investasi. Namun, jika gagal, Anda akan kehilangan tempat tidur. Pastikan berwirausaha secara tepat, agar tidak mengalami risiko kerugian yang besar.

Kira-kira, kesalahan mana yang mendominasi ? 

Melihat Tanpa Mata, Mendengar Tanpa Kuping

Malam ini hujan rintik-rintik di kota Medan tempat saya tinggal untuk sementara. Kebetulan, sambil makan malam, saya buka salah satu program acara TV yaitu Rumah Perubahan dengan host nya Pak Rhenald Kasali.

Topik yang dibahas menarik. Dengan bintang tamu pengusaha ekspor hasil laut dan penerbangan Susi Air, ibu Susi Pudjiastuti, pembahasan tentang cita-cita yang tak kesampaian tapi berbuah manis menjadi topik paradoks yang merayu saya untuk menonton acaranya. Maklum, saya juga pemilik cita-cita yang tak kesampaian kok :)

So, apa yang menjadi top mind advice oleh seorang ibu Susi ? Berikut ini menjadi inspirasi untuk kita semua :

Sekolah vs Berpendidikan
Sering kita mendengar bahwa untuk sukses, maka kita harus sekolah. Faktanya, kebanyakan orang yang tak mulus jalur pendidikannya, seperti ibu Susi yang notabene cuma lulus kelas 2 SMA, bisa mendulang sukses diluar perkiraan kebanyakan orang. Namun juga banyak orang yang berpendidikan juga sukses dengan bisnis dan juga karirnya. 


Apa yang menjadi benang merah paradoks tak mulus berpendidikan namun sukses luar biasa?

Era modern saat ini, ada namanya sekolah gratis, super lengkap dan bisa diakses kapan saja dan dimana saja untuk sharing pengetahuan sesuai dengan kebutuhan, yaitu Google University atau lebih dikenal dengan mbah gugel. Dengan dipadu dengan mempertajam bahasa Inggris, terus berpikir untuk meningkatkan kelas kualitas diri, menjadi senjata ampuh untuk meraih sukses walau dengan latar belakang sekolah yang tak tamat.

Teknologi sudah sedemikian friendly user dengan siapa saja, maka pergunakanlah untuk meningkatkan pengetahuan secara praktis, mudah dan gratis. It's so simple :)



Melatih Intuisi
Sebagai pemain kecil di bisnis transportasi penerbangan, maka menjadi suicide jika harus berkompetisi dengan pemain besar penerbangan sekelas Garuda. Ada ceruk pasar yang sangat dinanti konsumen di daerah-daerah yang sulit mendapat akses transportasi udara. Nah, Susi Air menjawab kebutuhan tersebut sehingga Susi Air dikenal dengan penerbangan perintisnya seantero Nusantara. Dengan 40-an unit pesawat muatan kecil, seakan menjadi oase bagi ceruk pasar di kawasan yang sulit akan kebutuhan transportasi yang cepat dan tepat di daerah terpencil.

Nah, disinilah intuisi bermain. Integrasi antara intuisi bisnis yang giat diasah dipadu dengan kemampuan analisis yang mumpuni, begitu bisnis sudah dipromosikan, menarik konsumen menjadi sangatlah mudah. 

Tools untuk mencari ceruk pasar dalam bisnis salah satunya adalah intuisi. Semakin intuisi mendominasi, maka disitu ada peluang emas. Maka advice yang menarik dari seorang Ibu Susi Pudjiastuti adalah :
" Melihat Tanpa Mata, Mendengar Tanpa Kuping"

Kira-kira, adakah pelajaran entrepreneur yang lain yang bisa kita petik dari pemilik Susi Air ?

Untuk melatih intuisi bisnis bagi pemula, silahkan baca situs ini

My Proud For Rumah Perubahan

Minggu, 24 Februari 2013

Setiap Bits Adalah Brand Gardener

Kodak tutup. Bangkrut! Nokia bingung. Kehilangan pijakan. Starbucks jualan bir: “beyond coffee” kilahnya. Operator telco tambun limbung, digembosi Google atau Skype. Bank kebat-kebit karena tren “The death of cash”.Long tail champions seperti kanker menggerogoti irrelevant incumbents. Outliers seperti Zipcar atau Groupon marak layaknya jamur di musim hujan.


Bisnis kini menjadi kian sulit. Bisnis menjadi kian suram… bagi mereka-mereka yang picik dan bebal. Sebaliknya, Bisnis begitu moncer bagi visionaries. Bisnis begitu gilang-gemilang bagi para whitespace inventor.
Kini kita memasuki era yang luar biasa, “the era of billions of opportunities”. Landskap bisnis mengalami gempa tektonik yang memporak-porandakan, persis seperti digambarkan dalam film kiamat: 2012. Creative destruction terjadi di hampir seluruh industri. Killer apps bergentayangan terus mengintai mangsanya. Model bisnis lama hancur dibilas dengan bisnis model baru yang lebih cool. Dalam lanskap yang baru ini inovasi model bisnis bukan lagi kemewahan, tapi sudah menjadi mainstream.

Berikut ini adalah tiga creative destruction yang bakal memporak-porandakan bisnis Anda kini dan seterusnya. Creative destruction itu akan menjadi asset bagi Anda yang memilih menjadi pemenang, tapi menjadi liabilities bagi Anda yang memilih menjadi pecundang.

Customers Are Connected
Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat manusia, setelah ditemukannya social technologies konsumen menjadi terhubung satu sama lain membentuk jejaring (customer network). Jejaring konsumen ini berelaborasi menjadi cluster-cluster konsumen karena adanya satu minat atau tujuan yang sama (common interest) sehingga membentuk komunitas. Dengan medium jejaring sosial (social network) komunitas ini tumbuh demikian subur di mana antar anggota komunitas berinteraksi satu sama lain (melakukan conversation, engagement, cocreation).

Kalau sudah begini, maka Internet akan berisi jutaan bahkan miliaran komunitas konsumen yang saling terkoneksi dan berinteraksi satu sama lain secara natural tanpa satu pun instiusi yang bisa mengatur dan mengontrolnya. Mereka akan menjadi sebuah kekuatan massif yang sangat powerful dalam berhadapan dengan pemilik merek. Kasus “Dell Hell”, “Koin Untuk Prita”, hastag #25Jan atau #Suez dalam revolusi rakyat di Mesir, adalah sinyal-sinyal awal betapa konsumen menjadi demikian digdaya karena adanya social technologies.

Karena customer metamorphosis ini, saya confidentmengatakan bahwa: “the future of marketing is community marketing”. Ketika kita berbicara community marketing maka rumus-rumus marketing secara fundamental akan berubah: dari “vertical” ke “horizontal”; dari “one to many” ke “many to many”; dari “selling” ke “facilitating”; dari “broadcasting” ke “participating”; dari “exploitative” ke “cocreative”; dari “selfish” ke “giving”.


Consumption Becomes Collaborative
Jakarta macet karena setiap orang membeli mobil. Jakarta pekat asap hitam karena setiap orang memiliki mobil. Kenapa tidak memiliki hanya satu mobil yang dipakai secara beramai-ramai (sharing) di antara katakan 10 atau 15 warga Jakarta secara bergantian. Kalau ini bisa dilakukan, maka populasi mobil di Jakarta akan kecil, kepulan asap yang disemburkan knalpot akan kecil, jalanan Jakarta lebih nggak macet. Dan kalau kemacetan dan polusi bisa dipangkas, maka manfaat sosial yang dihasilkan akan luar biasa.

Itulah ide dasar di balik apa yang disebut collaborative consumption. Ketika konsumen terkoneksi satu sama lain dan social technologies telah tersedia, maka “konsumsi berjamaah” yang dijalankan dalam peer-to-peer platform ini dimungkinkan. Model bisnis inilah yang melandasi operasi perusahaan-perusahaan masa depan seperti Zipcar, Zilok, atau Freecycle.

Dengan collaborative consumption kita tak perlu memiliki produk yang kita konsumsi: “What’s mine is ours”. Itu sebabnya model bisnis ini sangat menghemat sumber daya. Dan karena hemat sumber daya, ia menjadi solusi luar biasa bagi bumi yang kian pucat dan kurus. Collaborative consumption tak hanya berlaku untuk mobil, tapi berlaku produk dan layanan apapun. Saya meramalkan bisnis-bisnis dengan platform collaborative consumption akan menjadi deadly business model yang akan meruntuhkan banyak model bisnis tradisional yang usang dan tak relevan.

Bits Is the Killer App
Transformasi terbesar yang dihadapi umat manusia di abad 21 ini adalah revolusi dari “atoms” ke “bits”. Revolusi itu seperti tornado yang menyapu bersih apapun yang dilewati. Tornado itu membumihanguskan pecundang, sekaligus menyisakan pemenang. Google dan Facebook menjadi raksasa baru dalam waktu superkilat karena kesigapannya melalui revolusi atoms ke bits. Sebaliknya, Kodak terpaksa tutup karena tak berdaya melewati revolusi atoms ke bits. Kodak tak mulus menjalani transisi dari fotografi analog ke fotografi digital.

Bits is the killer app. Banyak korban berjatuhan karenanya. Borders “dibunuh” oleh Amazon. Toko CD “dibunuh” oleh iTunes. Penerbit “dibunuh” oleh Lulu.com. Layanan interlokal “dibunuh” oleh Skype. Ensiklopedia Britanica “dibunuh” oleh Wikipedia. Koran dan majalah “dibunuh” oleh blog.

Ketika informasi dipaket dalam bentuk bits, maka informasi kemudian tersedia secara berlimpah (abundant), begitu mudah didapatkan dan dicari (findable/searchable), dan yang terpenting ia menjadi grastis (free). Ketika pengetahuan dipaket dalam bentuk bits, maka ia kemudian menjadi seperti O2 yang tersedia secara berlimpah dan gratis. “Once something becomes bits, it inevitably becomes free.” Ini memicu terciptanya model bisnis paling mematikan saat ini yaitu “free business model”.

Tiga fenomena di atas merupakan persoalan besar di depan mata yang harus dibereskan setiap marketer. Tiga pertanyaan tersebut tak gampang dicari jawabannya karena melibatkan perubahan rule of the game pemasaran yang begitu fundamental. Untuk melakukannya marketer harus menciptakan inner sense of urgency. Ia harus berani keluar dari zona nyaman dan berani membalas creative destruction yang menimpa industri dengan creative destruction dalam paradigma dan pendekatan pemasaran yang digunakan.

Persoalan pelik yang selalu mengiringi sebuah perubahan paradigma adalah begitu perkasanya legacy masa lampau dalam mengungkung pikiran kita. Legacy inilah yang membuat otak kita beku. Dengan beku otak kita akan menganggap resep-resep mujarap masa lalu sebagai yang terbaik dan terbenar; sementara paradigma dan pendekatan baru adalah teroris yang sedari dini harus ditumpas. Di tengah kebekuan, otak kita memerlukan rebooting untuk menjadi kanvas putih-bersih.

Hanya dengan terus belajar dan paranoid terhadap setiap perubahan kita akan menjadi brand gardener yang hebat. Kuncinya sederhana: “Janganlah menjadi Kodak!!!”

Againts The Giant

Indonesia sering dianggap sebagai “gadis molek” yang dilirik oleh investor dan perusahaan manapun di seluruh dunia. Jumlah penduduk yang besar, pendapatan perkapita yang telah menembus angka ambang US$3000, dan basis konsumen kelas menengah (consumer 3000) yang siknifikan, menjadikan Indonesia sebagai pasar yang atraktif bagi perusahaan-perusahaan global dari manapun di seluruh dunia.


Tak heran jika rating Indonesia oleh lembaga-lembaga pemeringkat bergengsi seperti S&P, Moody’s atau Fitch naik secara meyakinkan dalam setahun terakhir ke level investment grade. Kinerja ekonomi yang menyakinkan akan menjadikan Indonesia sebagai “save heaven country” yang akan mendorong investor asing (sektor keuangan maupun investasi asing langsung) mengalir deras ke tanah air.

Kondisi ini menjadi momentum luar biasa bagi merek-merek global untuk masuk dan semakin mengukuhkan dominasinya di pasar Indonesia. Pertanyaannya, bagaimana merek-merek lokal bertahan dan membangun daya saing menghadapi gempuran merek-merek global tersebut?

Matriks ini tersusun dari dua parameter yang terwakili oleh sumbu vertikal dan horisontal. Parameter pertama (di sumbu vertikal) mencerminkan tingkat kepemilikan terhadap keunggulan lokal (local advantages). Local advantages ini bisa bermacam-macam bentuknya, seperti: pengetahuan mendalam terhadap pasar lokal; kompetensi lokal yang unik; pemahaman terhadap karakteristik budaya lokal; relasi bisnis yang unik dengan partner lokal; dan sebagainya. Di sini merek lokal dapat kita petakan menjadi dua jenis yaitu pemain dengan keunggulan lokal yang tinggi (high local advantage) dan rendah (low local advantage).
Parameter kedua (di sumbu horisontal) mencerminkan kemampuan merek lokal dalam mencapai kapasitas (di bidang manajemen, keuangan, teknologi, dll.) yang setara dengan perusahaan global (biasa disebut “global best practice”). Merek lokal yang sudah memiliki kapasitas global best practice tinggi, artinya mereka sudah memiliki modal dan teknologi yang menyamai merek global atau menjalankan praktek manajemen modern seperti menerapkan Balanced Socrecard, pengelolaan SDM berbasis kompetensi (competency-based HRM), atau mengadopsi modern brand management dalam pengelolaan produk.
Dengan mengacu matriks tersebut maka kita dapat memetakan empat jenis merek lokal berikut strategi generik yang harus mereka kembangkan dalam menghadapi merek global di pasar domestik. Coba kita lihat satu-persatu.


Die-Hard Flanker adalah merek lokal yang tidak memiliki local advantage maupun kemampuan mencapai global best practices yang kokoh. Merek lokal di posisi ini umumnya dikelola secara tradisional dan produknya tidak memiliki keunikan lokal. Karena itu mereka dihadapkan pada pilihan pelik untuk menyingkir (flank) dalam menghadapi merek global dan mencari niche market di mana ia masih bisa menguasainya. Jadi, merek lokal di posisi ini harus membangun keunggulan di pasar-pasar yang diabaikan oleh merek-merek global.
Local Challenger adalah merek lokal yang memiliki keunikan lokal tapi masih dikelola secara tradisional sehingga tidak mampu menyamai merek global dalam hal manajemen, teknologi, keuangan, dll. Pemain lokal seperti Martha Tilaar, Hotel Santika, Batik Keris, Viva, Pegadaian, Khong Guan, dll. ada di posisi ini. Pilihan strategi yang bisa mereka ambil adalah membangun keunggulan bersaing melalui keunggulan lokal yang dimilikinya. Martha Tilaar misalnya, membangun keunggulan lokal melawan raksasa kosmetik global dengan mengembangkan produk yang berbasis kekayaan alam dan budaya (local wisdom) Indonesia.


Global Chaser adalah pemain lokal yang by-default tidak memiliki keunikan lokal, tapi memiliki kapasitas manajemen, teknologi, dan keuangan sejajar dengan merek-merek global. Pemain-pemain lokal seperti Polygon, Polytron, Telkom, Pertamina Pelumas, Biofarma, Semen Gresik, Bank Mandiri ada di posisi ini. Pilihan strategi yang bisa mereka ambil adalah terus mengejar kapasitas global best practices dan kalau perlu membangun daya saing dengan masuk ke pasar-pasar regional/global. Global chasers seperti Biofarma, Polygon, atau Pertamina Pelumas misalnya, mulai agresif membangun daya saing dengan memasuki pasar Asia, Eropa, dan Amerika.


National Champion adalah pemain yang memiliki keunikan lokal, sekaligus memiliki kapasitas setara dengan global best practices. Pemain-pemain lokal seperti Garuda Indonesia, BRI, Sosro, BCA, Indomaret, Alfamart, Indofood, atau Garuda Food ada di posisi ini. Merek-merek lokal di posisi ini paling siap dalam menghadapi merek global secara head-to-head dengan cara membangun local differentiation. Garuda Indonesia misalnya, membangun local differentiation dengan menggunakan identitas Indonesia dalam strategi branding-nya. Garuda Indonesia juga mengembangkan “Indonesia experience” dalam inflight services-nya melalui sight, sound, scent, taste, touch yang bernuansa kekayaan budaya Indonesia.


Merek Anda masuk di posisi mana? So, kini Anda tahu apa yang harus dilakukan!

SUMBER

Berbisnis Layaknya Mbah Google

Google sepertinya patut dijadikan inspiring lesson about being a good businessman. Tulisan ini membantu menginspirasi kita semua bagaimana strategi bisnis konvensional saat ini paradoks dengan strategi yang google jalankan saat ini :)



#1. Be a Platform; Not Only Product
Google bukanlah sekedar produk; tapi ”platform”. Seperti halnya Facebook, eBay, atau Foursquare, Google menawarkan platform yang memungkinkan konsumen membangun produk, bisnis, komunitas, dan network. Jika Anda menawarkan platform, maka Anda tidak berbisnis sendirian, tapi ditopang oleh para konsumen Anda melalui hubungan bisnis win-win yang saling menguatkan. Semakin si konsumen berkembang bisnisnya, maka semakin berkembang pula bisnis pemilik platform. Google punya banyak platform: Blogger untuk penerbitan konten; Google Docs untuk office collaboration; YouTube untuk video sharing; Picasa untuk photo sharing; Google Group untuk komunitas; atau Google AdSense untuk berbisnis via online ads.

Ambil contoh Blogger yang diperoleh Google melalui akuisisi. Blogger merupakan sebuah platform karena memberikan “wadah” bagi para bloggers untuk memproduksi dan mempublikasikan konten yang mereka miliki. Dari blog yang dibangun di Blogger.com para blogger meng-create value melalui konten-konten menarik yang mereka publikasikan; yang kemudian bisa mendatangkan massa pembaca dan pengiklan. Menariknya, ketika para blogger tersebut create value, maka dengan sendirinya mereka akan add value ke platform Blogger.com. Jadi, semakin besar value diciptakan oleh si konsumen, maka semakin besar pula value yang ditambahkan oleh si konsumen tersebut kepada platformnya. Inilah hebatnya platform, Anda akan bekerja bersama-sama dengan si konsumen untuk membesarkan platform tersebut.

#2. It’s Not Destination… It’s a Mean
Banyak perusahaan berpikir bahwa konsumen harus datang ke website mereka. Kalau mereka datang, maka traffic website tersebut akan tinggi, dan dari situ pemasang iklan akan mau membayar mahal untuk iklan-iklan yang dipajang di situ. Google berpikir sebaliknya. Ia menjadikan home page-nya bukan sebagai “tujuan akhir”, tapi “alat” yang akan membawa Anda ke tempat yang Anda inginkan. Alih-alih minta didatangi, Google justru “menyambangi” konsumennya. Akibatnya, jutaan jalan bisa Anda tempuh untuk mengakses Google. “Google democratize its channels”. Search box-nya Google bisa Anda pakai dan hadir di situs manapun di internet. Anda juga bisa menggunakan Google AdSense atau YouTube di blog dan website Anda. Ketika Anda begitu gampang diakses, bisa dipastikan jutaan peluang akan menghampiri Anda. Ini pelajaran penting dari Google!!!

#3. Democratize Resources; Don’t Control!!!
Teori bisnis sebelumnya mengatakan: “Kuasailah sumber daya terbatas dan krusial (di bidang produksi, distribusi, marketing, paten, dsb.), maka Anda akan menuai keuntungan premium sesuai dengan hukum supply & demand. Google justru berpikir sebaliknya. Alih-alih menguasai dan mengontrol produksi, distribusi, pemasaran, atau paten; Google justru sejauh mungkin menyerahkan ke pihak lain untuk kemudian diajak berkolaborasi. Umumnya perusahaan menggunakan logika “scarcity economy”; Google menggunakan logika “abundance economy”. Ambil contoh Google AdSense. AdSense merupakan platform untuk “mendistribusikan” bisnis iklan Google ke para pemilik blog atau website di manapun di internet. Jadi Google tidak rakus memakan bisnis iklannya sendiri, tapi mengajak “distributor’-nya yaitu para pemiliki blog dan website untuk berkolaborasi menciptakan dan membagun bisnis secara bersama-sama. Tak heran jika pemilik blog dan website tersebut kemudian menjadi evangelist fanatik bagi Google.

#4. Never STOP Improving… Involve Customers
Hampir semua produk yang dibikin Google meluncur dengan label “Beta”. Versi Beta berarti produk tersebut masih dalam proses testing dan eksperimen; masih dalam proses perbaikan; atau masih dalam proses penyempurnaan. Cara seperti ini bertentangan denga conventional wisdom yang berlaku sebelumnya, bahwa produk harus sempurna begitu meluncur di pasar. Inilah cara Google untuk mengatakan kepada konsumennya: “Kami memang masih jauh dari sempurna; marilah kita sempurnakan bersama-sama.” Itulah cara Google untuk melibatkan konsumen menyempurnakan produk. Harus diingat, konsumen lah yang paling tahu apa kebutuhannya; karena itu konsumen lah yang paling layak menyempurnakan produk yang dibutuhkannya.

#5. “Don’t Be Evil”
“Don’t be evil” adalah motto yang diungkapkan oleh Paul Buchheit dan Amit Patel pencipta Gmail. Melalui motto yang sangat spiritual tersebut mereka ingin mengatakan bahwa ketika informasi konsumen sudah ada di Google maka data itu bisa dieksploitasi dan rekayasa sedemikian rupa untuk kepentingan apapun, termasuk untuk kepentingan yang jahat. Karena itu, motto tersebut menjadi semacam “pagar-pagar etika” bagi setiap Googlers agar tidak berperilaku dan berbisnis jahat. Poin ke-6 dari corporate philosophy mengatakan: “You can make money without doing evil”. Sehebat apapun strategi dan model bisnis Anda; semua itu tak ada artinya tanpa adanya landasan moral dan etik yang kokoh.

Berbeda dari kebanyakan perusahaan konvensional yang bersifat vertikal; Google unik dan revolusioner karena menggunakan pendekatan dan logika bisnis yang horisontal.

SUMBER

Jadulnya "Marketing Is Liar"

Membaca buku marketing jadul memang masih asik untuk dibahas, makanya saya pilih topik ringan ini di hari libur nan indah hari minggu ini :). Berikut ulasan tentang marketing is liar ala Mas Yuswohady

Membangun merek adalah meracik dan menyebarkan cerita!

Anda ingin merek atau produk Anda sukses bukan kepalang? Raciklah cerita-cerita yang indah dan sebarkanlah ke sebanyak mungkin prospek Anda.

Bisa cerita itu beneran. Bisa juga cerita itu boong-boongan...ups! [...setidaknya menurut Seth Goddin—baca buku kocaknya: All Marketers Are Liars!].

Produk atau merek sesungguhnya tak lebih dari sekedar CERITA! Dan karenanya, jualan merek atau produk tak lain adalah JUALAN CERITA.

Nggak percaya?
Jualan BreadTalk tak lebih dari jualan cerita-cerita mengenai ”roti yang bisa berkisah”. Jualan Starbucks tak lebih dari jualan cerita-cerita mengenai ”ngopi sambil cuci mata dan mejeng—”see and to be seen”. Jualan Harley Davidson tak lebih dari jualan cerita-cerita mengenai “naik motor keren, macho, dan Amrik abis. Jualan A Mild adalah jualan cerita-cerita bahwa seharusnya Anda menjadi manusia merdeka, tak terkungkung oleh stigma sosial bernama ”basa basi”.

Apakah betul BreadTalk roti yang bisa berkisah? Apakah betul Harley Davidson macho dan Amrik abis? Apakah betul ngopi di Starbuck Sun Plaza Medan Anda tambah keren dan menjadi pusat perhatian banyak orang? [Setidaknya bagi saya...] itu semua bullshit!!! Kebetulan saya bukanlah tipe orang yang suka dikibuli dengan trik-trik pemasaran... brand story-lah, brand personality-lah, brand identity-lah, brand-essence-lah, dsb-dsb.

Di dunia ini banyak orang seperti saya, yang nggak peduli dengan buzzword dan trik-trik pemasaran. Cuma..., banyak juga orang yang nggak seperti saya. Banyak orang yang suka romantis, suka dihipnotis, suka dibohongi, suka dikibuli. Itu sebabnya BradTalk sukses bukan main... itu sebabnya Starbuck sukses bukan main.

Dalam hal ini saya percaya dengan Godin, bahwa semua marketer adalah pembohong besar. All Marketers Are Liars! Tapi tunggu dulu... marketer pembohong besar bukannya tanpa sebab. Sumbernya justru ada di si pelanggan. Karena si pelanggan memang SUKA dibohongi. Customers love to be cheated. Jadi semua kebohongan ini bukan semata-mata salahnya si marketer. Si pelanggan lah pihak yang paling bertanggung jawab kenapa marketers harus menjadi pembohong besar...

Apakah cerita BreadTalk sahih? Apakah cerita Harley indah menentramkan jiwa? Cerita A Mild benar adanya? Itu semua tergantung kita pelanggan. Kalau kita percaya bahwa cerita itu benar, ya jadinya benar. Tapi kalau kita percaya [seperti saya] cerita itu bullshit, ya jadinya cerita itu tak lebih dari sekedar bullshit belaka.

Ingat satu hal ini!
Pelanggan paling SUKA di-bullshit-in.
Pelanggan paling SUKA dibohongi.
Pelanggan paling SUKA membohongi diri sendiri.
Pelanggan tak butuh NEEDS, dia butuh WANTS—“Kutahu yang kumau”.
Itu sebabnya marketer [memang harus] menjadi pembohong besar!
Marketer menjadi pembohong besar karena pelanggan suka dibohongi... itulah esensi terdalam dari apa yang disebut CUSTOMER-CENTRIC.

Kesimpulannya...
Marketer dan pelanggan telah terperosok ke dalam l-i-n-g-k-a-r-a-n kebohongan yang tak berujung. Lingkaran kebohongan yang mutualistik, yang win-win, yang membawa NIKMAT. Nikmat bagi si marketer. Nikmat bagi si pelanggan. Kalau sudah begini, so what gitu lho... Apa jeleknya marketer menjadi pembohong besar?
Nggak ada jeleknya. Justru sebaliknya, [persis seperti kata Seth Godin] untuk menjadi marketer Anda harus menjadi pembohong kampiun. Good Marketer is good liar!

Awas!!!
Barangkali penulis adalah marketer yang sedang membohongi Anda semua para pembaca...


SUMBER

Jumat, 08 Februari 2013

Menjadi Story Teller Presentator

Dalam dunia bisnis, kemampuan untuk menyampaikan ide adalah hal yang sangat penting. Untuk mewujudkan ide-ide kreatif menjadi bisnis besar yang sukses, entrepreneur harus dapat meyakinkan investor bahwa idenya layak dijual. Oleh karena itu, skill untuk menyampaikan ide melalui presentasi harus dimiliki oleh setiap orang.

Melakukan presentasi dengan persuasif tidak mudah dilakukan. Selain skill berbicara di depan umum, kemampuan untuk mendesain materi presentasi juga penting untuk diperhatikan. Hal ini tidak hanya berlaku bagi para pebisnis pemula yang baru buka usaha. Orang-orang dengan jabatan CEO sekalipun masih membutuhkan kemampuan presentasi yang baik untuk menyukseskan proyek dan berbagai kesepakatan strategis perusahaan.


Chris Norris, Presiden dan CEO pada Alta Devices membagi pengalamannya dalam membuat presentasi yang persuasif. Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip storytelling dalam presentasi. Ada dua hal dari pendengar yang harus bisa disentuh oleh seorang presenter, yaitu emotional appeal dan  analytical appeal. Seperti apa penjelasannya, simak dalam video berikut:



Almarhum Steve Jobs termasuk sebagai presenter yang kelas dunia yang menerapkannya. Bagaimana dengan kita ? 

SUMBER

Perbanyak Teman, Bukan Sekedar Jualan !

"Teman adalah uang"
By : Anonym 




Mungkin pepatah di atas representatif dengan dunia bisnis. 

Kita ingat cerita Joe Girard, super salesman yang selama 15 tahun jualan 13.000 mobil Chevrolet di Amerika Serikat (AS). Dari era keemasannya, tahun 1963 hingga 1978, Girard jualan rata-rata 6 mobil per hari, jauh lebih unggul ketimbang para koleganya yang rata-rata hanya jualan 3 mobil  per bulan.

Cerita legendarisnya hingga sekarang masih sering dijadikan bahan omongan para salesman, terutama di dunia otomotif. Girard hingga sekarang didaulat sebagai The World’s Greatest Salesman dari The Guinness Book of World Record. Bahkan hingga sekarang rekor ini belum terpecahkan oleh siapapun.

Apa resep sakti seorang Joe Girard? Knowledge, skills dan attitude memang penting. Namun yang lebih penting dari kesuksesan seorang Joe Girard adalah kemampuan membangun network yang efektif.

Ada yang dinamakan Hukum Girard 250. Menurut Girard, network mesti dibangun dari lingkungan sekitar atau orang-orang yang paling dekat dengan kita. Girard terinspirasi dari banyaknya jumlah pelayat yang menghantarkan jenazah seseorang di sebuah pemakaman. Menurut pengamatannya, biasanya ada 250 orang! Nah angka 250 ini adalah modal awal yang kudu dikembangkan dan dibina untuk membangun network yang lebih luas lagi.

Network adalah aset dan modal utama kesuksesan seorang salesman. Anda mungkin terpikir, di era yang serba ter-Connect! seperti sekarang, semestinya banyak yang bisa seperti Joe Girard. Bahkan bisa jadi lebih hebat! Bagaimana tidak, platform atau alat untuk social networking, toh sudah banyak sekali. Contohnya Facebook, Twitter, Google+, LinkedIn, Path, dan sebagainya.

Punya puluhan circles di Google+, ratusan teman di Facebook, atau ribuan follower di Twitter tentu merupakan aset. Namun aset itu tidak ada gunanya apabila kita tidak menjalin komunikasi rutin dengan mereka dan network di sekeliling mereka.

Sebagaimana yang sering kami utarakan di Marketeers, seorang salesman harus punya kemampuan untuk memetakan dan membangun network yang efektif dalam mendukung proses penjualan. Dan tak hanya itu, network tersebut harus dioptimalkan untuk mendapatkan penjualan melalui rekomendasi.

Intinya bukan jualan, namun bagaimana kita meng-commercialize atau me-monetizenetwork yang kita miliki
 

Minggu, 27 Januari 2013

Narkoba Raffi Ahmad Dan Marketing

Dunia marketing memang sangat dekat dengan pekerjaan memahami kebutuhan pasien, ups, pasar maksud saya. 



Hari ini atensi saya lagi-lagi terusik dengan penggerebekan rumah artis kenamaan Raffi Ahmad atas sangkaan pesta narkoba dengan beberapa artis yang juga ikut dalam pesta tersebut dari berbagai media massa yang saya peroleh. Saya sempat berpikir, apakah masih kurang dengan materi yang sudah dengan susah payah mereka peroleh, harus ditambah lagi dengan barang yang namanya narkoba untuk memuaskan "want" yang selama ini kurang terpenuhi ? 

Saya tidak berbicara soal kronologi penggerebekan, tapi fokus saya adalah jagonya sang marketer narkoba menggaet pasar papan atas. Bagaimana sih kok bisa ? 

Kembali lagi kita membahas rahasia marketer sukses :

1. Kemampuan yang tidak boleh tidak dimiliki para marketer adalah memahami peluang / kebutuhan / keinginan pasar. Jeli melihat peluang adalah syarat mutlak marketer. Para marketer narkoba (yang kemudian saya singkat MN) adalah ahli dibidangnya. Pasar artis adalah pasar yang dinamis dengan gaya hidup dunia gemerlap, beban kerja ekstrim sebagai seorang artis, sehingga dengan kondisi seperti itu, psikis pasar ini sangat gampang untuk goyah dan biasanya membutuhkan suatu pelarian. Pelarian itulah oleh para MN merekayasa pasar ini untuk menaikkan omset produk narkoba. 

2. Teknik promosi yang below the line ala MN cukup memiliki proses. Di mulai dari pendekatan awal lewat mengikuti gaya hidup pasar ini, kemudian mempenetrasi pasar lewat promosi lewat mouth of marketing dibumbui dengan teknik komunikasi persuasif. Logikanya, karena produk yang dipasarkan adalah barang sangat terlarang, maka tentu tidak mungkin menggunakan promosi terang-terangan misal lewat brosur, billboard dan bahan promo eksplisit lainnya (wong edan kalau ada MN yang buat promosi terang-terangan) 

3. Membangun jaringan distribusi yang kuat dan tanpa diketahui oleh siapapun untuk memasok narkoba adalah kunci sukses bisnis ini. Konsumen narkoba adalah over demand mind. Artinya dengan kondisi apapun, konsumen akan "sangat memaksakan diri" untuk memenuhi kebutuhannya dengan barang haram itu, maka perlu jaringan distribusi yang sangat kuat dan diam-diam (stealth) 

Ke-3 hal sederhana di atas adalah keseharian para marketer produk apapun itu. Biar bagaimanapun, selama ada pasar, ada manusia yang lain memanfaatkan peluang pasar, selama itu pula lah bisnis berjalan dan para marketer yang menjadikan produk yang dihasilkan sampai ke tahap penikmatan produkoleh konsumen. 

Nah, dengan kasus ini, kebetulan juga saya sangat menjauhi barang haram narkoba, maka strategi untuk mematikan bisnis ini adalah menyerang pasar atau mematikan produsen narkoba itu sendiri. Propaganda anti narkoba tidaklah cukup seperti yang sering kita lihat melalui plang jalan anti narkoba dan mass media.

Jikalau bisa, justru dengan peluang pasar seperti ini, mungkin berbagai bisnis yang sifatnya jasa untuk menampung "pelarian" para artis ini seperti bisnis outbound, jasa terapi pijat, atau jasa dekat dengan Tuhan melalui ustad, pendeta dan para pemuka agama juga bakal laku melihat behaviour pasar artis seperti ini adalah mereka yang tak taat lagi dengan Tuhannya kali ya ? 

Makanya, bisnis tandingan narkoba yang berperan sebagai "good" juga harus gencar melakukan kegiatan marketing layaknya para MN dong :-)

Note:
Tulisan ini hanyalah opini marketing semata. Penulis mendukung 100% gerakan anti narkoba selamatkan bangsa Indonesia dari kehancuran.









Kamis, 24 Januari 2013

Proyeksi Pemasaran 2013

Salam semangat :)

Kesibukan dengan aktivitas kerja sempat membuat saya merindukan blog pribadi ini. Lama sudah tak dipermak, tak pula di isi kontent-nya. Tapi seperti jargon aktor Terminator Mr. Arnold Schwarzenegger katakan : " I'm Back."

Kembali kita ke topik resolusi marketing di tahun 2013. Bagi UKM ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi Anda untuk keputusan marketing campaign yang akan Anda implementasikan di tahun 2013 ini dengan segenap dinamika perkembangan dunia digital dalam hal ini erat kaitannya dengan social media. Berikut kutipan yang saya ambil dari artikel marketing.co.id :

1: Tidak lebih statis, website yang membosankan 

Sebuah website statis yang hanya bercerita tentang Anda tidak lagi menjadi alat pemasaran yang berguna. Tidak seorang pun memiliki waktu untuk membaca tentang betapa hebatnya Anda jika mereka tidak tahu apa yang dapat Anda lakukan untuk mereka.

Sebagai gantinya, ubahlah website Anda menjadi sebuah perangkat yang berguna untuk membantu prospek Anda memahami siapa diri Anda dan apa yang dapat Anda lakukan untuk mereka sambil membuat lebih mudah bagi mereka untuk menghubungi Anda.

Untuk melakukan transformasi ini, tambahkan konten untuk rencana pemasaran Anda. Menciptakan kualitas konten yang relevan, menarik perhatian target pasar Anda dan posisi Anda sebagai ahli dalam industri Anda. Apakah Anda ingin menghasilkan konten atau tidak, Anda harus menemukan cara untuk membuat informasi yang membantu pelanggan Anda. Bagaimana Anda memberikan informasi ini akan bergantung pada audiens target Anda.  Anda hanya perlu membuatnya semudah mungkin bagi mereka ingin mengkonsumsi atau memperoleh konten Anda.

Dengan membantu memberikan konten, Anda:
  • Mendidik prospek anda
  • Menarik perhatian mereka
  • Mendapatkan rasa hormat dari mereka
  • Mendapatkan kepercayaan mereka
Ketika seseorang sudah tahu dan mereka ingin bekerja sama dengan perusahaan Anda, respon dengan cepat permintaan inbound mereka. Hal ini akan terus meningkatkan hubungan dengan mereka dan Anda memulainya dengan konten Anda.

2: Konten baru merupakan keharusan untuk kelangsungan hidup pemasaran online

Sebuah rencana konten dan kalender editorial akan membantu Anda membuat sebuah road map untuk apa konten Anda akan berkembang selama beberapa waktu. Apakah Anda merencanakan untuk 12 bulan atau beberapa minggu, membuat perencanaan ke depan akan membantu Anda untuk tidak membuang-buang waktu untuk mencoba mencari tahu dan memproduksi konten apa dan dengan media apa – teks, video atau audio. Anda mungkin ingin memeriksa kalender Editorial plugin WordPress untuk merencanakan posting Anda.

3: SEO merupakan tanggung jawab si pemilik bisnis kecil

Dengan adanya perubahan terhadap algoritma pencarian Google selama setahun terakhir ini, SEO gaya lama tak lagi berfungsi, dan pada kenyataannya masih banyak teknik SEO lama yang di pakai yang justru bisa mematikan visibilitas Anda.

Hal terbaik yang dapat Anda lakukan adalah sedikit mempelajari tentang SEO, apa yang berfungsi dan mana yang tidak. Dengan begitu, Anda dapat menentukan apakah harus merekrut sebuah perusahaan pemasaran lokal terpercaya untuk membantu Anda atau melakukannya sendiri.

Mulailah dengan on-page SEO untuk website WordPress Anda. Menginstal plugin yang disebut WordPress SEO dan meluangkan beberapa waktu untuk mempelajari bagaimana menggunakannya. Plugin ini akan membantu Anda berjalan melalui proses SEO untuk setiap halaman atau memposting di website Anda.

4: Dukungan pengunjung seluler

Handphone adalah cara orang menggunakan Internet sekarang. Pastikan website Anda mendukung akses mobile juga sehingga Anda tidak kehilangan peluang ini.

Kebanyakan bisnis kecil kesulitan untuk memiliki dua situs web browser dan situs web mobile yang dirancang dan dikembangkan. Jika Anda ingin melakukan pengalihan website Anda ke tema responsif, maka Anda mampu mendukung semua perangkat dengan mudah.

Desain web responsif menanggapi ukuran dari perangkat yang sedang digunakan. Ada banyak tema WordPress responsive gratis maupun yang premium yang tersedia.

Meskipun tema responsif mungkin bukan pilihan yang tepat untuk semua situs web, keuntungan dari desain tema responsif lebih besar daripada negatifnya. Oleh karena itu, kemungkinan besar ini akan menjadi solusi yang paling populer bagi bisnis kecil untuk dukungan mobile.

5: pemasaran Email belum mati

Apakah Anda mengembangkan daftar opt-in email untuk bisnis Anda? Pemasaran email melengkapi keberadaan online Anda. Hal ini memungkinkan Anda untuk menjangkau orang-orang yang telah menunjukan ketertarikan mereka pada Anda.

Buatlah bagian dari rencana konten Anda untuk menciptakan produk yang berharga seperti alat ebook, whitepaper, atau yang berguna lainnya. Berikan secara gratis ketika mereka mendaftar untuk daftar email Anda.

 Kemudian mengembangkan strategi konten yang berlanjut hingga Anda dapat membantu permasalahan yang mereka hadapi. Hal ini akan terus mengembangkan hubungan dengan pelanggan dan menarik perhatian mereka yang tertarik dengan bisnis Anda.

6: Kehadiran optimasi Web adalah masa depan

Adanya pengoptimalan web akan membantu Anda secara konsisten meningkatkan jejak digital bagi bisnis Anda dan memperluas kehadiran Anda ke situs media sosial yang tepat:
  • Menciptakan visibilitas lebih untuk merek anda
  • Memungkinkan Anda untuk berkomunikasi dengan orang-orang online selain Offline
Menarik perhatian klien ideal Anda melalui informasi yang berguna dan alat-alat yang membantu mereka memecahkan masalah tertentu. Tinjau terus keberadaan Anda di situs media sosial untuk memastikan apakah Anda perlu memusatkan sedikit perhatian atau memperluas kehadiran Anda ke platform lainnya.

Situs baru seperti Pinterest, menawarkan bisnis secara visual dengan cara mudah untuk berbagi pekerjaan mereka melalui akun bisnis Pinterest.

Dapatkah pelanggan menemukan bisnis online Anda di masa depan?

Evaluasilah bisnis Anda berdasarkan pada enam tren pemasaran bisnis kecil ini untuk memastikan apakah Anda harus melakukan sesuatu yang berbeda secara drastis.

Jika Anda terjebak dalam kebiasaan pemasaran online dengan satu Website, tidak mendukung mobile, atau tidak ada konten baru untuk membantu prospek Anda memecahkan masalah, maka sudah saatnya bagi Anda untuk mengambil kendali.

Infographic ini akan membantu Anda menentukan strategi pemasaran UKM ke depan.


Semoga bermanfaat :)




Rabu, 28 November 2012

Pelanggan Yang Loyal

Apa arti penting sebuah pelayanan ? Begitu kita sudah melakukan aktivitas jual beli sebagai pelanggan, apakah ada rasa kepuasan yang diperoleh atas bentuk pelayanan yang diberikan?

Pelayanan yang memuaskan (excellent service) adalah bagian dari aktivitas bisnis. Tanpa pelanggan yang puas terhadap pelayanan yang diberikan niscaya bisnis yang dijalankan akan runtuh.


Yang menjadi pertanyaan, karena keterbatasan kreatifitas kita untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan, lantas apa yang bisa diperbuat untuk pelanggan kita? Video ini memberikan inspirasi:


Dari contoh yang ditayangkan oleh video tadi, jelas sudah bahwa pelayanan yang unik tidak memerlukan biaya yang besar. Selain diperlukan ketulusan hati memberikan pelayanan, prinsip "memberi" mutlak diperlukan, konsistensi juga jangan dilupakan.

Semoga hari ini kita memberikan senyuman yang tulus kepada pelanggan, orang tua, kekasih, anak dan teman-teman kita ya ;)




10 Hal Dasar Tentang Pemasaran Di Social Media

Saat ini, banyak merek sudah terjun ke media-media percakapan, seperti Twitter dan Facebook. Aktivitas pemasaran pun melebar ke kanal-kanal sosial tersebut. Diyakini, dan sebagian sudah terbukti, bahwa membangun kekuatan konten dan social media marketing bisa membantu merek mengelola basis pelanggannya dengan lebih gampang.

Namun, ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh pengelola merek ketika terjun ke media sosial. Tidak boleh disamaratakan dengan aktivitas di offline, meskipun keduanya saat ini terintegrasi.

 


 Susan Gunelius, kolumnis Entrepreneur.com, memaparkan ada 10 hal yang mendasar tentang praktik Social Media Marketing.

Berikut sadurannya:

1. Prinsip Mendengarkan
Dalam media sosial, percakapan harus diutamakan. Percakapan adalah proses interaktif antara pemilik merek dan audiensnya. Dalam percakapan, hal paling penting adalah mendengarkan. Di sini, diharapkan pemilik merek lebih banyak mendengarkan ketimbang lebih banyak bicara. Membaca apa yang menjadi topik utama pembicaraan di kalangan audiens cukup penting dan baru kemudian bergabung dengan percakapan mereka.

2. Prinsip Fokus
Lebih baik menunjukkan spesialisasi tertentu ketimbang ingin memberikan banyak hal tapi tidak fokus. Dengan demikian, posisi merek akan semakin kuat. Konten yang disajikan juga harus fokus.

3. Prinsip Kualitas
Kualitas lebih penting daripada kuantitas. Lebih baik bila memiliki 1.000 koneksi yang membaca, membagi, dan membincangkan konten Anda dengan audiens mereka daripada 10.000 koneksi yang kemudian menghilang setelah kontak dengan Anda untuk pertama kalinya.

4. Prinsip Kesabaran
Kesuksesan konten pemasaran dan media sosial tidaklah dibangun dalam semalam. Butuh kesabaran. Tidak boleh juga melakukan langkah-langkah instan, seperti mendapatkan follower banyak dalam sekejap karena hal itu akan bersifat kontraproduktif. Membangun relasi yang mendalam dengan koneksi tidaklah mudah dan butuh waktu untuk berproses.

5. Prinsip Integrasi
Bila Anda mempublikasikan sesuatu yang berkualitas, menarik, dan kemudian membuat audiens Anda membagikannya kepada audiensnya masing-masing, hal ini sangat menguntungkan. Apalagi mereka akan membagikannya di kanal-kanal sosial lainnya, seperti Twitter, Facebook, LinkedIn, blog, dan sebagainya. Dengan banyaknya sharing dari audiens dan juga diskusi tentang konten tersebut, membuat konten Anda memiliki keterbacaan lebih tinggi di mesin pencari, seperti Google.

6. Prinsip Pengaruh
Anda harus bisa dengan telaten memilih audiens yang memiliki daya pengaruh besar bagi audiens lainnya. Ini yang disebut dengan influencers. Perlu meluangkan waktu untuk menemukan mereka yang sungguh peduli dan minat pada produk, layanan, maupun bisnis Anda. Bangun komunikasi kontinu dengan mereka.

7. Prinsip Nilai
Bila Anda hanya membincangkan soal produk dan layanan Anda di media sosial, para audiens Anda kemungkinan besar akan meninggalkan Anda, cepat maupun lambat. Anda harus bisa memberikan nilai tambah dalam setiap percakapan. Jadikan akun Anda di media sosial sebagai sumber nilai bagi audiens Anda, apa pun jenis nilainya. Jangan lupa menggandeng para influencer Anda untuk memasarkan nilai-nilai tersebut.

8. Prinsip Pengakuan
Pengakuan itu penting dalam relasi di era media sosial seperti sekarang. Sebab itu, agar bisa diakui dalam komunitas online, Anda juga harus bisa memberikan kepercayaan kepada mereka. Selain itu, jangan sungkan-sungkan juga memberi pengakuan kepada siapa saja yang berhubungan dengan Anda di media sosial.

9.Prinsip Aksesibilitas
Aksesibilitas penting sebagai bukti Anda benar-benar hadir dalam komunitas audiens Anda. Jangan pernah mempublikasikan suatu konten lalu Anda menghilang. Tunjukkan dengan respons dan komunikasi interaktif dengan mereka. Selain itu, Anda harus bisa hadir dan menunjukkan

10. Prinsip Timbal Balik
Percakapan harus interaktif di media sosial. Saling mendengarkan dan berbagi. Percakapan tidak bisa lagi dilakukan secara satu arah seperti layaknya iklan-iklan di televisi. Interaksi menjadi penanda bahwa Anda peduli dengan audiens Anda dan tidak hanya memikirkan merek maupun bisnis Anda sendiri.

SUMBER

Jumat, 28 September 2012

Tips Dunia Ekspor (Bagian 1)

Pasar internasional adalah peluang sangat besar meraih untung setinggi-tingginya dari komoditi yang diperjual belikan. Yuk kita belajar ekspor dari blog saya ya ^^




Berikut tips dasar :

1. Setiap komodity untuk pasar ekspor, usahakan kualitas baik dan di jaga.

2. Usahakan kemasan juga harus menarik penampilannya dan tidak mudah pecah/ sobek.

3. Setiap komodity yang ingin di pasarkan untuk ekspor harus mempunyai hasil Lab Analisa dari institusi terpercaya , misalnya dari : SUCOFINDO, dan lain lain.

4. Calon Eksportir Sudah mempunyai perhitungan modal + profit = harga jual.

5. Calon Exportir sedikit banyak menguasai teknis/ cara pembuatan/ jenis/ dan lain lain dari barang yang akan di ekspor
.

SUMBER

Nantikan tips ekspor berikutnya ya ^^

Rabu, 26 September 2012

Pendatang Baru Bernama Tata Motor Indonesia

Sudah terobesi punya mobil baru tapi dana masih mencekik ? Mmm...jangankan Anda, saya pun juga punya keinginan memiliki mobil yang harganya sangat murah namun tetap berkualitas tinggi, ramah lingkungan, layanan purna jual yang mendukung dan sangat hemat bahan bakar.

Saya bisa memberikan alternatif mobil tersebut bisa dijawab oleh Tata Motor Indonesia.

Pasar otomotif mobil di Indonesia memang sangat ketat. Apalagi saat ini masih dipegang kuat oleh beberapa merk ternama yang merupakan pemain lama seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Suzuki, Mercedez Benz, BMW, KIA, Hyundai dan sebagainya. Kehadiran brand baru seperti Tata Motor dengan merk ternama mereka -Tata- pasti menambah sengit perang di pasar otomotif Indonesia.

Kita sebut saja produk andalan mereka yang menjadi ikon mobil termurah di dunia yaitu Tata Nano.

Dengan spesifikasi :









Dimensi

Panjang keseluruhan 3.099 mm
Lebar 1.495 mm
Tinggi 1.652 mm
Wheelbase 2.230 mm
Ground clearance 180 mm
Kapasitas 4 orang
Berat 600-635 kg

Mesin

Tipe: 624 cc, 2 silinder, MPFI
Daya maksimum 35 hp pada 5.200 RPM
Torsi maksimum 48 Nm pada 3.000-3.500 RPM
Kecepatan maksimum 105 km/h
Konsumsi BBM 23,6 km per liter

Suspensi

Depan Independent, lower wishbone, McPherson Strut
Belakang, Independent, Semi Trailing arm with coil spring Ban
Ukuran ban depan 135/70 R 12
Ukuran ban belakang 155/65 R 12
(sumber)

Diperkirakan harga jual on the road sekitar 30 jutaan (sumber)

Bagaimana respon masyarakat terhadap mobil ini ? Tentu beragam tanggapan di lontarkan seperti yang dilaporkan salah satu portal berita di ajang IIMS 2012 (silahkan klik)

Strategi Tata
Menilik dari pernyataan Mr. Biswadev Sengupta, president director Tata Motors Indonesia sebagai berikut :

"Saat ini Tata masih berada pada tahap yang sangat awal. Saat ini kami sedang menyemai untuk menumbuhkan brand image di masyarakat Indonesia. Indonesia adalah pasar besar si kawasan dan berpotensi menjadi pasar utama di dunia. Populasi mobil masih 40 per 1000 penduduk, jauh dibawah Thai yang sudah 150 per 1000 penduduk. Indonesia masih terus akan berkembang. Didukung perkembangan ekonomi yang terus meningkat.  Membuat rakyat Indonesia punya uang. Hal itu melahirkan kebutuhan untuk memiliki properti, mobil, perhiasan dan lain sebagainya. Indonesia juga negara besar, bukan cuma  jabodetabek. Tata akan mengembangkan pasar ke seluruh Indonesia bukan cuma Jawa. Kami sangat serius untuk masuk Indonesia. Kami lakukan dengan sungguh-sunguh. Dan begitu kami masuk, kantor pusat kami akan benar-benar komitmen. Sebelumnya kami sudah lima tahun menjalankan bisnis di Thailand, kami sudah belajar tradisi bisnis dikawasan ini. " (sumber )

Sebagai pendatang baru, perlu tenaga yang ekstra keras untuk menggerakkan lokomotif Tata di pasar otomotif Indonesia. Apa brand image Tata yang ingin di bangun? Apa pula Authentic Brand Story yang akan dibangun untuk mengakselerasi promosi WOM oleh Tata ? Strategi apa yang akan dibangun mengalahkan Goliath Toyota dan merk-merk lainnya yang sudah lama di Indonesia? Jalur kanal promosi pemasaran manakah yang  efektif untuk segera memanen image ? Sudah siapkah sistem produksinya untuk menghindari indent panjang ? Bagaimana kesiapan layanan purna jualnya? dan segenap pertanyaan lainnya yang menghadang di depan Tata Motor Indonesia...

Sungguh pertanyaan yang singkat namun patut dipersiapkan langkah-langkah nyata sebagai pendatang baru.

Perlu Segalanya


Tak bisa dipungkiri, animo masyarakat akan mobil murah, ramah lingkungan dan hemat bahan bakar merupakan sinyal akan ceruk pasar yang sangat potensial untuk digarap. Tata motor mencoba menggarapnya dengan memperkenalkan produk Tata Nano sebagai solusinya. Bagaimana respon masyarakat kedepannya ? Perlu persiapan matang, apalagi pesaing utama Tata Nano kalau di lihat lebih teliti lagi, justru datang dari penjualan mobil bekas dengan sederet produk mobil dari merk-merk yang sudah sangat kuat.

Keraguan utama kebanyakan konsumen otomotif adalah kualitas. Apakah Tata Motor mampu menghadirkan kualitas produk yang handal layaknya produk Jepang? Saya pikir, perusahaan yang sudah go international seperti Tata Motor sudah menjamin keunggulan produknya. Nah, bagaimana mengubah persepi merk yang selama ini masih menjadi image merk kebanyakan konsumen agar segera beralih ke produk dengan merk Tata ?

Kita ambil saja contoh kasus merk sepeda motor dari India,  Bajaj Pulsar dengan mengusung teknologi twin spark yang mampu membuat kendaraan menjadi sangat hemat konsumsi bahan bakar fosil (BBM) dibanding sepeda motor merk jepang seperti Honda atau Yamaha. Kualitasnya mampu menyaingi merk-merk Jepang. Layanan purna jualnya juga mantap. Namun lihatlah kenyataan dilapangan, walaupun  Bajaj Pulsar yang mampu membuat rekor MURI sebagai kendaraan sport paling hemat masih harus tertatih-tatih melawan gempuran persepsi masyarakat " kalau naik kreta, ya naik Honda aja".

Begitulah stereotip masyarakat akan brand image. Susah lho mengubahnya untuk memilih merk yang lain.

Angin Segar

Konsumen Indonesia juga orang pintar. Apakah Tata Nano dipersepsikan konsumen sebagai produk untuk kelas masyarakat menengah ke bawah ? Tentu itu berkorelasi erat dengan harga. Apakah harga yang ditawarkan sepadan dengan fasilitas yang diberikan sesuai dengan harapan konsumen? Saya pikir, konsumen tetap lah makhluk yang serakah untuk memberikan kompensasi sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kepuasan sebesar-besarnya. Namun, dengan perkembangan era digital, memunculkan konsumen yang dedicated dan rasional.

Dengan dukungan program pemerintah low cost green car, peluang makin terbuka lebar.

Saya pikir, Tata muncul disaat waktu yang tepat dengan kondisi yang tepat pula.

Bagaimana dengan Anda menilai Tata sebagai pendatang baru di pasar otomotif Indonesia? Berikut video Tata Nano dengan versi teranyarnya yaitu Tata Pixel dan Tata Megapixel. Saya yakin, Anda terkagum kagum dengan mobil -kacang goreng- Tata dan kemungkinan besar Anda akan sangat bernafsu untuk memilikinya segera .

Let's check it out!

 

 

 

Menarik sekali video yang ditampilkan. Bisa saja muncul pernyataan yang merakyat seperti berikut ini :
"Ketimbang naik kereta kena panas dan hujan, lebih baik naik mobil Tata Nano/ Pixel / Mega Pixel." hehehehehe

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.


















Senin, 24 September 2012

Hukum 10:90

Kenapa saya sebut “10:90 (ten-ninety) Marketing”? Karena marketing kini tak lagi dimonopoli marketer. Dulu memang marketing 100% dilakukan oleh marketer, konsumen mendapat jatah 0%. Marketer melakukan semuanya: membuat produk unggul, menyewa agensi untuk membuat iklan, dan kemudian mem-broadcast iklan tersebut ke seluruh penjuru tanah air menggunakan TV, radio, atau koran. Sementara si konsumen hanya pasif menerima pesan-pesan iklan si marketer, sambil tentu saja dongkol karena tontonan liga Inggris kesukaannya diacak-acak.

Kini marketing berubah drastis. Marketer cukup mengerjakan 10% saja, lalu sisanya 90% dikerjakan oleh konsumen. Itu makanya saya sebut “10:90”. Marketer cukup mencipta authentic brand story, lalu menaruhnya di Youtube atau memicu percakapan di Twitter/Facebook, that’s it. Lalu konsumen lah yang bekerja keras membesarkan dan menyebarkan gelembung viral dari authentic brand story tersebut ke konsumen lain di seantero tanah air. Dalam “10:90 Marketing” yang bekerja super keras memasarkan produk bukanlah marketer, tapi konsumen.

Ada satu hukum dasar yang berlaku di dalam marketing gaya baru ini. Bunyinya sebagai berikut: “Semakin dominan campur tangan marketer dalam memasarkan produk/merek, maka semakin tumpul dampak marketing yang tercipta. Sebaliknya, semakin banyak keterlibatan konsumen, maka sukses pemasaran yang dicapai akan semakin powerful. Karena hukum itu maka “10:90 Marketing” pasti lebih ampuh dari “30:70 Marketing”. Dan “30:70 Marketing” pasti lebih powerful dari “60:40 Marketing”. Ingat: “Your most powerful marketer is your customers.”

Anda pasti masih bingung. Oke, agar lebih gampang memahaminya, coba kita lihat dua kasus pemasaran super hebat yang terjadi minggu ini. Pertama adalah kemenangan Jokowi di Pemilu DKI. Kedua adalah heboh viral Gangnam Style yang kini menjangkiti dunia.

Jokowi

Jokowi menang dari Foke karena kekuatan “10:90 Marketing”. Yang dilakukan Jokowi dan tim suksesnya sesungguhnya sederhana saja: pertama, membangun “produk unggul”; kedua, menciptakan “authentic brand story”, that’s it. Sisanya, masa pemilihlah yang bekerja keras memenangkan Jokowi. Bekal dua  hal itu sudah lebih dari cukup untuk menggerakkan “laskar WOM” (“word of mouth” maksudnya) yang mengarahkan para pemilih untuk mencoblos no.3 di hari pemungutan suara.

Apa “produk unggul” Jokowi? Prestasi Jokowi selama menjadi walikota Solo mulai dari kampanye city branding “Solo: The Spirit of Java”, relokasi pasar yang manusiawi, hingga dukungan terhadap mobil Esemka yang meroketkan namanya di kancah politik nasional.

Lalu apa “authentic brand story” Jokowi? Jokowi menjadi ikon pemimpin yang merakyat, hobi turun ke lapangan, mendengar keluh-kesah masyarakat, sosok pribadi yang sederhana dan apa adanya. Siapa yang “mengarang” seluruh cerita di seputar keikonan Jokowi? Yang membuat cerita tak lain adalah masyarakat (baca: konsumen) melalui cerita dari mulut ke mulut (WOM) secara natural dan otentik di kalangan tukang becak, obrolan di warung Tegal, hingga diskusi-diskusi di kampus (yup, cocreate your brand story!). 

Inilah yang dalam teori pemasaran WOM disebut wisdom of crowd. Awalnya adalah cerita dari mulut ke mulut, tapi karena menyebar dan diterima secara luas, maka kemudian dianggap sebagai kebenaran.
Dengan modal prestasi masa lalu dan cerita otentik itu, viral keikonan Jokowi merambat cepat ke seluruh penjuru tanah air menjelang hari H pencoblosan. Di sinilah massa pemilih bekerja keras menyebarkan cerita-cerita keikonan Jokowi baik secara offline (dari mulut ke mulut) maupun secara online (melalui ranah internet). Media sosial seperti YouTube, blog, Facebook, Twitter, Youtube, hingga BBM menjadi tools ampuh yang memungkinkan massa pemilih demikian gampang menyebarkan cerita mengenai keikonan Jokowi.

Singkatnya, sebagian besar pemasaran Jokowi di Pilkada DKI bukanlah dilakukan Jokowi dan tim suksesnya, tapi dilakukan secara voluntir, natural, dan otentik oleh massa pemilihnya melalui penyebaran WOM yang powerful. Jokowi melakukan 10% pekerjaan, sisanya 90% dilakukan oleh massa pemilihnya.

Gangnam Style

Fenomena demam Gangnam Style setali tiga uang. Lagu dan gaya tari yang dirilis pertengahan Juli 2012 ini mencapai sukses pemasaran luar biasa di seluruh dunia karena keampuhan “10:90 Marketing”. Gaya tari baru asal Korea yang digagas rapper Psy ini kini memecahkan Guiness World Record sebagai The the Most ‘Liked’ Video in YouTube History yang hingga minggu ini ditonton 235 juta kali. Seperti halnya Jokowi, pemain utama pemasaran Gangnam Style bukanlah Psy atau label rekaman yang mengusungnya, tapi para penikmat tarian baru itu di lima penjuru benua.

Apa “produk unggul” Gangnam Style? Tak lain adalah lagu yang nge-beat dan jenaka; juga tentu tarian Gangnam Style (tari gaya “menunggang kuda”) yang unik, fresh, dan agak nyleneh dari tarian yang selama ini ada. Lalu apa “authentic brand story” dari Gangnam Style? Tak lain adalah cerita-cerita yang melingkupi tarian ini: mulai dari cerita mengenai distrik Gangnam (kawasan Baverly Hills-nya Seoul); satire gaya hidup konsumtif yang menjadi tema lagu/tari ini; hingga tampang Psy yang “anti K-pop idol” alias berlawanan dengan umumnya sosok K-pop ikon yang keren dan imut.

Kunci sukses pemasaran Gangnam Style adalah peran massif dari para laskar WOM di seluruh dunia. Diawali dari kalangan powerful influencers yaitu para selebriti dunia seperti Robbie Williams, T-Pain, Katy Perry, Tom Cruise, Britney Spears hingga Nelly Furtado. Para selebriti yang sangat powerful di media sosial dan media konvensional inilah viral deman Gangnam Style dipicu.

Aksi early influencers ini kemudian disusul dengan aksi laskar WOM yang secara voluntir dan genuine mempromosikan tarian ini. Aksinya macam-macam. Bisa melalui cuit-cuit di Twitter dan Facebook, meng-upload video Gangnam Style tiruan dan versi parodi, atau membikin aksi flash mob (termasuk flah mob Gangnam Style di Bunderan HI yang melibatkan 800-an orang beberapa waktu lalu). Seperti halnya Jokowi, Psy dan timnya melakukan 10% pekerjaan, sisanya 90% dilakukan oleh massa konsumennya di seluruh dunia.

bingkaiberita.com

Jadilah marketer cerdas seperti Jokowi dan Psy. Mereka begitu cantik dan piawai memperalat konsumennya (yup, community of evangelists) untuk memasarkan diri dan produk mereka. Ingat hukumnya: marketer cerdas cukup kerja 10%; 90% sisanya diserahkan ke konsumen.


Selasa, 11 September 2012

Jurus Pemasaran "Gila" ala PSY -Gangnam Style

Mendiang Andy Warhol pernah bilang  bahwa Anda akan terkenal sedunia hanya dalam 15 menit. Andy mengatakan hal itu jauh sebelum muncul ingar bingar media sosial. Dan, ucapan ini saat ini menjadi kenyataan. Lagi-lagi, YouTube kembali menjadi media bagi yang dulunya bukan apa-apa menjadi apa-apa dan diperbincangkan di seluruh dunia.



http://devorzongallery.com/artists/andywarhol

Contoh paling populernya siapa lagi kalau bukan Gangnam Style! Bahkan, gaya dan gerakan dari K-Pop Single asal Korea Selatan PSY itu ditirukan dengan berbagai gaya dari berbagai negara, termasuk para artis papan atas. Sampai tulisan ini diturunkan, video Gangnam Style mendapatkan lebih dari 143 juta views dengan 1,4 juta likes (11 September 2012 - 23.00WIB)

Kenapa bisa begitu populer bak "virus outbreak" ?  Kunci utamanya ada pada super uniknya video ini, nyeleneh, dan tentu lucu. Psy menjadi sentral dalam hal ini. PSY bisa menyuguhkan sebuah dance dan lagu yang unik, lincah, ritmik, jenaka, sekaligus “gila.” Gerakan dan lagunya sangat simpel dan mudah ditirukan. Sehingga, orang yang menirukannya pun turut senang dan menikmati. Dengan begitu, lagu ini gampang sekali menjadi milik semua orang.

Kunci kedua adalah peran serta social media. Gara-gara social media inilah, orang-orang pun mulai ketularan "gila" nya dance ala Gangnam Style dengan berbagai versi. Mulai dari versi parody, versi Thailand dan sebagainya.



Saking fenomenalnya, Gangnam Style membuat para artis papan atas pun turut kepincut. Nelly Furtado, misalnya, turut manggung dengan menampilkan gerakan dan irama ala Gangnam Style. Bahkan, Katie Perry, Britney Spears, juga turut “terjangkiti virus” Gangnam Style. Dan, Justien Bieber pun dibuat kesengsem dan merekrut Psy menjadi produser Bieber di Amerika Serikat.

Patut kita acungi dua jempol karena inilah viral marketing sesungguhnya. Tapi ingatlah, tidak gampang memulai suatu strategi pemasaran ala viral marketing "Gangnam Style".

Pelajaran yang bisa diambil dari viral marketing ala Gangnam Style adalah mau tidak mau produknya harus unik dan memiliki diferensiasi yang kuat. Ada nasihat di dunia pemasaran bahwa untuk sukses di pasar tidak harus menjadi yang terbaik, tapi menjadi yang berbeda. Sebab itu, diferensiasi ini menjadi kata kunci. Gangnam Style jelas memiliki diferensiasi tersebut. Diferensiasi inilah yang menjadi daya pikat
.
Kedua, simplisitas. Kesederhanaan, dalam banyak hal, menjadi kunci sukses produk bisa diterima dengan mudah oleh konsumennya. Gangnam Style berhasil menyuguhkan video klik yang simpel yang mudah ditirukan oleh banyak orang.

Ketiga, sentuh sisi emosional. Produk dan kampanye marketing yang mampu menyentuh sisi emosional audiensnya, dijamin bakal sukses dan langgeng. Gangnam berhasil merebut hati para penggemarnya. Bahkan, keriangan, kelucuan, kebebasan, yang diusung dalam gerakan Gangnam Style akhirnya menjadi milik bersama. Audiens merasa memiliki gerakan tersebut. Terbukti dengan flash mob dan aneka versi Gangnam Style yang dibuat dan dimunculkan di media sosial. Sentuhan pengalaman dan emosional ini membuat customer memiliki sense of belonging pada produk tersebut.

Keempat, gunakan media sosial. Di era komunikasi horisontal saat ini, media sosial bisa menjadi alat mumpuni berkampanye yang mengusung nilai low budget-high impact. Gangnam Style hampir tak mengeluarkan bujet sepeser pun untuk terkenal seperti sekarang. Sebaliknya, dari media sosial inilah, Gangnam Style malah mendapatkan benefitnya. Dari perbincangan di media sosial, Gangnam Style diangkat jadi perbincangan di media-media kelas dunia, seperti CNN, CBS, Bloomberg Television, The Washington Post, BBC, dan sebagainya.

Indonesia sempat dihebohkan dengan video Udin Sedunia, Briptu Norman, dan yang paling populer adalah Sinta Jojo dengan Keong Racun. Tapi, apa yang membuat Gangnam Style lebih populer ? Padahal sama-sama menunjukkan keunikan, simplisitas, menunjukkan emosional yang kuat, dan sama-sama menggunakan social media seperti YouTube untuk mendongkrak popularitas ?



Mari share disini :)

Sumber