Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Resensi Buku. Tampilkan semua postingan

Minggu, 25 Desember 2011

Resensi Buku REKAYASA SOSIAL: REFORMASI, REVOLUSI, ATAU MANUSIA BESAR

Mengisi liburan akhir tahun, saya menyempatkan diri untuk membaca buku-buku lama paling out of the box yang ada di lemari buku di kamar saya. Buku yang akan saya kupas disini dikhususkan bagi Anda yang objektif, siap untuk menerima wawasan baru yang tak pernah sebelumnya terpikirkan dan berani untuk berubah supaya Indonesia menjadi lebih baik. Jika Anda tidak siap, tutup saja halaman blog ini dan silakan Anda beraktifitas yang lain. Yuk, kita kupas bukunya :

Dilihat dari sampul bukunya, tak sedikitpun ada ketertarikan minat untuk membaca buku ini. Tapi, don't judge the book from it's cover. Setiap lembar yang dibaca malah akan memunculkan penasaran agar terkuak semua bagaimana rekayasa sosial berjalan terutama bagaimana jeleknya cara berpikir kebanyakan orang Indonesia secara khusus, dan umumnya masyarakat dunia. Walaupun sudah lama diterbitkan, tapi hal-hal yang disampaikan masih aktual hingga resensi buku tersebut di kupas di blog ini ( 26 Desember 2011 jam 2 siang WIB).

Buku ini pada intinya berisi argumentasi penulis yang mengatakan bahwa perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasa sosial harus diawali dengan perubahan cara berpikir. Tidak akan mungkin perubahan dapat terjadi jika manusia masih terjebak dalam pola pikir yang salah. Hal ini pula yang menjadi misi penulis dalam menerbitkan kumpulan materi kuliah ini menjadi sebuah buku, yakni untuk merubah pola pikir masyarakat yang sering kali oleh pihak-pihak tertentu diberikan pengacauan intelektualitas, demikian istilah penulis untuk menggambarkan kondisi ini.

Ketika membahas masalah sosial maka kita juga perlu untuk membahas berbagai bentuk dari kesalahan pemikiran yang digunakan manusia dalam memperlakukan masalah sosial yang disebut oleh para ilmuwan dengan sebutan intellectual cul-de-sac yang menggambarkan kebuntuan pemikiran. Penulis mengungkapkan ada dua jenis kesalahan berpikir, yakni intellectual cul-de-sac yang terjadi akibat penggunaan logika yang tidak benar dan mitos, yaitu sesuatu yang tidak benar, tetapi dipercayai oleh banyak orang termasuk oleh para ilmuwan. Dua bentuk kesalahan ini acapkali menghampiri kita dan membuat pemahaman kita terhadap masalah sosial yang dikritisi menjadi tidak tepat dan pada akhirnya tidak bisa menemukan solusi tepat.

Secara umum, intellectual cul-de-sac terbagi atas beberapa jenis, yaitu:

a. Fallacy of Dramatic Instance
Pemikir jenis ini biasa melakukan apa yang disebut penulis sebagai over-generalisation, yakni penggunaan satu atau dua kasus untuk menggambarkan kondisi sebara umum (general). Padahal setiap masalah meskipun memiliki kesamaan tipe pastilah berbeda secara kondisional. Kita tidak jarang melakukan over-generalisation ini saat memandang dan menilai seseorang atau sesuatu.

b. Fallacy of Retrospective Determinism
Istilah ini menggambarkan kebiasaan orang untuk melihat suatu masalah sosial yang sedang terjadi dengan melacaknya secara historis dan menganggapnya selalu ada dan tak bisa dihindari. Kerancuan seperti ini pada akhirnya membuat kita bersikap fatalis, menyerah pada keadaan, dan selalu melihat kebelakang. Akhirnya, ide-ide untuk mengeluarkan gagasan-gagasan perubahan tidak bisa diaktualisasikan. Misalnya, orang yang berpendirian tipe ini akan menganggap masalah kemiskinan sebagai masalah yang sudah sejak dulu ada sepanjang sejarah bangsa dan tidak bisa diberantas, maka untuk apa kita meributkan upaya untuk memberantas kemiskinan itu? Bayangkan kalau setengah saja dari populasi rakyat Indonesia berpikiran seperti ini maka kemiskinan akan sangat sulit diberantas.

c. Post Hoc Ergo Propter Hoc
Maksudnya apabila ada satu peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka kita menyebabkan hal pertama sebab dan hal kedua akibat. X datang sesudah Y, maka Y dianggap sebagai sebab dan Y akibat. Padahal keadaan itu tidak ada sangkut-pautnya dengan peristiwa tsb. Untuk lebih jelasnya diberikan contoh :
Ada orangtua yang lebih mencintai seorang anak dibandingkan anak lain hanya karena orang tua itu kebetulan naik pangkat atau ekonominya menjadi lebih stabil setelah kelahiran anak kedua. Ketika zaman anak pertama, keadaan jauh lebih buruk. Orang tua itu berkata : “inilah anak emas saya. Anak ini selalu membawa keberuntungan”. Itulah sebabnya orangtua lebih mencintai anak keduanya daripada yang lain.
Pemikiran tipe ini dapat mengakibatkan kita tidak tepat dalam melihat sebab dan akibat dari suatu permasalahan sosial dan akhirnya tidak tepat dalam menentukan solusi untuk mengatasinya.

d. Fallacy of Misplaced Concretness
Tipe ini bisa dimaknai sebagai kekeliruan berpikir yang terjadi karena kita seolah-olah menganggap persoalan yang sedang dibicarakan itu konkret padahal pada kenyataannya ia sangat abstrak. Atau dapat dikatakan, kita mengonkretkan sesuatu yang sejatinya adalah abstrak. Misalnya ada pertanyaan: mengapa umat islam secara ekonomi dan politik lemah? Jawabannya : kita lemah karena sistem. Saat ini kita kembali ke zaman jahiliyah. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Jawabannya : kita harus mengubah sistem, tetapi sistem itu sendiri pada dasarnya abstrak. Dan kita memandang sistem itu mudah berubah karena kekonkretannya. Contoh lainnya adalah ungkapan yang mengatakan: ”ini semua sudah takdir Allah”. Ketika terjadi permasalahan sosial dan kita menganggapnya sebagai takdir Allah, maka selesailah sudah perdebatan karena orang cenderung merasa tidak ada lagi yang dapat dilakukan.

e. Argumentum ad Verecundiam
Berargumen atas dasar otoritas. Ada orang yang sering kali berbicara menggunakan otoritas yang telah diakui keberadaannya sebagai dasar pijakan yang kuat baginya untuk berargumentasi. Padahal kalau mau ditelusuri, secara kontekstual, ia bisa saja dipahami secara berbeda. Orang menggunakan otoritas untuk membela paham dan kepentingannya sendiri.
Misalnya : si A mengutip ayat al-Qur’an untuk memaksa lawannya berhenti dengan argumentasinya (apabila ia membantah ayat tsb dikatakan kafir karena tidak mengindahkan perintah yang ada dalam Qur’an). Padahal bisa saja timbul perbedaan pendapat dalam interpretasi makna ayat tersebut. Dan kalaupun si B ingin membantah yang ingin ia katakan adalah penyalahgunaan otoritas Qur’an bukan pada ayat itu sendiri.

f. Fallacy of Composition
Untuk tipe pemikiran ini, penulis telah memberikan contoh yang menarik, yakni ketika ada satu keluarga disatu kampung yang memelihara ayam petelor mendapatkan untung besar. Melihat itu, berbondong-bondong masyarakat di kampung itu latah beternak ayam petelor dengan harapan bisa meraih untung besar. Akibatnya, mereka semua satu penduduk itu bangkrut karena banyaknya pasokan telur tidak diimbangi dengan permintaan pasar.

g. Circular Reasoning
Artinya logika yang berputar-putar. Pembicaraan yang dilakukan tak terarah dan mengulang hal-hal yang telah dibicarakan sebelumnya.

Sedangkan mitos, penulis membahas dua jenis mitos, yaitu:

a. Mitos Deviant
Mitos ini berawal dari pandangan bahwa masyarakat itu stabil, statis, dan tidak berubah-ubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka perubahan itu adalah penyimpangan dari sesuatu yang stabil. Mitos ini berkembang dari teori ilmu sosial yang disebut structural functionalism (fungsionalisme struktual). Menurut teori ini, kalau mau melihat perubahan sosial, kita harus mau melihat struktur dan fungsi masyarakat. Jadi kalau ada dinamika sosial, maka harus ada statistika sosial.
Analisis fungsional bisa dilakukan, misalnya dalam memandang persoalan kemiskinan. Kemiskinan meskipun ia tidak diinginkan, namun secara fungsional tetap diperlukan. Orang miskin diperlukan untuk melakukan pekerjaan2 berbahaya yang tak mungkin dilakukan orang kaya, orang miskin memberikan pekerjaan kpd LSM yang meneliti prospek kemiskinan di suatu negara, dll.
Jika analisis fungsional ini terus menerus dilakukan dan dijadikan rujukan, kita bisa menjadi pro status quo. Kita melihat perubahan tidak lagi sesuatu yang diharapkan. Misalnya pelacuran, akan dianggap memiliki fungsi untuk mencegah suami-suami yang akan berpoligami.

b. Mitos Trauma
Perubahan mau tidak mau menimbulkan reaksi. Bisa berbentuk krisis emosional dan stress mental. Perubahan juga berpotensi menimbulkan disintegrasi pada awalnya. Bisa berbetuk disintegrasi sosial dan disintegrasi individual.
Misalnya : ada teori yang dinamakan Cultural Lag (kesenjangan kebudayaan). Perubahan yang terjadi disuatu tempat belum tentu terjadi di tempat lain pada waktu yang bersamaaan. Dan apabila kedua ini bersatu, berpotensi menimbulkan “kegamangan”.
Contoh : sebuah perusahaan yang telah dilengkapi peralatan komputer canggih, namun karyawan2nya tidak mau atau belum belajar mengoperasikannya. Walhasil, komputer hanya menjadi pajangan untuk memperlihatkan “kelas” dari perusahaan tersebut.

Perubahan sosial juga berpotensi menimbulkan krisis. Orang yang tidak siap dengan perubahan cenderung bersikap antipati terhadap perubahan. Orang menolak perubahan biasanya disebabkan karena basic security nya terancam. Jadi, ia merasa lebih nyaman dengan keadaan yang lama. Sikap antipati ini membuat orang menciptakan defensive mechanism. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa perubahan sosial juga mendatangkan masalah sosial baru.

Perubahan sosial juga berpotensi menimbulkan krisis. Orang yang tidak siap dengan perubahan, yakni golongan orang yang sudah merasa nyaman dengan kondisinya saat ini cenderung bersikap antipati terhadap perubahan. Sikap antipati ini membuat orang menciptakan defensive mechanism. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa perubahan sosial juga mendatangkan masalah sosial baru.
Selanjutnya penulis mengungkapkan makna dari rekayasa sosial yang sebenarnya dapat dengan mudah kita temukan dikehidupan sehari-hari.

Ada dua macam bentuk perubahan sosial, yakni perubahan sosial yang terjadi secara terus-menerus, tetapi berlangsung secara perlahan tanpa kita rencanakan disebut unplanned social change (perubahan sosial yang tidak terencana). Hal ini disebakan oleh perubahan dalam bidang teknologi atau globalisasi. Bentuk kedua adalah perubahan sosial yang kita rencanakan tujuan dan strateginya yang disebut planned social change (perubahan sosial terencana). Seringkali disebut juga dengan istilah social engineering atau social planning. Contoh dari planned social change adalah pembangunan (development) yang berkisar pada bagaimana mengubah satu masyarakat dengan mengubah sistem ekonominya yang biasanya berpegang pada Ekonomi Klasik. Penulis mengatakan bahwa sebenarnya selama Orde Baru kita telah melakukan rekayasa sosial dengan pola development.

Bab terakhir penulis memaparkan tentang revolusi. Pada umumnya, revolusi terjadi ketika banyak orang merasa tidak puas dengan keadaan yang terjadi. Krisis yang melanda menuntut hadirnya suatu perubahan fundamental dan holistik, adanya reformasi yang mungkin sebelumnya sudah terjadi dirasa berjalan terlalu lamban dan tidak menyelesaikan permasalahan. Dari kondisi inilah kemudian perubahan total dianggap perlu sebagai jawaban, perubahan ini disebut revolusi.

Revolusi sendiri dapat diartikan sebagai bentuk dari perubahan sosial yang paling spektakuler yang menyentuh seluruh aspek kehidupan berbangsa, dalam buku tersebut bahkan dikatakan bahwa revolusi menutup satu zaman dan membuka zaman baru tanpa menyisakan hal apapun seperti sebelumnya.

Revolusi memang perubahan yang cepat, tetapi tidak semua perubahan yang cepat disebut revolusi. Menurut Sztompka, setidaknya ada lima ciri dari revolusi yang membedakannya dari perubahan sosial lainnya:

1. Revolusi menghasilkan perubahan dengan skala paling luas dan menyentuh seluruh dimensi kehidupan masyarakat.

2. Perubahan pada revolusi bersifat radikal, fundamental, dan mengakar pada inti permasalahan.

3. Perubahan terjadi dengan sangat cepat.

4. Revolusi menunjukkan perubahan yang paling nyata; karena itu paling dikenang.

5. Revolusi menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang besar dari seluruh pihak.

Penulis selanjutnya memaparkan empat mazhab teori revolusi yang masing-masing memiliki karakter khusus, yakni:

1. Mazhab Behavioral
Inti dari mazhab ini adalah revolusi ditandai dengan perubahan perilaku manusia yang fundamental. Teori ini dikemukan oleh Pitirim Sorokin pada tahun 1925 dimana ia melihat berdasarkan pengalamannya saat Revolusi Rusia tahun 1917. Ia mengatakan bahwa dalam revolusi selalu terjadi penyimpangan perilaku individu. Hal ini dapat terjadi karena adanya represi (tekanan) dari elite penguasa terhadap kebutuhan masyarakat. Adanya kekecewaan dan kemarahan yang dirasakan rakyat pada puncaknya akan menghadirkan revolusi yang dilakukan rakyat terhadap penguasa.

2. Mazhab Psikologis
Menurut teori ini, revolusi terjadi akibat adanya perbedaan antara situasi yang diharapkan dengan kenyataan di lapangan. Meskipun demikian, tidak semua penderitaan menimbulkan pemberontakan. Untuk mencapai revolusi, masyarakat harus merasakan adanya pernderitaan dan ketidakadilan tersebut. Penulis mengambil contoh kondisi di Indonesia yang ada sekian juta masyarakat miskin namun tidak memberontak. Mereka tidak melihat kemiskinan itu sebagai bentuk ketidakadilan, tetapi mereka menganggap bahwa menjadi miskin adalah takdir hidupnya. Hal inilah yang menurut penulis menjadi penyebab mengapa Indonesia belum terjadi revolusi.

3. Mazhab Struktural
Menurut mazhab ini, penyebab revolusi berasal dari struktural antara warga negara dan negara yang besifat makrostruktural, bukan pada tataran individual.

4. Mazhab Politik
Mazhab ini melihat revolusi sebagai bentuk politik dari pihak-pihak yang ingin mengendalikan negara.

Sebagai penutup, penulis menegaskan bahwa manusia dapat menguraikan revolusi, tetapi manusia tidak akan pernah bisa meramalkan kapan revolusi akan terjadi. Penulis pun mengatakan bahwa sebaiknya kita mengatakan saja dengan rendah hati: ”Wallahu a’lam”.

Salah satu keunggulan buku ini adalah kemampuan penulis untuk mengilustrasikan teori dalam contoh-contoh menarik dan tak jarang merupakan pengalaman pribadinya.

Sebagai penutup dari saya, buku ini sangat menarik untuk dibaca.

JUDUL : REKAYASA SOSIAL: REFORMASI, REVOLUSI, ATAU MANUSIA BESAR
PENULIS : JALALUDDIN RAKHMAT
PENERBIT : REMAJA ROSDAKARYA
TEBAL BUKU : 223 HALAMAN
TAHUN TERBIT : 1999


Jumat, 23 Desember 2011

Resensi Buku Playboy Marketing

Dari judulnya sudah membuat imajinasi liar Anda menjadi bergejolak. Eit, tunggu dulu. Buku ini inti utamanya tentang marketing online di internet. Mari kita kupas isinya

Terdiri dari 7 bab:
Bab 1. "Apa Cara Marketing Anda Sekarang"-> Bab ini mencoba mereview pembaca bagaimana metode pemasaran yang selama ini diterapkan oleh kebanyakan pebisnis untuk mempromosikan produk yang dijualnya.

Bab 2. " Ingin, tapi Gimana?-> Bab ini hanya sebagai pengantar kepada pembaca tentang konsep playboy marketing.

Bab 3. " GOBANG : Go Online Or Bangkrut" -> Bab ini sekedar memberikan penjelasan bagaimana dahsyatnya kekuatan online untuk mempromosikan apapun. Terdapat lembar check list untuk mempetakan kekuatan online Anda.

Bab 4. " Jangan Jadi Sampah Dunia Maya" -> Bab ini sebenarnya tidak perlu di bahas, karena isi bab nya hanya sekedar motivasi agar kegiatan online memiliki manfaat bagi user yang lain.

Bab 5. " Playboy Marketing" -> Bab ini merupakan inti dari buku Playboy Marketing. Konsep Playboy marketing :
1. Cari Harta Karun/ peluang usaha
2. Temukan masalah dari kebanyakan orang disekitar Anda
3. Cocokkan peluang dengan masalah. Pilih yang OK. Selamat Anda sudah memulai bisnis. Go Online-kan.
4. Gunakan channel internet seperti email, video, YM, Blog, Afiliasi, Social Media, Artikel, Domain, Hosting dan Google untuk promosi bisnis Anda.
5. Promosi di mesin pencari dengan kata kunci.
6. Tes kemampuan promosi online di BISMA CENTER.

Bab 6. "Playboy Sejati" -> Bab pesan-pesan si penulis buku di tuangkan disini.
1. Kegiatan offline perlu
2. ATO (Amati, Tiru, Optimasi)
3. Jadilah Penebar Manfaat.

Bab 7. " Testimoni Bisnis" -> Bab yang tidak terlalu penting bagi saya sebagai pembaca yang cerdas.

Nah, buku yang berisi 110 halaman ini berisi tips sederhana untuk optimasi marketing secara online untuk kebutuhan bisnis Anda. Tapi, menurut saya, jangan pernah Anda berharap untuk mendapat tutorial step by step menjalankan konsep playboy marketing- heboh judul kovernya, tapi isinya mengecewakan- karena hanya merupakan kupasan umum konsep playboy marketing.

Saran saya, hendaknya berpikirlah 3 kali untuk membeli buku ini yang tak sepadan antara kehebohan judul dengan isinya, karena pasti Anda sebagai pembaca hanya akan digiring untuk mengikuti seminar atau pun workshop yang diadakan penulis. Makanya, begitu buku ini Anda beli, Anda hanya membeli sebuah katalog bisnis yang tak ada bedanya dengan katalog bisnis kebanyakan (kok mau Gramedia mencetak buku mengecewakan setengah hati seperti ini? )*damnbook

Penulis : Ali Akbar
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Harga : Rp 40.000 (mahal dan tak sepadan dengan isinya)

Minggu, 06 November 2011

Buku "Pak Harto The Untold Stories" -Nukilan Singkat- (@Kompas Gramedia Fair Medan 5 November 2011)

Lelah dan pusing mulai menghinggapi saya lantaran belum sarapan pagi dan makan siang hanya untuk bela-belain ikut sebagai pengunjung Kompas Gramedia Fair 2011 yang diadakan di Tiara Convention Center Medan 2 - 6 November 2011 (maklum, jarang-jarang diadakan event seperti ini). Hari ini tanggal 5 November 2011, saya mendapat undangan talkshow buku "Pak Harto The Untold Stories". Dalam hati saya bergumam "ngapain orang yang sudah meninggal dan banyak ninggalin catatan gelap sejarah Indonesia di bikin jadi buku sih?". Tapi lantaran saya iseng, akhirnya saya ikuti acaranya dengan narasumber Nico Daryanto dan Sukardi Rinarkit.


Buku ini sudah dari bulan Juni 2011 di luncurkan ke khalayak ramai. Hingga detik ini, buku "Pak Harto The Untold Stories" masuk ke dalam jajaran buku Best Seller terbitan Gramedia Pustaka Utama.

Secara garis besar, buku ini disusun dengan memakan waktu tempo hingga 2 tahun pengerjaan. Pembuatan buku ini disusun dari 113 narasumber dengan metode wawancara dan ditulis oleh 5 orang penulis. Ke-113 narasumber tadi terdiri dari berbagai latar belakang mulai dari yang high end profile hingga low end profile, mulai dari orang dekatnya pak Harto hingga musuh politik pak Harto bahkan pernah menjadi tahanan politik ikut memberi warna kesaksian bagaimana pandangan dan pengalaman terhadap gaya kepemimpinan pak Harto selama 3 dekade memimpin rakyat Indonesia.

Saya semakin tertarik dari pembahasan yang disampaikan narasumber yaitu:
1. Buku "Pak Harto The Untold Stories" tidak membahas sedikitpun tentang sejarah kelam politik pak Harto. Isinya hanya berupa hasil wawancara dari 113 narasumber, yang malahan tentang pandangan manusiawi narasumber selama berinteraksi dengan Pak Harto, kemudian dituangkan kedalam buku.

2. 113 narasumber tadi, beberapa tokoh termasuk mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Muhammad, mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos. Bahkan, mantan Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, dan Raja Brunei Darussalam, Sultan Bolkiah menuliskan sendiri pengalamannya.

3. Inti utama dari buku ini juga tak lepas dari pencitraan bahwasanya pak Harto sebenarnya orang baik.

4. Pesan yang disampaikan oleh pak Harto adalah : "Memimpin bangsa Indonesia sangat sulit"

Patut kita akui bahwa kehidupan bangsa ini pasca orde baru malah lebih buruk ketimbang masa kepemimpinan pak harto. Dulu kita sering dengar dan melihat peresmian proyek ini itu yang notabenenya untuk kepentingan rakyat hingga ke desa-desa terpencil sekalipun. Tapi lihatlah sekarang, saya sendiri bahkan tak pernah mendengar peresmian proyek oleh pemimpin bangsa saat ini di media massa manapun. Yang ada hanyalah skandal politik yang terus mewarnai layar kaca rakyatnya sendiri.

Sedikit cerita dari Bung Sukardi Winarkit yang menggelitik nalar saya. Dulu semasa pak harto memimpin sebelum krisis moneter, APBN yang dialokasikan hanya berkisar dikisaran angka 80 triliyun rupiah. Dengan angka segitu, BBM bisa murah, uang kuliah di Universitas Indonesia tahun 80-an hanya Rp15000/semester, sembako bisa terjangkau (bahkan swasembada pangan). Dengan asumsi inflasi 10 kali lipat pasca krisis moneter, maka alokasi APBN 800 triliyun untuk mencapai standar kesejahteraan rakyat seperti yang tadi. Tapi lihatlah dengan mata kepala sendiri, dengan APBN mencapai 1000 triliyun lebih saat ini, BBM makin mahal, harga-harga sembako melangit tidak karuan, dan malah muncul isu terorisme. Silakan bandingkan, mana kah kehidupan yang lebih baik antara selama pak Harto memimpin atau setelah lengsernya beliau dari kursi kepresidenan. Lihatlah dengan hati nurani.

Jika Anda bertujuan untuk menguak misteri kelam sejarah pak Harto melalui buku ini, buku ini tidak bertujuan untuk itu. Buku ini hanya sebagai khazanah pustaka untuk menampilkan nilai-nilai kepemimpinan positif yang di contohkan oleh pak Harto selama hidupnya.

Tak pelak buku ini juga sarat akan kritik. Saya sendiri juga menyimpan pertanyaan apa benang merah antara buku ini yang sarat akan "kebaikan" pak Harto selama memimpin rakyatnya dengan sejarah kelam seperti petrus, daerah operasi militer, korupsi, kolusi, dan nepotisme konglomerasi. Ada gap antara Good & Evil -nya pak Harto dalam menjalankan kepemimpinan negara Indonesia sehingga sampai detik ini saya masih menyimpan tanda tanya teramat besar akan hal tersebut.

Buku ini juga sarat akan subjektifitas narasumber dalam memberi kesaksian sebagai pelaku yang pernah berinteraksi dengan pak Harto, sehingga keabsahan hasil pengalaman narasumber menjadi diragukan walaupun beberapa tokoh negara lain juga ikut berbagi pengalamannya untuk ikut menguatkan keabsahan kesaksian seperti yang dituangkan dalam buku ini.

Kiranya di perlukan buku tandingan yang membahas evil-nya pak Harto dari berbagai narasumber yang mengalami sendiri dampak buruk dari gaya kepemimpinan pak Harto selama 3 dekade menjadi Bapak Pembangunan bangsa ini. Kapan akan dibuat buku tandingan itu? Saya sendiri malah menunggunya.

Yup, memang benar sekilas sudah saya baca isi buku tersebut. Sarat makna akan nilai-nilai kehidupan manusiawi pak Harto sebagai pemimpin bangsa ini selama 3 dekade. Nilai-nilai kepemimpinan yang positif seperti yang dicontohkan pak Harto patut dijadikan teladan seperti yang digambarkan oleh buku ini dan tetap netral dalam menanggapi isinya.

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 603
Harga : Rp300.000

Kover Depan

Sabtu, 05 November 2011

4 Konsep Star Marketing - Talkshow Buku Star Marketing- (@Kompas Gramedia Fair 3 November 2011)

By : Sian Yet (Penulis Buku Star Marketing)

Telah lama saya menggeluti berbagai konsep pemasaran bisnis dari beberapa tokoh marketing Indonesia yang terkenal seperti Hermawan Kertajaya, Tung Desem Waringin,Ippho Santosa dan lain-lain. Nah, untuk memperkaya khazanah pustaka khususnya di bidang marketing, ada satu buku yang berjudul Star Marketing yang di tulis oleh ahli yang berkompeten yaitu Bapak Sian Yet. Sedikit ulasan biografinya, beliau pada tahun 2010 mengikuti program studi pasca sarjana Ilmu Manajemen Universitas Sumatera Utara, sering mengisi acara talkshow di radio Smart FM Medan, dan menjadi Consultant Trend Marketing. Keahlian beliau di bidang marketing sudah tidak perlu diragukan lagi karena atas jasanya kini beberapa perusahaan berkolaborasi dengan beliau.

Dari hasil talkshow yang saya ikuti, berikut sedikit kupasan tentang 4 Konsep Star Marketing :

1. Scan your market.
2. Target customer with marketing strategy,
3. Activating your marketing strategy,
4. Recheck your strategy yang secara singkat merangkumkan apa yang dikerjaan oleh para pemasar profesional.

Buku ini juga memberikan contoh studi kasus yang dipaparkan yang cukup jelas menggambarkan implementasi dari konsep STAR Marketing.

Dengan jumlah halaman 128 lembar, penulis memberikan gambaran dasar nan sederhana tentang konsep Star Marketing yang aplikatif dan cocok untuk diterapkan di berbagai bidang bisnis.

Walapun begitu, kritikan tentang buku ini juga ada, yaitu ulasan tentang creative marketing hampir sama sekali tidak dibahas di dalam buku ini, sehingga pembaca perlu menambah referensi buku tentang konsep pemasaran dari buku yang lain.

So far so good lah untuk buku new release di bidang manajemen pemasaran.

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Harga : Rp35.000

Kover Depan Bukunya

Talkshow Buku Star Marketing oleh Bapak Sian Yet

Bapak Sian Yet menjelaskan konsep Star Marketing