Jumat, 28 September 2012

Tips Dunia Ekspor (Bagian 1)

Pasar internasional adalah peluang sangat besar meraih untung setinggi-tingginya dari komoditi yang diperjual belikan. Yuk kita belajar ekspor dari blog saya ya ^^




Berikut tips dasar :

1. Setiap komodity untuk pasar ekspor, usahakan kualitas baik dan di jaga.

2. Usahakan kemasan juga harus menarik penampilannya dan tidak mudah pecah/ sobek.

3. Setiap komodity yang ingin di pasarkan untuk ekspor harus mempunyai hasil Lab Analisa dari institusi terpercaya , misalnya dari : SUCOFINDO, dan lain lain.

4. Calon Eksportir Sudah mempunyai perhitungan modal + profit = harga jual.

5. Calon Exportir sedikit banyak menguasai teknis/ cara pembuatan/ jenis/ dan lain lain dari barang yang akan di ekspor
.

SUMBER

Nantikan tips ekspor berikutnya ya ^^

Rabu, 26 September 2012

Pendatang Baru Bernama Tata Motor Indonesia

Sudah terobesi punya mobil baru tapi dana masih mencekik ? Mmm...jangankan Anda, saya pun juga punya keinginan memiliki mobil yang harganya sangat murah namun tetap berkualitas tinggi, ramah lingkungan, layanan purna jual yang mendukung dan sangat hemat bahan bakar.

Saya bisa memberikan alternatif mobil tersebut bisa dijawab oleh Tata Motor Indonesia.

Pasar otomotif mobil di Indonesia memang sangat ketat. Apalagi saat ini masih dipegang kuat oleh beberapa merk ternama yang merupakan pemain lama seperti Toyota, Daihatsu, Mitsubishi, Suzuki, Mercedez Benz, BMW, KIA, Hyundai dan sebagainya. Kehadiran brand baru seperti Tata Motor dengan merk ternama mereka -Tata- pasti menambah sengit perang di pasar otomotif Indonesia.

Kita sebut saja produk andalan mereka yang menjadi ikon mobil termurah di dunia yaitu Tata Nano.

Dengan spesifikasi :









Dimensi

Panjang keseluruhan 3.099 mm
Lebar 1.495 mm
Tinggi 1.652 mm
Wheelbase 2.230 mm
Ground clearance 180 mm
Kapasitas 4 orang
Berat 600-635 kg

Mesin

Tipe: 624 cc, 2 silinder, MPFI
Daya maksimum 35 hp pada 5.200 RPM
Torsi maksimum 48 Nm pada 3.000-3.500 RPM
Kecepatan maksimum 105 km/h
Konsumsi BBM 23,6 km per liter

Suspensi

Depan Independent, lower wishbone, McPherson Strut
Belakang, Independent, Semi Trailing arm with coil spring Ban
Ukuran ban depan 135/70 R 12
Ukuran ban belakang 155/65 R 12
(sumber)

Diperkirakan harga jual on the road sekitar 30 jutaan (sumber)

Bagaimana respon masyarakat terhadap mobil ini ? Tentu beragam tanggapan di lontarkan seperti yang dilaporkan salah satu portal berita di ajang IIMS 2012 (silahkan klik)

Strategi Tata
Menilik dari pernyataan Mr. Biswadev Sengupta, president director Tata Motors Indonesia sebagai berikut :

"Saat ini Tata masih berada pada tahap yang sangat awal. Saat ini kami sedang menyemai untuk menumbuhkan brand image di masyarakat Indonesia. Indonesia adalah pasar besar si kawasan dan berpotensi menjadi pasar utama di dunia. Populasi mobil masih 40 per 1000 penduduk, jauh dibawah Thai yang sudah 150 per 1000 penduduk. Indonesia masih terus akan berkembang. Didukung perkembangan ekonomi yang terus meningkat.  Membuat rakyat Indonesia punya uang. Hal itu melahirkan kebutuhan untuk memiliki properti, mobil, perhiasan dan lain sebagainya. Indonesia juga negara besar, bukan cuma  jabodetabek. Tata akan mengembangkan pasar ke seluruh Indonesia bukan cuma Jawa. Kami sangat serius untuk masuk Indonesia. Kami lakukan dengan sungguh-sunguh. Dan begitu kami masuk, kantor pusat kami akan benar-benar komitmen. Sebelumnya kami sudah lima tahun menjalankan bisnis di Thailand, kami sudah belajar tradisi bisnis dikawasan ini. " (sumber )

Sebagai pendatang baru, perlu tenaga yang ekstra keras untuk menggerakkan lokomotif Tata di pasar otomotif Indonesia. Apa brand image Tata yang ingin di bangun? Apa pula Authentic Brand Story yang akan dibangun untuk mengakselerasi promosi WOM oleh Tata ? Strategi apa yang akan dibangun mengalahkan Goliath Toyota dan merk-merk lainnya yang sudah lama di Indonesia? Jalur kanal promosi pemasaran manakah yang  efektif untuk segera memanen image ? Sudah siapkah sistem produksinya untuk menghindari indent panjang ? Bagaimana kesiapan layanan purna jualnya? dan segenap pertanyaan lainnya yang menghadang di depan Tata Motor Indonesia...

Sungguh pertanyaan yang singkat namun patut dipersiapkan langkah-langkah nyata sebagai pendatang baru.

Perlu Segalanya


Tak bisa dipungkiri, animo masyarakat akan mobil murah, ramah lingkungan dan hemat bahan bakar merupakan sinyal akan ceruk pasar yang sangat potensial untuk digarap. Tata motor mencoba menggarapnya dengan memperkenalkan produk Tata Nano sebagai solusinya. Bagaimana respon masyarakat kedepannya ? Perlu persiapan matang, apalagi pesaing utama Tata Nano kalau di lihat lebih teliti lagi, justru datang dari penjualan mobil bekas dengan sederet produk mobil dari merk-merk yang sudah sangat kuat.

Keraguan utama kebanyakan konsumen otomotif adalah kualitas. Apakah Tata Motor mampu menghadirkan kualitas produk yang handal layaknya produk Jepang? Saya pikir, perusahaan yang sudah go international seperti Tata Motor sudah menjamin keunggulan produknya. Nah, bagaimana mengubah persepi merk yang selama ini masih menjadi image merk kebanyakan konsumen agar segera beralih ke produk dengan merk Tata ?

Kita ambil saja contoh kasus merk sepeda motor dari India,  Bajaj Pulsar dengan mengusung teknologi twin spark yang mampu membuat kendaraan menjadi sangat hemat konsumsi bahan bakar fosil (BBM) dibanding sepeda motor merk jepang seperti Honda atau Yamaha. Kualitasnya mampu menyaingi merk-merk Jepang. Layanan purna jualnya juga mantap. Namun lihatlah kenyataan dilapangan, walaupun  Bajaj Pulsar yang mampu membuat rekor MURI sebagai kendaraan sport paling hemat masih harus tertatih-tatih melawan gempuran persepsi masyarakat " kalau naik kreta, ya naik Honda aja".

Begitulah stereotip masyarakat akan brand image. Susah lho mengubahnya untuk memilih merk yang lain.

Angin Segar

Konsumen Indonesia juga orang pintar. Apakah Tata Nano dipersepsikan konsumen sebagai produk untuk kelas masyarakat menengah ke bawah ? Tentu itu berkorelasi erat dengan harga. Apakah harga yang ditawarkan sepadan dengan fasilitas yang diberikan sesuai dengan harapan konsumen? Saya pikir, konsumen tetap lah makhluk yang serakah untuk memberikan kompensasi sekecil-kecilnya untuk mendapatkan kepuasan sebesar-besarnya. Namun, dengan perkembangan era digital, memunculkan konsumen yang dedicated dan rasional.

Dengan dukungan program pemerintah low cost green car, peluang makin terbuka lebar.

Saya pikir, Tata muncul disaat waktu yang tepat dengan kondisi yang tepat pula.

Bagaimana dengan Anda menilai Tata sebagai pendatang baru di pasar otomotif Indonesia? Berikut video Tata Nano dengan versi teranyarnya yaitu Tata Pixel dan Tata Megapixel. Saya yakin, Anda terkagum kagum dengan mobil -kacang goreng- Tata dan kemungkinan besar Anda akan sangat bernafsu untuk memilikinya segera .

Let's check it out!

 

 

 

Menarik sekali video yang ditampilkan. Bisa saja muncul pernyataan yang merakyat seperti berikut ini :
"Ketimbang naik kereta kena panas dan hujan, lebih baik naik mobil Tata Nano/ Pixel / Mega Pixel." hehehehehe

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda.


















Senin, 24 September 2012

Hukum 10:90

Kenapa saya sebut “10:90 (ten-ninety) Marketing”? Karena marketing kini tak lagi dimonopoli marketer. Dulu memang marketing 100% dilakukan oleh marketer, konsumen mendapat jatah 0%. Marketer melakukan semuanya: membuat produk unggul, menyewa agensi untuk membuat iklan, dan kemudian mem-broadcast iklan tersebut ke seluruh penjuru tanah air menggunakan TV, radio, atau koran. Sementara si konsumen hanya pasif menerima pesan-pesan iklan si marketer, sambil tentu saja dongkol karena tontonan liga Inggris kesukaannya diacak-acak.

Kini marketing berubah drastis. Marketer cukup mengerjakan 10% saja, lalu sisanya 90% dikerjakan oleh konsumen. Itu makanya saya sebut “10:90”. Marketer cukup mencipta authentic brand story, lalu menaruhnya di Youtube atau memicu percakapan di Twitter/Facebook, that’s it. Lalu konsumen lah yang bekerja keras membesarkan dan menyebarkan gelembung viral dari authentic brand story tersebut ke konsumen lain di seantero tanah air. Dalam “10:90 Marketing” yang bekerja super keras memasarkan produk bukanlah marketer, tapi konsumen.

Ada satu hukum dasar yang berlaku di dalam marketing gaya baru ini. Bunyinya sebagai berikut: “Semakin dominan campur tangan marketer dalam memasarkan produk/merek, maka semakin tumpul dampak marketing yang tercipta. Sebaliknya, semakin banyak keterlibatan konsumen, maka sukses pemasaran yang dicapai akan semakin powerful. Karena hukum itu maka “10:90 Marketing” pasti lebih ampuh dari “30:70 Marketing”. Dan “30:70 Marketing” pasti lebih powerful dari “60:40 Marketing”. Ingat: “Your most powerful marketer is your customers.”

Anda pasti masih bingung. Oke, agar lebih gampang memahaminya, coba kita lihat dua kasus pemasaran super hebat yang terjadi minggu ini. Pertama adalah kemenangan Jokowi di Pemilu DKI. Kedua adalah heboh viral Gangnam Style yang kini menjangkiti dunia.

Jokowi

Jokowi menang dari Foke karena kekuatan “10:90 Marketing”. Yang dilakukan Jokowi dan tim suksesnya sesungguhnya sederhana saja: pertama, membangun “produk unggul”; kedua, menciptakan “authentic brand story”, that’s it. Sisanya, masa pemilihlah yang bekerja keras memenangkan Jokowi. Bekal dua  hal itu sudah lebih dari cukup untuk menggerakkan “laskar WOM” (“word of mouth” maksudnya) yang mengarahkan para pemilih untuk mencoblos no.3 di hari pemungutan suara.

Apa “produk unggul” Jokowi? Prestasi Jokowi selama menjadi walikota Solo mulai dari kampanye city branding “Solo: The Spirit of Java”, relokasi pasar yang manusiawi, hingga dukungan terhadap mobil Esemka yang meroketkan namanya di kancah politik nasional.

Lalu apa “authentic brand story” Jokowi? Jokowi menjadi ikon pemimpin yang merakyat, hobi turun ke lapangan, mendengar keluh-kesah masyarakat, sosok pribadi yang sederhana dan apa adanya. Siapa yang “mengarang” seluruh cerita di seputar keikonan Jokowi? Yang membuat cerita tak lain adalah masyarakat (baca: konsumen) melalui cerita dari mulut ke mulut (WOM) secara natural dan otentik di kalangan tukang becak, obrolan di warung Tegal, hingga diskusi-diskusi di kampus (yup, cocreate your brand story!). 

Inilah yang dalam teori pemasaran WOM disebut wisdom of crowd. Awalnya adalah cerita dari mulut ke mulut, tapi karena menyebar dan diterima secara luas, maka kemudian dianggap sebagai kebenaran.
Dengan modal prestasi masa lalu dan cerita otentik itu, viral keikonan Jokowi merambat cepat ke seluruh penjuru tanah air menjelang hari H pencoblosan. Di sinilah massa pemilih bekerja keras menyebarkan cerita-cerita keikonan Jokowi baik secara offline (dari mulut ke mulut) maupun secara online (melalui ranah internet). Media sosial seperti YouTube, blog, Facebook, Twitter, Youtube, hingga BBM menjadi tools ampuh yang memungkinkan massa pemilih demikian gampang menyebarkan cerita mengenai keikonan Jokowi.

Singkatnya, sebagian besar pemasaran Jokowi di Pilkada DKI bukanlah dilakukan Jokowi dan tim suksesnya, tapi dilakukan secara voluntir, natural, dan otentik oleh massa pemilihnya melalui penyebaran WOM yang powerful. Jokowi melakukan 10% pekerjaan, sisanya 90% dilakukan oleh massa pemilihnya.

Gangnam Style

Fenomena demam Gangnam Style setali tiga uang. Lagu dan gaya tari yang dirilis pertengahan Juli 2012 ini mencapai sukses pemasaran luar biasa di seluruh dunia karena keampuhan “10:90 Marketing”. Gaya tari baru asal Korea yang digagas rapper Psy ini kini memecahkan Guiness World Record sebagai The the Most ‘Liked’ Video in YouTube History yang hingga minggu ini ditonton 235 juta kali. Seperti halnya Jokowi, pemain utama pemasaran Gangnam Style bukanlah Psy atau label rekaman yang mengusungnya, tapi para penikmat tarian baru itu di lima penjuru benua.

Apa “produk unggul” Gangnam Style? Tak lain adalah lagu yang nge-beat dan jenaka; juga tentu tarian Gangnam Style (tari gaya “menunggang kuda”) yang unik, fresh, dan agak nyleneh dari tarian yang selama ini ada. Lalu apa “authentic brand story” dari Gangnam Style? Tak lain adalah cerita-cerita yang melingkupi tarian ini: mulai dari cerita mengenai distrik Gangnam (kawasan Baverly Hills-nya Seoul); satire gaya hidup konsumtif yang menjadi tema lagu/tari ini; hingga tampang Psy yang “anti K-pop idol” alias berlawanan dengan umumnya sosok K-pop ikon yang keren dan imut.

Kunci sukses pemasaran Gangnam Style adalah peran massif dari para laskar WOM di seluruh dunia. Diawali dari kalangan powerful influencers yaitu para selebriti dunia seperti Robbie Williams, T-Pain, Katy Perry, Tom Cruise, Britney Spears hingga Nelly Furtado. Para selebriti yang sangat powerful di media sosial dan media konvensional inilah viral deman Gangnam Style dipicu.

Aksi early influencers ini kemudian disusul dengan aksi laskar WOM yang secara voluntir dan genuine mempromosikan tarian ini. Aksinya macam-macam. Bisa melalui cuit-cuit di Twitter dan Facebook, meng-upload video Gangnam Style tiruan dan versi parodi, atau membikin aksi flash mob (termasuk flah mob Gangnam Style di Bunderan HI yang melibatkan 800-an orang beberapa waktu lalu). Seperti halnya Jokowi, Psy dan timnya melakukan 10% pekerjaan, sisanya 90% dilakukan oleh massa konsumennya di seluruh dunia.

bingkaiberita.com

Jadilah marketer cerdas seperti Jokowi dan Psy. Mereka begitu cantik dan piawai memperalat konsumennya (yup, community of evangelists) untuk memasarkan diri dan produk mereka. Ingat hukumnya: marketer cerdas cukup kerja 10%; 90% sisanya diserahkan ke konsumen.


Social Media Engineering Ala Jokowi-Ahok

Pertarungan dua kubu, Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli dan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama, dalam memperebutkan suara warga dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta tidak hanya terjadi di dunia nyata. Di dunia online, pertarungan juga terjadi dan tidak kalah seru.

Pertarungan keduanya seolah menjadi pertarungan dua brand yang berbeda. Sebelum memasuki pentas pemilihan kepala daerah DKI Jakarta,Fauzi Bowo (Foke) dan Joko Widodo (Jokowi) merupakan dua brand yang memiliki penetrasi di medan yang berbeda-beda. Jokowi, dengan latar belakang daerah, otomatis tak begitu dikenal luas seperti halnya Foke yang sudah akrab di telinga warga ibu kota Jakarta.

Namun, dalam rentang dua bulan terakhir, brand Jokowi justru berada di atas brand Foke. Seperti halnya, hasil hitung cepat perolehan suara Pilkada Jakarta putaran II, pasangan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengungguli pasangan Foke-Nachrowi Ramli (Nara).

Fenomena ini dengan mudah bisa dicatat oleh berbagai situs pemeringkat kompetisi brand melalui pelacakan rekam jejak percakapan terkait dengan dua nama yang berkompetisi itu di jagat internet.

Menurut laman web analytics.topsy.com, salah satu situs yang menyediakan pelacakan percakapan brand, terutama di jejaring sosial Twitter, sejak 24 Agustus 2012, kata kunci Jokowi terus memimpin melawan Foke hingga 21 September, sehari setelah pemungutan suara. Jokowi rata-rata dibicarakan 15.000-30.000 kali tiap hari.

Dari grafis yang dihasilkan Topsy, banyaknya mention atau penyebutan terhadap brand Jokowi ataupun Foke berbanding lurus dengan berita yang ada di media massa.

Nama Jokowi di dunia maya terutama melonjak dibicarakan orang pada 16 September, dipicu berita di sebuah media massa berjudul ”Foke Pertanyakan Motivasi Jokowi Jadi Cagub”.

Berita itu tampaknya lebih condong mengekspos nilai negatif dari Jokowi, tetapi kenyataannya justru memberi umpan balik atau sentimen positif terhadap Jokowi dengan menghasilkan sebanyak 88.441 percakapan di Twitter. Pada hari sama, percakapan terhadap brand Foke menghasilkan 58.511 kali, dengan berita ”Inilah ’Positifnya’ Jokowi di Mata Foke”.

”Fokoke Jokowi”

Jelang hari-H pencoblosan, ada satu tulisan unik bernada humor yang mengatrol pembicaraan positif mengenai Jokowi. Tulisan itu remeh-temeh dan tidak didesain untuk kepentingan kampanye serius, hanya berupa kelakar. Judulnya, ”Baru dapat kabar, Jokowi akhirnya berkoalisi dgn Foke. Namanya Fokoke Jokowi”.

Humor itu ternyata menjadi titik tertinggi untuk meroketkan brand Jokowi dengan total pembicaraan di media sosial naik tajam dari 51.727 menjadi 315.920 kali. Pada hari yang sama, brand Foke juga menanjak, dari 30.458 menjadi 128.561 kali dengan dipicu berita ”7 Janji Foke”.

”Fokoke Jokowi” adalah contoh pengolahan slogan yang kreatif, yang pada malam sebelum pencobloson seolah bergerak menjadi ribuan pasukan yang menghampiri para calon pencoblos via Twitter, Facebook, blog, pesan singkat SMS, juga pesan Blackberry Messenger (BBM). Slogan itu telah menjadi viral marketing, pemasaran gratis yang menyebar bak virus online.

Ikon lain yang berhasil menjadi duta media sosial melawan Foke adalah gambar dengan teks nyentil, ”Jakarta will be OK without F”. Slogan ringan dan menggelitik ini hampir tak terjadi pada kubu Foke.

Isu suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) yang bergulir dominan, untuk kelas menengah di perkotaan, ternyata tidak didistribusikan sebagai virus online.

Dengan menggunakan tools atau peralatan analisis lain, bisa dilacak percakapan Foke sebenarnya bukan kalah populer. Hanya saja, sentimen positif lebih lari ke percakapan Jokowi. Hal ini bisa dilihat di socialmention.com, salah satu laman web yang menganalisis kata kunci di berbagai situs jejaring sosial.

Di Social Mention, brand Jokowi memiliki kekuatan 26 persen, sedangkan Foke 21 persen. Kekuatan ini adalah angka unik dari socialmention.com yang diukur berdasarkan jumlah diskusi terhadap brand di media sosial.

Perbandingan sentimen positif terhadap sentimen negatif pada kubu Jokowi adalah 8:1, sedangkan untuk Foke 2:1. Tampak bahwa kubu Jokowi diuntungkan dengan sentimen positif ini.

Unik juga untuk dicatat, brand Jokowi secara konsisten frekuensinya lebih sering dibicarakan dibandingkan dengan Foke, yaitu rata-rata tiap 28 detik sekali untuk Jokowi dan 1 menit sekali untuk Foke.

Howsociable.com menguatkan pernyataan itu dengan memberi skor magnitudo untuk percakapan Jokowi sebesar 6,4, sedangkan Foke 6,1.

Jokowi unggul di semua situs jejaring sosial, misalnya di Twitter, Facebook, Youtube, Google plus, Tumblr, dan Yfrog.

Partisipasi kelas menengah

Analis pemasaran internet yang juga CEO Virtual Consulting, Nukman Luthfie, memaparkan, kampanye di media sosial dalam Pilkada DKI Jakarta merupakan contoh paling bagus untuk melihat bagaimana media sosial bekerja.

”Jakarta adalah pusat penggunaan media sosial di Indonesia, pengguna Twitter di Jakarta paling banyak, akibatnya pembicaraan Pilkada DKI di Twitter ramai,” katanya.

Kampanye di media sosial telah menjadi perang terbuka bagi para pendukung. Bahkan, perang itu juga melibatkan orang luar daerah mengingat Jokowi dan Ahok berasal dari luar daerah. Uniknya, justru latar belakang calon yang luas itu memicu penyebaran pembicaraan hingga luar Jakarta, mereka ikut membangun pencitraan untuk kubu Jokowi-Ahok.

”Orang-orang yang tadinya tidak antusias menjadi antusias membahas Pilkada Jakarta. Perbincangan di kelas menengah, terutama di Twitter, menjadi kencang,” kata Nukman.

Mereka lebih memilih perang lewat Twitter, bukan lewat Facebook. Perang ”140 karakter” lewat Twitter kini lebih disukai masyarakat perkotaan dibandingkan dengan di Facebook.

Perilaku ini khas berasal dari generasi melek Twitter. Dengan demikian, mereka ini adalah generasi baru yang memasuki ranah politik. ”Inilah awal dari partisipasi masyarakat kelas menengah di bidang politik,” kata Nukman.

Lalu, mengapa Jokowi dalam percaturan media sosial unggul dibandingkan dengan Foke?

”Jokowi muncul karena perlawanan, orang sudah capai dengan wajah lama. Foke sudah 35 tahun di pemerintahan Jakarta,” kata Nukman. Terlebih lagi, Jokowi ternyata lebih dekat dan lebih ramah dengan blogger dan pengguna Twitter.

Bukan berarti kubu Foke tak mengerahkan kekuatan media sosial. Kata Nukman, kubu Foke justru merekrut orang-orang profesional yang hidupnya memang berasal dari jualan kampanye di media sosial. Sebaliknya, kubu Jokowi lebih mengandalkan sukarelawan, bahkan banyak di antaranya tak dibayar.

Hal menarik lain dalam perang media sosial, pada putaran kedua media sosial lebih banyak digunakan sebagai black campaign.

”Jika pada putaran pertama lebih ke perang program, pada putaran kedua ini digunakan untuk kampanye hitam, saling menjatuhkan satu sama lainnya,” kata Nukman.

Beberapa kampanye hitam itu ditengarai berhasil mendongkrak perolehan suara Foke, terutama dari masyarakat kalangan bawah. Hanya saja, Jokowi akhirnya memenangi pertandingan ini karena faktor orang-orang Jakarta yang ingin melihat perubahan.

Pantas diapresiasi

Satu hal yang pantas diapresiasi dari perang 140 karakter ini, kata Nukman, adalah meskipun pertengkaran dan perselisihan pendapat tinggi di tingkat media sosial, di dunia nyata tak pecah pertikaian.

”Calon petahana juga fair dalam menanggapi hasil perhitungan cepat. Dari kubu yang menang sementara versi hitung cepat juga tidak arogan menghina. Tim sukses juga tidak saling berantem, inilah contoh penggunaan media sosial yang baik untuk daerah lain,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pers dan Pembangunan (LSPP) Ignatius Haryanto memiliki penilaian senada. Menurut dia, kedua kubu sama-sama menggunakan media sosial dengan intens. Kedua pihak menyadari media sosial sangat membantu dalam hal pembentukan citra para kandidat, menyampaikan pesan kampanye, serta visi-misi-program para kandidat.

”Sejak awal kita melihat para simpatisan Jokowi, yang merupakan paduan dari tim yang dibentuk tim sukses serta para sukarelawan, ikut berkontribusi pada pembentukan citra positif Jokowi-Ahok,” kata Haryanto.

Pertarungan/kampanye tidak hanya melalui baliho dan koran, tetapi juga sampai ke videoklip yang dibuat oleh dua kubu. Kalau mau membandingkan dari sisi video klip, menurut Haryanto, kubu Jokowi-Ahok menawarkan kesegaran dalam penyajian, menyasar anak muda, dan juga massa mengambang.

”Sementara kalau melihat video klip resmi yang dipergunakan Foke-Nara, kelihatan menyasar kelompok menengah bawah dan menonjolkan iming-iming atau janji yang selama ini diklaim sebagai prestasi Foke,” kata Haryanto.

Soal isu SARA, dia juga meyakini bahwa isu tersebut tidak efektif walaupun sudah sedemikian rupa mendiskreditkan Jokowi-Ahok.

”Hingga Kamis (20/9/2012) pagi pun, seorang teman masih menemukan selebaran yang ditumpuk di wilayah Pasar Minggu dan itu tak menggoyahkan perilaku pemilih. Jadi, memang isu SARA tidak menjadi faktor utama. Pendekatan kuno untuk mendiskreditkan begini sudah tak lagi atau tidak akan ’dimakan’ oleh masyarakat umum walau belum seluruhnya. Jika memang ada kedewasaan masyarakat dalam menyikapi hal ini, kampanye hitam apa pun tak kena,” kata Haryanto.

Belajar dari Pilkada DKI ini, terkait dengan pengaturan media oleh negara, sebaiknya hanya dilakukan pada media massa mainstream dan membiarkan dinamika dalam media sosial berjalan dengan sendirinya.

”Pesan negatif yang ada ternyata langsung direspons oleh pesan-pesan positif dari kubu lainnya.
Masyarakat sudah makin dewasa,” ujar Haryanto.

Bandingkan video berikut ini





SUMBER

Karyawan ala Ikan Besar Di Kolam Besar

Apakah Anda tipe karyawan ikan loncat ? Ada informasi berikut ini yang perlu diperhatikan.

Dalam dunia kerja terutama swasta sangat sering dijumpai turn over karyawan (terutama entry level) yang tinggi. Jika ditelaah dari sisi luar sang karyawan mungkin dapat dimungkinkan bisa saja karyawan mempunyai alasan kenapa dia pindah dari tempat bekerjanya. Alasannya sangat sederhana, hanya 3 alasan yang mungkin, yakni:
http://rlv.zcache.com

1. Gaji yang diberikan terlalu kecil
2. Suasana kerja yang tidak nyaman
3. Sudah tidak ada tantangan.

Ada filosofi menarik tentang hal ini. Jika diibaratkan ikan adalah karyawan, dan kolam adalah perusahaan tempat bekerja, maka terdapat suatu filosofi yang menarik dalam dunia kerja. Filosofi ini lebih mengarah pada motif tersebut, yakni kenapa ia ingin berpindah perusahaan. 

Pertama, filosofi yang keliru:

1. Ingin menjadi ikan kecil di kolam besar

Artinya si karyawan memilih perusahaan yang besar dan memberikan fasilitas yang besar, walaupun dia tetap menjadi karyawan level bawah terus, asalkan aman dan terjamin, serta bangga akan statusnya di perusahaan yang besar

2. Ingin menjadi ikan besar di kolam yang kecil

Artinya sang karyawan ingin  menjadi “bos” secara instant di perusahaan yang kecil. Jadi tanpa adanya saingan yang kompetitif, ia sudah bisa menjadi minimal sebagai penyelia.

Kedua filosofi tersebut tidak bisa dipungkiri adalah sebagian motif dari tenaga kerja entry level yang suka berpindah-pindah kerja.

Seharusnya, ada motif ketiga bagi tenaga kerja entry level yang baik dalam langkahnya bekerja, atau memilih pekerjaan yakni:

” Menjadi ikan kecil yang akan terus membesar dan kolamnya akan terus membesar karena keberadaannya”

Artinya, dia akan menjadi karyawan yang dedikatif yang bekerja keras membangun perusahaannya.  Jika alasan ke-tiga ini tidak bisa dilakukan, maka tak ada alasan untuk mempersalahkan sang ikan untuk meloncat ke kolam yang lain.

 
Jika seorang pemilik kolam (baca: pemilik perusahaan) berhasil mendapatkan karyawan bermotif seperti ini, lalu dia mampu menyadari bahwa ikan-ikannya ingin menjadi besar dan meyakinkan bahwa dia bertekad membesarkan ikan dan kolamnya. Maka dapat dipastikan terjadi suatu sinergi yang dahsyat dalam perusahaan itu.

Jadi Bagi sang ikan….luruskan motifmu dan pilihlah kolammu
dan bagi pemilik kolam….rawatlah ikan dan kolammu agar ikan-ikanmu tidak melompat ke kolam sebelah.

Semoga bermanfaat 

Sumber  

Selasa, 11 September 2012

Jurus Pemasaran "Gila" ala PSY -Gangnam Style

Mendiang Andy Warhol pernah bilang  bahwa Anda akan terkenal sedunia hanya dalam 15 menit. Andy mengatakan hal itu jauh sebelum muncul ingar bingar media sosial. Dan, ucapan ini saat ini menjadi kenyataan. Lagi-lagi, YouTube kembali menjadi media bagi yang dulunya bukan apa-apa menjadi apa-apa dan diperbincangkan di seluruh dunia.



http://devorzongallery.com/artists/andywarhol

Contoh paling populernya siapa lagi kalau bukan Gangnam Style! Bahkan, gaya dan gerakan dari K-Pop Single asal Korea Selatan PSY itu ditirukan dengan berbagai gaya dari berbagai negara, termasuk para artis papan atas. Sampai tulisan ini diturunkan, video Gangnam Style mendapatkan lebih dari 143 juta views dengan 1,4 juta likes (11 September 2012 - 23.00WIB)

Kenapa bisa begitu populer bak "virus outbreak" ?  Kunci utamanya ada pada super uniknya video ini, nyeleneh, dan tentu lucu. Psy menjadi sentral dalam hal ini. PSY bisa menyuguhkan sebuah dance dan lagu yang unik, lincah, ritmik, jenaka, sekaligus “gila.” Gerakan dan lagunya sangat simpel dan mudah ditirukan. Sehingga, orang yang menirukannya pun turut senang dan menikmati. Dengan begitu, lagu ini gampang sekali menjadi milik semua orang.

Kunci kedua adalah peran serta social media. Gara-gara social media inilah, orang-orang pun mulai ketularan "gila" nya dance ala Gangnam Style dengan berbagai versi. Mulai dari versi parody, versi Thailand dan sebagainya.



Saking fenomenalnya, Gangnam Style membuat para artis papan atas pun turut kepincut. Nelly Furtado, misalnya, turut manggung dengan menampilkan gerakan dan irama ala Gangnam Style. Bahkan, Katie Perry, Britney Spears, juga turut “terjangkiti virus” Gangnam Style. Dan, Justien Bieber pun dibuat kesengsem dan merekrut Psy menjadi produser Bieber di Amerika Serikat.

Patut kita acungi dua jempol karena inilah viral marketing sesungguhnya. Tapi ingatlah, tidak gampang memulai suatu strategi pemasaran ala viral marketing "Gangnam Style".

Pelajaran yang bisa diambil dari viral marketing ala Gangnam Style adalah mau tidak mau produknya harus unik dan memiliki diferensiasi yang kuat. Ada nasihat di dunia pemasaran bahwa untuk sukses di pasar tidak harus menjadi yang terbaik, tapi menjadi yang berbeda. Sebab itu, diferensiasi ini menjadi kata kunci. Gangnam Style jelas memiliki diferensiasi tersebut. Diferensiasi inilah yang menjadi daya pikat
.
Kedua, simplisitas. Kesederhanaan, dalam banyak hal, menjadi kunci sukses produk bisa diterima dengan mudah oleh konsumennya. Gangnam Style berhasil menyuguhkan video klik yang simpel yang mudah ditirukan oleh banyak orang.

Ketiga, sentuh sisi emosional. Produk dan kampanye marketing yang mampu menyentuh sisi emosional audiensnya, dijamin bakal sukses dan langgeng. Gangnam berhasil merebut hati para penggemarnya. Bahkan, keriangan, kelucuan, kebebasan, yang diusung dalam gerakan Gangnam Style akhirnya menjadi milik bersama. Audiens merasa memiliki gerakan tersebut. Terbukti dengan flash mob dan aneka versi Gangnam Style yang dibuat dan dimunculkan di media sosial. Sentuhan pengalaman dan emosional ini membuat customer memiliki sense of belonging pada produk tersebut.

Keempat, gunakan media sosial. Di era komunikasi horisontal saat ini, media sosial bisa menjadi alat mumpuni berkampanye yang mengusung nilai low budget-high impact. Gangnam Style hampir tak mengeluarkan bujet sepeser pun untuk terkenal seperti sekarang. Sebaliknya, dari media sosial inilah, Gangnam Style malah mendapatkan benefitnya. Dari perbincangan di media sosial, Gangnam Style diangkat jadi perbincangan di media-media kelas dunia, seperti CNN, CBS, Bloomberg Television, The Washington Post, BBC, dan sebagainya.

Indonesia sempat dihebohkan dengan video Udin Sedunia, Briptu Norman, dan yang paling populer adalah Sinta Jojo dengan Keong Racun. Tapi, apa yang membuat Gangnam Style lebih populer ? Padahal sama-sama menunjukkan keunikan, simplisitas, menunjukkan emosional yang kuat, dan sama-sama menggunakan social media seperti YouTube untuk mendongkrak popularitas ?



Mari share disini :)

Sumber

Psikologi Manusia & Strategi Pemasaran

"Zaman sekarang memang harus berjualan dengan cara yang kreatif, kalau tidak pasti kita akan di salip oleh pesaing kita" kata-kata itulah yang terlontar dari mulut teman saya ketika sedang membahas produk marketing yang ampuh, kata-kata singkat inipun selalu terngiang di benak saya sampai sekarang, mungkin banyak yang bertanya sebenarnya strategi marketing seperti apa sih yang di terapkan oleh perusahaan-perusahaan yang sukses menjual produknya?

Pertanyaan inipun sedikit-demi sedikit mulai terjawab di buku yang tidak sengaja saya temukan berjudul Buy-Ology, di dalam buku ini di bahas teknik-teknik marketing yang biasa di pakai oleh perusahaan besar dalam meningkatkan penjualan produknya, teknik marketing yang telah digunakan lalu diuji dengan penelitian ilmiah yang memenfaatkan alat bernama MRI yang dapat memindai aktivitas otak, sehingga peneliti dapat mengetahui bagian otak mana saja yang akan bereaksi terhadap paparan merk produk atau strategi marketing yang dilakukan.

Ada satu bab yang sangat menarik bagi saya dalam buku itu, dimana banyak teknik marketing yang memenfaatkan apa yang di namakan Neuron Cermin, yang mana bagian otak mempunyai kontribusi terhadap sinyal rasa empati maupun keinginan seseorang untuk meniru orang lain.

Mari kita buktikan secara sederhana keberadaan Neuron Cermin dalam otak kita dengan kata Tertawa, atau semua hal yang berhubungan dengan Tertawa, mungkin banyak dari anda yang akan langsung tertawa ataupun merasa ingin tertawa pada saat membaca kata ini, kalau kita perhatikan lebih jauh mungkin kita tertawa bukan karena merasa lucu, tetapi cukup dengan melihat orang di dekat kita tertawa maka seolah-olah kita tertular tertawa dari orang tersebut. betul?

Konsep peniruan inilah yang di manfaatkan para marketing di perusahaan kelas dunia selama ini, saya beri contoh mudah, pernahkan anda jalan-jalan ke mall kemudian sampai pada gerai yang menjual pakaian, di sana terdapat banyak poster besar model yang super cantik dan super sexy, lalu pada suatu waktu anda melihat pakaian yang di kenakan pada manekin yang bertubuh indah dan proporsional, lalu otak anda secara tidak sadar mulai berkata "baju ini pasti juga bagus di pakai olehku seperti dia,tubuhku akan terlihat lebih proporsional dan indah", dan sudah bisa ditebak beberapa menit kemudian anda sudah sampai di kasir dan melakukan pembelian.


Atau contoh yang lebih spektakuler yang terjadi belakangan di sekitar kita, siapa sih yang tidak tahu Blackberry. Kalau mau, mari kita jujur, apakah anda membeli ponsel blackberry sangat membutuhkan fungsinya atau ingin terlihat seperti teman-teman anda? mungkin sewaktu anda belum mempunyai Blackberry pada suatu waktu anda melihat teman-teman anda memakai hp itu, dengan di tambah pengaruh-pengaruh pembicaraan tentang "tingkat kasta" para pemakai blackberry akan meningkat apabila menenteng ponsel itu, maka secara tidak sadar otak anda akan berkata "Aku mau itu, aku mau hp Blackberry agar seperti mereka", hal ini tidak hanya terjadi pada anda tetapi juga pada kebanyakan pengguna Blackberry di Indonesia.

Neuron cermin juga sering bereaksi terhadap segala sesuatu yang kita lihat secara online, anda pasti pernah melihat video-video di youtube bagaimana seseorang membuka pembungkus dari barang yang mereka beli, seberti bagaimana seseorang membuka pembungkus ponsel Blackberry untuk pertama kalinya atau bagaimana seorang anak membuka pembungkus dan sedikit mereview XBOX yang baru dibelinya, video seperti ini sedikit banyak mempengaruhi seseorang dalam keputusan membeli suatu barang, dengan banyakya view pada video-video ini menurut seorang direktur agen periklanan hal ini sebagai puncak dari rasa keinginan seseorang terhadap suatu barang, mungkin banyak orang-orang di luar sana yang sangat menginginkan barang tersebut, maka ia akan mencari pemuas terhadap keinginannya dengan menonton video itu.



Hal ini mulai banyak di gunakan oleh marketer sebagai salah satu strategi marketing yang ampuh. Jadi berhati-hatilah anda, karena masa depan periklanan mungkin akan menggunakan teknik ini untuk memaksa otak anda membeli produk yang mereka tawarkan di luar batas penalaran anda maupun batas dompet anda

Lalu bagaimana dengan strategi marketing yang anda lakukan untuk meningkatkan penjualan produk anda? Mungkin strategi ini bisa diterapkan pada produk anda mulai sekarang.


* Sedikit tambahan untuk anda yang mungkin ingin membeli , silakan lihat video tentang produk teranyar Iphone & Samsung Galaxy. Saya yakin Anda begitu bernafsu untuk memilikinya.






Alasan Membeli Produk Anda

Apa yang membuat anda membeli TV Samsung ketimbang Polytron? Dan apabila anda ingin membeli sebuah mobil apa yang anda pikirkan ketika memilih Avanza ketimbang Xenia, padahal kedua mobil itu di sebut-sebut “kembar Identik” baik secara material maupun kualitas, dan apa sih yang membuat anda memilih coklat Toblerone ketimbang Silverqueen? Bagaimana anda membuat keputusan membeli terhadap barang-barang ini?

Percayakah anda bahwa selama ini otak anda di tuntun untuk membeli sebuah produk oleh penanda somatik yang sudah di tanam di otak anda oleh para marketer? dan apa sebenarnya penanda somatik di sini?

Sebelum melangkah ke bahasan selanjutnya mari kita uji sebenarnya penanda somatik itu benar-benar ada atau tidak .  Mari kita kembali pada waktu usia anda masih 8 tahun, pada waktu pulang sekolah sudah terhidang semangkuk kolak panas di meja makan, karena anda lapar anda langsung melahapnya dengan dengan rakus, sesaat kemudian anda baru menyadari kalau kolak itu baru selesai di masak dan masih mendidih, sontak anda menangis dan memuntahkan kolak panas yang ada di mulut anda karena merasa lidah anda terbakar. Sekarang anda pasti sudah tidak bisa mengingat rasa sakit yang pernah anda rasakan pada saat itu, tetapi kalau saya menyuruh anda makan kolak mendidih apakah anda mau? Saja jamin anda pasti tidak akan mau (kecuali anda punya ilmu kebal) karena anda tahu rasa sakitnya apabila melakukan itu.

Rasa sakit itulah yang dinamakan penanda somatik, secara tidak sadar otak anda akan membuat hubungan antara ‘lidah’, ‘kolak panas’ dan ‘rasa sakit yang luar biasa’ yang menurut seorang ilmuan bernama Antonio Domasio, penanda somatik ini ibarat pembatas buku.

Mungkin untuk beberapa barang yang harganya terbilang mahal seperti mobil anda akan berpikir panjang untuk membeli dan melakukan beberapa survei, teetapi bagaimana kalau saya tanya ketika anda belanja di supermarket kenapa anda memilih sambal ABC ketimbang merek lain? Mungkin banyak yang menjawab, ‘suka aja sama merk itu’ atau mungkin hanya menjawab ‘tidak ada alasan khusus tuh’.

Namun tahukah anda proses berpikir yang terjadi di kepala anda pada saat menghadapi situasi pembelian otak anda akan memindai memori, fakta-fakta perasaan lalu menyimpulkannya dalam sebuh respon dalam waktu yang sangat cepat, otak anda akan bergerak dari suatu titik awal menuju titik akhir yang akan menjadi keputusan pembelian anda dalam waktu kurang dari 5 detik mungkin anda sendiri tidak menyadari ini. Nah jalan pintas di otak inilah yang dinamakan penanda somatik yang saat ini telah banyak di gunakan marketer untuk mempromosikan produknya.

Penanda-penanda somatik inilah yang akan muncul setiap kali anda di hadapkan pada situasi pembelian . Para marketer di perusahaan-perusahaan besar mengerti betul penanda somatik ini yang dengan hati-hati menanamkan penanda-penanda somatik di otak anda sehingga dapat menuntun otak anda kepada produk yang mereka tawarkan.

Mari kita ambil contoh seorang pria bernama Tom Dickson, dia adalah seorang ayah seperti ayah-ayah separuh baya lainnya di daerah pinggiran midwest. Tapi si ayah ini memiliki pekerjaan yang tidak biasa, dia menjual blender. Sebenarnya bukan pekerjaannya yang aneh. Tetapi untuk mempromosikan blendernya dia membuat sebuah klip pendek dan di masukkan ke youtube. Setiap minggu dia mencoba memblender segala sesuatu mulai dari buah-buahan, ikan laut, selang tanaman dan korek api gas, sampai pada Iphone dan Ipad!



Anda akan terkaget-kaget ketika Tom Menghancurkan Ipadnya dengan wajah tanpa dosa dan nantinya anda akan melihat sebuah Ipad berputar-putar di blender hingga menimbulkan suara merdu sampa akhirnya hilang karena telah menjadi sepihan-serpihan kecil. Di sini penonton di buat terkejut dan akan menjadi sebuah pengalaman yang tidak akan terlupakan. Hal inilah yang nantinya akan menjadi penanda-penanda somatik yang pada saat pembeli akan membeli blender ia akan mengingat produk blender yang di jual oleh Tom Dickson ini.

Penanda somatik ini juga telah menjadi salah satu strategi marketing dari perusahaan Starbucks dengan tagline ‘leave your mark’, Starbucks dengan hati hati memberikan penanda di otak pembeli mereka dengan pengalaman-pengalaman dan kenyamanan yang ada di kedai mereka, dengan menggunakan aroma kopi, pelayanan yang bersahabat sampai pada musik pengiring yang akan menjadi penuntun di dalam otak konsumen, pembahasan strategi ini dapat anda baca lebih lanjut di buku starbucks experience.

Penanda-penanda somatik ini juga bekerja lewat penghargaan, sangksi dan rasa takut, oleh sebab itu banyak perusahaan obat yaang juga memanfaatkan penanda ini kita ambil contoh shampo bayi jhonson and jhonson, efek apakah yang di timbulkan dalam iklan ini? Kita semua tahu bahwa shampo yang masuk ke mata akan menimbulkan rasa perih yang menyakitkan, melalui iklan ini jhonson & jonson memberikan penanda yang akan menanggulangi rasa sakit pada mata yang ditimbulkan oleh shampo lain.

Demikian beberapa contoh strategi marketing yang menggunakan penanda somatik yang membimbing otak konsumen untuk membeli produk kita, sebuah iklan yang anda buat bukan hanya menjadi kumpulan gambar yang hanya memajang produk anda, tetapi berilah tanda yang bisa menjadi pengingat untuk pembeli.

Maka dari itu hati-hatilah menerapkan strategi marketing anda, karena mungkin kompetitor anda sudah mulai menanamkan strategi ini untuk memaksa konsumen membeli produk mereka. Bagaimana dengan strategi marketing yang sudah anda terapkan? mari kita share bersama..

Mau lihat contoh video yang mengena di hati? cek video berikut ini,gimana perasaan anda setelah nonton video ini?






Jumat, 07 September 2012

Kegiatan Weekend

harianking.blogspot.com


Hari sabtu adalah hari weekend yang dinanti oleh sebagian besar keluarga. Setelah enam hari berkutat dengan kerjaan kantor atau pun bisnis yang tiada habisnya, sudah menjadi hak humanis jika tubuh perlu terlepas dari stress. Bagaimana Anda mengisi liburan weekend ? Berikut pengalaman saya mengisi kegiatan weekend.

1. Merencanakan kegiatan
Apa yang menjadi kegiatan yang paling diminati ? Nah, kalau saya terlebih dahulu merencanakan kegiatan terlebih dahulu berdasarkan kegiatan/ hobi yang saya minati. Karena saya memiliki beberapa kegiatan yang saya sukai seperti menulis artikel, menyalurkan hobi masak, membaca buku kesukaan, bermain video game dan sesekali waktu refreshing keluar kota Medan, maka yang saya lakukan adalah membuat daftar kegiatan. Mengapa saya buat daftar kegiatan weekend yang ada dibenak saya? Agar lebih mudah mengatur kegiatannya toh :) Percayalah.

2. Atur jadwal

Setelah saya membuat daftar kegiatan weekend yang saya sukai, selanjutnya saya coba atur kegiatan santai tersebut sesuai dengan jam yang saya tentukan sendiri. Misalnya, jam olah raga pagi dari jam 5 pagi hingga jam 7 pagi. Selanjutnya bersih-bersih rumah dan cuci pakaian numpuk- eit, jangan salah, kegiatan bersih-bersih rumah dan mencuci pakaian sering mengasyikkan kok asal diselingi dengan lagu-lagu kesukaan Anda :) - . Aturlah jadwal agar hidup ini tertib :)

3. Selanjutnya, eksekusi perencanaan !

Ini yang paling ditunggu, melaksanakan perencanaan. Enjoy lah dengan susunan kegiatan Anda karena Anda sendiri yang merencanakan kegiatan yang membuat diri Anda tenang, lepas dari stress dan membuat Anda bisa bersemangat kembali :)

Kunci utama agar kegiatan weekend Anda bernilai adalah janganlah terlalu boros dengan kegiatan Anda sehingga terhindar dari out of budget. Sesuaikanlah ;)

Heppy weekend :)