Rabu, 15 Juli 2009

Realita, Kontrol, Pilihan, dan Kunci

Oleh: Hingdranata Nikolay

Apa yang membedakan orang bahagia dan tidak bahagia?

Apakah JUMLAH materi? Apakah TERCAPAINYA keinginan?

Coba lihat sekeliling, ada orang dengan jumlah materi berlimpah yang bahagia, ada juga yang tidak bahagia.

Ada orang dengan jumlah materi yang minim yang bahagia, ada juga yang tidak.

Ada orang yang keinginannya tercapai tapi tidak bahagia, ada juga yang bahagia.

Ada yang keinginannya tidak tercapai, tapi bahagia, ada juga yang tidak.

KUNCI-nya?

KONTROL terhadap REALITA.

Setiap orang punya REALITA berbeda-beda, dan persepsi dalam tingkatan mana orang tersebut bisa MENGONTROL REALITA-nya akan menentukan seberapa bahagia dia.

Jika dia merasa bisa mengontrol REALITA-nya, dia bahagia.

Dan sebaliknya, seberapapun pencapaiannya, seberapa banyak penghasilannya, apabila dia tidak merasa punya KONTROL terhadap REALITA-nya, dia tidak berbahagia.

Tidak ada KUNCI yang sama untuk mempunyai perasaan bisa MENGONTROL REALITA (sense of control), karena REALITA setiap orang juga berbeda-beda.

Bahkan untuk mencari KUNCI tersebut pun merupakan PILIHAN. Ada yang memilih untuk mencari, ada yang memilih untuk tidak mencari.

So, bagaimana REALITA Anda?

Apakah Anda merasa memegang KONTROL terhadap REALITA Anda?

Apakah Anda MEMILIH untuk mencari KUNCI untuk bisa memegang KONTROL terhadap REALITA Anda?


by http://www.inspirasiindonesia.com

How True is the Truth? Whose Truth?

Oleh: Hingdranata Nikolay

Sering mendengar ada yang berkata “Faktanya begitu, kok!” atau “Memang ini yang sebenarnya!” atau “I know I’m right!”, atau “That’s the truth!” dan sejenisnya?

Hal menarik mengenai ‘truth’ adalah bahwa ia sangat kontekstual! Tergantung dari SUDUT PANDANG SIAPA, PERASAAN SIAPA, atau bahkan APA YANG PENTING.

Otak tidak membedakan yang mana yang REAL yang mana yang tidak. Keduanya diproses sesuai PILIHAN kita.

Secara otomatis, otak akan MEMILIH apa yang ingin dilihat, ingin didengar, dan ingin dirasakan oleh kita.

Apabila Anda ingin bertemu seseorang yang galak, rasa gugup atau cemas Anda muncul jauh sebelum bertemu dengan orang itu.

Apakah sudah REAL terjadinya? Belum. Tapi otak Anda membuatnya REAL, sehingga Anda gugup, cemas, jantung Anda berdetak luar biasa, dll., padahal orangnya belum REAL di depan Anda.

Output pikiran kita adalah hasil dari beberapa proses di otak, yang di NLP dikenal sebagai Deletion, Distortion, dan Generalization. Lalu juga berdasarkan belief dan values kita, memory, preferensi pribadi kita, pengetahuan kita, dll. Jadi outputnya sangat tergantung dari proses di otak kita, dan kemungkinan variasinya luar biasa mengingat probabilitas perbedaan values, memory, pengetahuan, dll. dari setiap orang di muka bumi. Coba pikirkan, apa yang menurut Anda BENAR 10 tahun lalu, sekarang mungkin hanya bisa Anda tertawakan. Pada saat pengetahuan kita bertambah, pengalaman kita bervariasi, belief kita berpindah-pindah, memory kita merekam kejadian demi kejadian, konsep kita mengenai yang BENAR pun bergeser. Lalu seberapa SALAH kita di masa lalu? Akankah apa yang kita pikirkan sebagai BENAR saat ini juga menjadi BENAR di masa mendatang? Ingat pula, apa yang biasanya dianggap sebagai FACTS di masa lalu, sekarang hanyalah dianggap sebagai BELIEFS di masa lalu, dan yang di masa lalu hanya BELIEFS, sekarang menjadi FACTS. Dan kalau melihat ke belakang, Anda juga bisa meninjau kembali, is it RIGHT to always want to be RIGHT?

Coba pikirkan kembali kapan terakhir kali Anda berpendapat bahwa pasangan seseorang sahabat Anda jelek, tapi sahabat Anda berpendapat bahwa orangnya sangat oke.

Baju Anda yang Anda anggap bagus ditertawai orang lain. Cita-cita Anda diremehkan orang lain.

Atau kapan terakhir kali Anda berargumentasi dengan seseorang dan terlibat debat kusir, dan tidak ada hasil karena sama-sama ngotot?

Banyakkah hal dimana Anda tidak sepaham dengan orang di sekitar Anda? Tanyakan ini kepada seseorang yang merasa bahwa ‘the world is against him or her’ dan Anda akan tahu betapa frustrasinya merasa diri BENAR dan tidak dilihat orang lain sebagai BENAR.

Lalu WHOSE TRUTH IS THE TRUTH? HOW TRUE IS YOUR TRUTH? How do we know we are absolutely true?

You see, di dunia ini ada yang namanya ‘Collective Unconsciousness’, yakni sesuatu yang dipercayai secara bawah sadar oleh banyak orang, entah BENAR atau SALAH. Ini adalah hal-hal seperti agama, hukum, etika, perbuatan baik, dll. Dan orang-orang yang berbagi kepercayaan bawah sadar yang sama ini cenderung berkumpul dan berkomunitas, serta saling mendukung dan membenarkan, seperti halnya di Inspirasi Indonesia ini dan berbagai komunitas lain.

Ini yang sering dipakai sebagai tolok ukur oleh banyak orang, ketika mereka mengatakan seseorang atau sesuatu itu BENAR atau SALAH. Dan ingat, ketika kita menjatuhkan vonis BENAR atau SALAH, itu sudah men-generalisasi lho….

Bagus, apabila kita bisa mempunyai sebuah generalisasi sebagai tolok ukur atau penyedia PILIHAN pribadi dan BERGUNA untuk kita, tapi bisa menjadi masalah saat terjadi PEMAKSAAN apa yang kita rasa BENAR ini ke orang lain yang punya generalisasi berbeda berdasarkan proses di otak dia sendiri. Dan lebih berbahaya apabila generalisasi ini malah membatasi PILIHAN kita untuk maju.

Di NLP disarankan untuk tidak hanya mempergunjingkan apa yang BENAR dan SALAH, tapi apakah yang BENAR atau SALAH itu BERMANFAAT bagi yang mempergunjingkan atau malah tidak.

Dan sangat dianjurkan untuk menghormati konsep BENAR orang lain, sebelum kita menyampaikan konsep BENAR kita. Satu alasan orang lain tidak menghormati konsep BENAR kita adalah karena kita juga tidak menghormati konsep BENAR mereka. Ingat kembali, menerima tidak sama dengan menyetujui.

Kita tetap ingin mencari apa yang BENAR, dan it’s okay to do that, RIGHT? In FACT, seumur hidup kita adalah untuk mencari apa sih yang seBENARnya BENAR? Keep looking and put all the pieces together, my friend. Hanya saja, ingat, orang lain juga sepanjang hidupnya mencari yang BENAR ini. Dan pada saat bertemu, daripada ribut tak berujung dan tak berguna, hormati pencarian masing-masing dan GO ON SEARCHING! Apabila butuh resolusi karena butuh adanya sebuah keputusan dari perbedaan, carilah advis, penengah, atau otoritas untuk mempersepsikan yang BENAR. Much more PEACEFUL resolution.

Jadi next time, Anda bisa memilih untuk mengatakan “You are WRONG!” atau “I respect your opinion, and here is mine ………!”

I’m writing this as I know I’m RIGHT, RIGHT?


by http://www.inspirasiindonesia.com

LOOK UP!

Oleh: Hingdranata Nikolay

Roger Banister adalah seorang pelari yang paling sering dipakai sebagai contoh bagaimana melewati batasan belief. Ia adalah orang yang pertama mematahkan berbagai anggapan bahwa adalah tidak mungkin untuk berlari 1 mil di bawah 4 menit. Pada jaman itu, John Landy, adalah seorang pelari yang juga sangat dikenal. Setelah Banister mematahkan rekor tersebut, Landy beberapa kali juga berlari di bawah 4 menit, seperti halnya pelari-pelari setelah masa mereka.

Bulan Agustus 1954, di British Empire Games di Vancouver, Kanada, Banister dan Landy bertemu dalam sebuah adu lari yang paling ditunggu pada masa itu. Dalam sebuah snap-shot yang diambil sepanjang 100 meter terakhir, terlihat bagaimana Landy, yang sudah memimpin, menoleh ke belakang untuk melihat di mana Banister, sementara Banister dengan cepat melakukan sprint melewatinya dari sisi yang lain. Banister memenangkan perlombaan tersebut.

Ada sebuah catatan menarik yang juga dipakai sebagai bahan refleksi buat kita dari duel ini. Sementara kita focus ke depan untuk melihat sesuatu yang menjanjikan, kadang melihat ke belakang bisa mempengaruhi momentum kita.

Kejadian ini mirip dengan saat saya menyaksikan sebuah balapan kuda di Maumere, Flores, sekitar tahun 80-an (saya lupa persisnya). Balapan itu paling membekas karena luar biasa! Di arena hanya ada 3 kuda sebagai babak akhir hari tersebut. Seekor kuda bernama Kuning Lupa Budi melakukan start dengan terlambat karena dia kaget dan tidak langsung berlari. Dia sampai tertinggal hampir 1 putaran di belakang 2 kuda lainnya. Saat itu joki-nya adalah seorang anak kecil yang gigih. Kuda terakhir dari kumpulan perlahan mulai disusul, dan saking paniknya melihat dia telah disusul dengan cepat dan diiringi oleh sorak sorai penonton yang ingin melihat keajaiban, joki dari kuda kedua lepas kendali dan jatuh. Masih tersisa satu putaran saat Kuning Lupa Budi bagai kilat melesat di samping kuda yang sedang memimpin! Saya masih ingat melihat joki kuda yang memimpin sibuk melihat di mana posisi Kuning Lupa Budi dan terus-menerus menoleh. Sampai saat dia sadar Kuning Lupa Budi sudah di sampingnya, dia pun sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena sekarang momentum ada di tangan lawannya! Perbedaan pencapaian dalam sebuah kompetisi antara yang fokus ke depan, dan fokus ke belakang!

Dalam sebuah program Goal Setting, Zig Ziglar bercerita mengenai seorang pelaut muda yang naik ke tiang layar untuk membenahi layar yang rusak diterpa angin kencang. Pada saat dia berada di tiang layar paling atas dan membetulkan dalam posisi melihat ke bawah, angin menerjang lagi. Dia pun segera kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Melihat dia gontai, seorang pelaut yang lebih senior berteriak dari bawah: “LOOK UP, son! LOOK UP!” Dan dia pun melihat ke atas dan segera mengembalikan keseimbangannya.

Jepang adalah contoh bagaimana sebuah negara yang fokus ke atas, bukan ke bawah. Mereka kehilangan paling banyak angkatan muda setelah perang dunia ke-2. Untuk bangkit pun mereka sulit karena mereka tidak punya kekayaan sumber daya alam yang bisa membantu. Apa yang terjadi? Mereka memilih untuk menyusun visi dan misi ke depan, dan komit untuk maju. Bukannya melihat ke belakang dan meratapi kehancuran dan apa-apa saja yang mereka tidak punyai. Hasilnya? Secara berturut-turut mereka menggenggam dunia dari decade 50-an sampai hari ini, awalnya dimulai dengan produk tekstilnya, baja (walau di decade 60-an mereka harus mengimpor bahan bakunya dan mengekspor kembali hasil produk dan bersaing dengan negara yang memproduksi baja dengan sumber daya sendiri), sampai dengan otomotif, dan elektronika di decade 80-an! Sekarang? Mereka adalah salah satu pemberi hutang terbesar di dunia! The result of LOOKING UP can be remarkable!

Why I’m telling you all these?

Sejarah, pengalaman, masa lalu, dan semua yang sudah kita lewati adalah sesuatu yang sudah lewat. We can learn from them and improve, but don’t have to go back all the time and re-live it.

Ada perbedaan yang besar antara belajar dari kesalahan atau kekurangan, dengan hidup di masa lalu dan menghidupi kembali kesalahan atau kekurangan kita!

Kecuali, tentu saja, apabila Anda bekerja di pekerjaan yang tugas dan tanggung jawabnya adalah Anda malah harus mencari ke belakang atau melihat ke bawah, seperti audit, accounting, penelitian, dan sejenisnya.

Dalam NLP dipelajari eye accessing cue, yangmana apabila kita melihat ke bawah, aksesnya adalah ke perasaan dan self-talk. Ini seringkali menyangkutkan pikiran ke peninjauan kembali apa yang telah kita lihat, dengar, dan rasakan. Apabila ini untuk menganalisa sesuatu yang penting dan berguna, tentu baik sekali. Apalagi apabila kita ingin mengakses kembali perasaan yang bisa memberikan Motivasi tambahan. Tapi apabila ini untuk mengakses kembali perasaan-perasaan yang akan menarik kita untuk mundur atau kehilangan momentum, think again. When you look down, you feel down. When you feel down, you are unlikely to be at your best.

Apabila ini terjadi, segeralah LOOK UP! Ini akan membantu Anda mengakses langsung ke Visual Construct dan berpikir lebih jernih ke depan.

Tidak semua kita terlatih untuk bisa melihat ke bawah dan melihat berbagai kegagalan, kesedihan, kekecewaan, dan bisa kembali ke keadaan normal dengan cepat.

Jadi LOOK UP adalah salah satu cara untuk merusak pola mundur Anda, jika Anda ingin fokus untuk bergerak maju.

It’s too hard to access your FUTURE view if you always look down!

The FUTURE view is accessible when you LOOK UP!

There is a choice for you today to LOOK UP!


by http://www.inspirasiindonesia.com

Congruence Matters!

Oleh: Hingdranata Nikolay

Andika adalah seorang manager yang selalu berusaha menjadi orang baik untuk siapa saja. Di depan bos dia menjadi bawahan yang baik dan seolah memberi jalan kepada setiap keputusan, dengan mengatakan bahwa keputusan itu baik, walaupun dia tidak setuju. Sementara di depan bawahannya, dia selalu menunjukkan sikap seolah ingin membahagiakan mereka dan kalau ada keputusan manajemen yang tidak bisa diterima bawahannya, dia akan mengambil sikap ‘itu pun sebenarnya saya tidak setuju tapi saya tidak bisa berbuat apa2’ Dia pandai melihat situasi dan bisa menentukan kapan dan dimana bisa mengatakan sesuatu untuk menyenangkan orang yang ditemui. Di mata dan telinga orang lain, dia seolah ‘peri’ yang bisa memberikan kesenangan untuk semua orang. Setelah pulang ke rumah, istrinya menjadi tumpahan curahan hati dan kekesalannya terhadap segala sesuatu yang terjadi di kantor. Baginya bosnya dan bawahannya selalu penuntut dan tidak mau mengerti, dan terutama tidak tahu kalau dia sebenarnya hanya pura2 setuju. Hanya kepada orang2 tertentu dia juga menumpahkan kekesalannya terhadap situasi yang ‘mengharuskan’ dia menjadi orang baik.

Rina adalah seorang manager yang sangat berambisi untuk meraih popularitas dan posisi bagus. Dia pandai ‘menyenangkan bos’ dan punya definisi tersendiri mengenai apa yang seharusnya terjadi dan dilakukannya terhadap bawahannya. Dia punya definisi sendiri tentang apa yang disebut adil. Dia memperlakukan berbeda orang2 yang dianggap bisa memberikan apa yang dia inginkan. Setiap ada kesempatan untuk berbicara, terutama di forum yang dia tahu bisa mengangkat popularitasnya, dia akan angkat suara mengenai segala sesuatu yang menurut dia ‘seharusnya’ dilakukan perusahaannya untuk maju, bagaimana seorang pemimpin itu seharusnya, apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang manager yang baik, dan berbagai nasihat, petuah, masukan, dan sejenisnya, yang secara umum belum pernah dipraktekkannya sendiri. Dia pernah membaca di beberapa buku atau yang diingatnya dari beberapa seminar. Begitu balik ke pekerjaan sehari-hari, dia adalah Rina yang begitu kelihatannya bersih. Beberapa anak buahnya yang setiap hari menghadapinya, paham betul sikap tidak konsisten yang selalu diambil Rina. Beberapa sudah kehilangan respek. Beberapa rekan sesama manager yang peka juga bisa ‘membaca’ sikapnya dan menjulukinya sebagai apa yang kita kenal sebagai ‘penjilat’. Rina sadar betul situasi ini, tapi tidak peduli. Dia tahu masih banyak orang yang bisa ‘diyakini’ mengenai betapa hebatnya dia dan apa yang dia tahu mengenai apa yang seharusnya terjadi.

Dua contoh di atas adalah dimana sesuatu yang TIDAK KONGRUEN terjadi.

Di NLP, KONGRUEN terjadi saat apa yang kita pikirkan, rasakan, dan katakan, selaras.

Apa yang menjadi misi kita dalam hidup, values, kemampuan, dan perilaku kita, berada dalam satu alignment. Harmonis.

Pernah mendengar orang berkata kepada kita “kamu tidak terlihat yakin”, atau “Tadi kamu bilang lain, sekarang lain”, atau “Kamu bilang ke saya berbeda, dan kamu bilang ke dia berbeda”, atau “Kamu sepertinya sangat yakin dengan hal ini”. Itu adalah contoh2 sederhana bagaimana kita di-kalibrasi atau dianalisa orang dan di-judge dalam hal KONGRUENSI.

Kita menemukan banyak sekali kasus di kehidupan sehari-hari dimana orang tampak tidak konsisten, tidak menjaga integritas, plin-plan, tidak jujur, dan lain-lain.

Seberapapun percaya diri atau memaksakan untuk percaya diri, orang-orang yang TIDAK KONGRUEN tidak bisa menyembunyikan diri dari fisiologi mereka dan fakta2 yang ada dan bisa digali orang lain. Dalam banyak kasus, hanya dari bahasa tubuh dan ekspresi wajah, orang bisa terlihat langsung apakah mereka KONGRUEN atau tidak. Dalam level sensitifitas yang lebih tinggi, kita juga bisa ‘sense’ atau ‘merasakan’ sesuatu yang KONGRUEN atau TIDAK KONGRUEN dalam diri orang lain.

Dalam banyak kasus di tempat kerja, sikap TIDAK KONGRUEN datang dari orang-orang yang paling tidak puas dan happy dengan pekerjaannya atau posisinya. Mereka ingin melakukan atau mendapatkan sesuatu yang berbeda, tapi harus mengerjakan pekerjaan mereka sekarang. Mereka ‘belief’ atau percaya bahwa mereka seharusnya mendapatkan ‘lebih’ dalam hal bayaran atau posisi, tapi mereka harus menerima kenyataan sekarang. Dan yang lebih parah, kadang mereka dimarahi atau mendapatkan feedback buruk untuk sesuatu yang justru tidak mereka nikmati mengerjakannya. Sudah jatuh tertimpa tangga, begitu kata pepatah.

Apakah Anda sendiri KONGRUEN? Coba cek misi Anda dalam hidup, values dan beliefs Anda, kemampuan Anda, perilaku Anda, dan lingkungan Anda saat ini. Apakah semuanya berada dalam satu garis lurus? Apakah semuanya sesuai dengan apa yang Anda inginkan? Atau banyakkah yang harus Anda kompromikan? Semakin banyak dari hal-hal di atas yang tidak selaras, semakin besar pula kemungkinan Anda TIDAK KONGRUEN. Robert Dilts, sang pencipta konsep ‘Neurological Level’ menyebut ini sebagai ‘Neurological Level Alignment’.

Saat Anda KONGRUEN, Anda dapat berpikir, merasakan, berbicara dan melakukan berbagai hal tanpa sama sekali takut akan feedback negative dari orang lain. Karena Anda katakan dan lakukan hal-hal yang sesuai dengan misi Anda, sesuai dengan yang Anda percayai, dan sesuai dengan kemampuan Anda, di saat dan tempat yang sesuai.

Saat Anda KONGRUEN, Anda juga semakin peka akan KONGRUENSI orang lain.

So, salah satu pilihan sikap hari ini adalah memerikan KONGRUENSI Anda.

Cek kembali misi Anda, values dan beliefs Anda, kemampuan Anda, perilaku Anda, dan lingkungan Anda.

Lalu, pikirkan saat Anda telah mencapai KONGRUENSI, apa yang telah Anda lakukan untuk bisa menuju ke sana.


CONGRUENCE DOES MATTER!

Lakukan HARI INI. Lakukan SEKARANG.


by http://www.inspirasiindonesia.com

Walk Which Pathway?

Oleh: Hingdranata Nikolay

Langkah kita ke masa depan, perolehan kita di masa mendatang, terjadi secara bawah sadar.

Bagi yang mencoba untuk menyadari, seolah tahu akan menuju ke sebuah titik yang sudah diketahui sebagai perhentian.

Bagi yang mencoba untuk tidak memikirkan dan berkata pada diri sendiri untuk ‘just follow the flow”, tetap saja tahu menuju sebuah titik yang mempunyai pola yang sudah diketahui sebelumnya.

Entah mencoba menyembunyikan ketakutan akan kenyataan yang akan dihadapi, atau sekedar mencoba menghibur diri, kita hanya bisa berpura-pura tidak ingin memikirkan titik tersebut.

Tetapi, secara bawah sadar, kita terus melangkah ke titik tersebut. Tanpa perlawanan, tanpa intervensi. Kita semua tahu akan tiba di sana, cepat atau lambat!

Itu mungkin kabar buruknya, yangmana seolah kita semua punya sebuah jalan setapak yang harus kita lalui dalam hidup.

Kita semua seolah secara bawah sadar mempunyai system berpikir dan bersikap yang sudah terprogram dan mengikuti blue print yang sudah ada dalam diri kita.

Seolah-olah semuanya sudah tidak bisa kita hindari!

Kabar baiknya, persepsi kita adalah persepsi kita!

Semua yang kita lihat, dengar, dan rasakan, adalah persepsi kita.

Semua informasi yang masuk dan kita terjemahkan melalui kelima indera kita, proses filter informasi ini di pikiran kita, values dan beliefs kita, pengalaman kita, preferensi pribadi kita, semuanyalah yang membentuk perpepsi ini! Semuanyalah yang membentuk model dunia yang kita hidupi. Semuanyalah yang membuat program dan blue print tersebut!

Kita berpikir dan bersikap menurut model dunia kita!

Yang berarti bahwa kita punya peran dan control untuk merubah program dan blue print-nya!

Yang berarti bahwa jalan setapak yang sekarang sedang kita tempuh ternyata BUKAN SATU-SATUNYA JALAN!

Kita bisa membentuk jalan setapak baru menuju titik yang berbeda!

Kita hanya belum bisa melihatnya dan butuh inspirasi untuk bisa menemukannya!

Setiap kali kita menemukan sebuah inspirasi baru, ada modifikasi di program atau blueprint kita. Yang berarti ada perubahan secara bawah sadar.

Semakin besar pengaruh inspirasi, semakin besar pula modifikasinya.

Robert Dilts mengungkapkan pengaruh ini dalam 6 tingkatan neurological level, dari tingkat spiritual, identitas diri, beliefs, kemampuan, perilaku, sampai tingkat lingkungan.

Semakin tinggi tingkat di neurological levelnya, semakin luas pula pengaruhnya pada bawah sadar.

If you ask me, HOW THEN I CAN CHANGE MY CURRENT PROGRAM SO I CAN WALK DIFFERENT PATHWAY, I would simply answer like this:

Find yourself as many inspirations as possible! Read books, talk to people who you feel inspiring, join seminars, join communities, share your new findings, etc.

Anda mungkin tidak akan tergerak oleh semua insprasi yang Anda temui, tapi akan ada beberapa yang akan menggerakan pikiran Anda dan membuat Anda untuk berkata “A-Ha! This is it!”

Gunakan momentum itu untuk SEGERA meluaskan awareness Anda akan hal-hal yang berhubungan dengan apa yang baru saja menyadarkan Anda.

NEW PATHWAYS WILL THEN START TO BE FEASIBLE.

Pintu-pintu akan terbuka dan jalan-jalan akan terbentang!

At the end, it’s a CHOICE!

WE CHOOSE to walk on the ONLY PATHWAY we know, or CREATING MORE PATHWAYS for our selves and WALK THROUGH THE ONE WE REALLY WANT!

As, I’ve always said: MAKE YOUR CHOICE!

TODAY! RIGHT NOW!


by http://www.inspirasiindonesia.com




Expectation

Oleh: Hingdranata Nikolay

Apakah kita benar-benar bisa mencapai semua yang kita inginkan?

Anda membaca di kalimat-kalimat seminar yang dijual oleh pembicara-pembicara Motivasi bahwa ‘You can achieve everything that you want’ atau ‘Anda bisa mencapai apapun yang Anda mau!’

Katanya syaratnya adalah kemauan. Yang penting benar-benar menginginkannya.

Lalu pertanyaannya: berapa kali Anda benar-benar menginginkan sesuatu tapi pada akhirnya Anda tidak mendapatkannya?

Jadi, apakah slogan tersebut mempunyai kekuatan universal yang sama untuk setiap orang?

Saya membaca kembali beberapa artikel yang menggugah selera semalam mengenai bagaimana beberapa figur yang dengan determinasi luar biasanya mencapai hal-hal yang menurut orang lain pada awalnya tidak mungkin. Abraham Lincoln kalah sebanyak 23 dari 26 kali pemilihan, Edison melalap puluhan ribu eksperimen sebelum sukses dengan 1000 ciptaannya, Ford dan Honda yang harus bangkrut dahulu sebelum akhirnya sukses besar, bahkan sampai ke Joe Girard, sang salesman terbaik dunia, yang pada masa mudanya harus kelilit hutang dan berhutang $10 untuk membeli makanan untuk keluarganya pada saat berhasil menutup penjualan pertamanya, dan bahkan harus dipecat dari dealer mobil pertamanya, dan lain-lain.

Mereka adalah contoh-contoh orang-orang yang memang benar-benar menginginkan sesuatu dan mendapatkannya.

Tapi, apakah mereka bermodal kemauan saja?

Edison misalnya, saat dia ‘tahu’ atau bisa menduga bahwa sebuah penemuan baru sudah di ambang pintu, dia bisa menghabiskan 24 sampai 72 jam di workshopnya.

Setelah dipecat dari dealer mobil pertamanya, Joe Girard ‘tahu’ bahwa pelanggan mau membeli darinya dan bahwa dia bisa menjual mobil. Dalam karirnya dia menjual lebih dari 13 ribu mobil.

Buku Zig Ziglar ‘See You at the Top” ditolak oleh publisher, demikian pula dengan Jack Canfield dengan Chicken Soup-nya.

Pada publisher berkata bahwa buku itu tidak akan terjual.

But, they know better! Mereka ‘tahu’ bahwa buku mereka akan laris. Oleh karena itu mereka tetap menerbitkannya. The result speaks for itself.

Dari personal point of view, menurut saya kita tidak akan mendapatkan semua yang kita inginkan.

Akan tetapi, dengan berjalannya waktu, kita biasanya akan mendapatkan apa yang kita duga atau ‘tahu’ akan kita dapatkan.

You see, wanting something is not the same as expecting to get something.

Dan harap dicatat, ekspektasi untuk mendapatkan sesuatu tidak persis sama dengan mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu.

Kita bisa berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dan harapkan, dan begitu kesulitan datang, kita bisa mempunyai dugaan atau ekspektasi bahwa kita tidak akan bisa mendapatkannya. Bisa jadi selama kita melakukan, kita sudah ‘tahu’ bahwa kita tidak akan mencapainya.

Pernah berada dalam situasi di mana Anda benar-benar menginginkan sesuatu, tapi Anda tidak yakin berhasil? Dan setelah Anda mencoba dan tidak berhasil, Anda berkata “I knew it!” atau “Tuh, khan! Saya udah tahu nggak bisa!”

Kita bisa membentuk mental image dalam pikiran kita akan apa yang kita inginkan dan harapkan.

Yang membedakan adalah bahwa ekspektasi membentuk image apa yang kita tahu akan kita dapatkan.

Kedua hal di atas sangat berbeda.

Banyak orang menginginkan sesuatu tapi tidak mempunyai ekspektasi akan mendapatkannya.

Mereka menginginkan sebuah rumah, mengharapkan dengan sangat, lalu dalam pikiran mereka hanya bisa berkata “Ngapain menghayalkan sesuatu yang saya tahu saya tidak akan bisa mendapatkannya”.

Mereka menginginkan seseorang yang berparas cantik atau tampan untuk menjadi pasangannya, lalu dalam pikiran mereka berkata “Kayaknya dia bukan untuk saya”

Mereka ingin dan berharap mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus, tapi dalam hati mereka tahu bahwa mereka tidak akan bisa mendapatkannya.

Mereka ingin dan berharap untuk berhasil mencapai sales yang bagus, tapi mereka juga mempunyai dugaan bahwa itu akan sulit dicapai.

Saat Covey berbicara mengenai thinking with the end mind, lalu NLP berbicara mengenai well-formed outcome, Zig Ziglar berbicara mengenai seeing the reaching, Anthony Robbins berbicara mengenai outcome yang crystal clear, apakah mereka berbicara hanya mengenai kemauan atau juga ekspektasi akan apa yang akan didapatkan? You know the answer.

Kemauan akan sesuatu tanpa bisa mengasumsikan diri kita sudah memperolehnya (berekspektasi), bagai membuat goal tanpa Anda sendiri yakin bisa tercapai.

Pernah mendengar kisah mengenai Larry Bird (pemain basket NBA legendaries) dalam sebuah iklan minuman? Dalam iklan tersebut Larry seharusnya ‘sengaja’ miss dalam tembakannya.

Terjadi beberapa re-take karena alasan yang sangat sederhana; dalam tembakan yang seharusnya miss, justru masuk.

Mungkin banyak yang tahu bahwa ia adalah seorang penembak 3 angka terbaik pada jamannya.

Ia ingin tembakan tersebut miss, tapi setiap saat dirinya membuat tembakan tersebut, ia tahu dan mempunyai ekspektasi bahwa bolanya akan masuk! Dan masuklah bolanya.

Ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, tapi apa yang ia ekspektasikan!

Salah satu pilihan sikap hari ini, cek kembali apakah apa yang Anda inginkan sesuai dengan apa yang Anda tahu akan Anda dapatkan.

Apabila cocok, maka Anda punya kans besar untuk benar-benar mendapatkannya.

Apabila tidak, maka coba cek kembali apakah ada yang salah dengan apa yang Anda inginkan, atau ekspektasi Anda akan apa yang Anda inginkan.

TODAY, RIGHT NOW!


by http://www.inspirasiindonesia.com


ANCHOR Posisi

Oleh: Hingdranata Nikolay

Pernah duduk di sebuah tempat, ingin menyelesaikan sebuah masalah tapi solusi tidak kunjung datang?

Atau duduk di sebuah tempat berusaha memikirkan sebuah ide tapi tidak bisa kreatif?

Ini bisa jadi erat kaitannya dengan ANCHOR (trigger/pemicu terhadap sebuah pemikiran dan perilaku) Anda terhadap posisi duduk atau berdiri Anda, entah itu kursi kerja, ruangan, space, dll.

Bisa jadi, pada saat Anda berada di posisi tersebut, Anda sudah ter-ANCHOR untuk sebuah pola pikir dan perilaku tertentu, sehingga Anda sulit untuk memikirkan sesuatu yang berbeda.

Misalnya di kursi kerja Anda, yang setiap hari Anda lakukan adalah memeriksa keuangan, neraca, dan lain-lain.

Bahkan Anda pernah menghasilkan sebuah prestasi hebat dari tugas Anda tersebut di kursi tersebut.

Pada saat Anda diminta untuk mengkreasikan sesuatu, Anda bisa saja stuck.

Kursi Anda telah ter-asosiasikan dengan proses pemeriksaan, yang di NLP (Disney Strategy) dikenal sebagai posisi CRITICS.

Padahal untuk berkreasi Anda butuh ANCHOR kreatif, yakni posisi DREAMER dalam Disney Strategy.

Kalau sampai ini terjadi pada Anda, dimana Anda tahu bahwa sebuah posisi telah menyebabkan Anda ter-ANCHOR terhadap sebuah proses pemikiran, SESUAIKANLAH posisi Anda.

Pindahlah ke sebuah tempat atau posisi. Ini bisa saja Anda lakukan dengan sekedar berdiri menjauh dari kursi Anda sejenak untuk memperoleh pemikiran yang berbeda.

Kalau Anda sekedar berjalan-jalan atau yang menurut Anda cari angin, yang terjadi hanyalah BREAK STATE, atau pemutusan ANCHOR sementara.

Begitu Anda kembali duduk, ANCHOR-nya juga kembali, dan belum pasti bisa maksimal.

Jadi kalau Anda seringkali mengalami kesulitan berpikir dan berperilaku tertentu di sebuah posisi atau tempat duduk Anda, coba cek kembali, di posisi tersebut ANCHOR apa yang telah tercipta untuk Anda. Lalu pilihan sikap Anda adalah mempertimbangkan posisi yang berbeda untuk pola pikir berbeda.

Dalam Disney Strategy, ada 3 posisi, yakni DREAMER, REALIST, dan CRITICS. Di posisi berbeda, kita bisa memaksimalkan potensi berpikir masing-masing.

Einstein berkata bahwa sebuah masalah yang ditimbulkan dari sebuah proses berpikir tidak bisa diselesaikan dengan proses berpikir yang sama.

Karena itu kita sulit mencari solusi masalah dengan pola pikir yang sama dimana masalah itu timbul. Perlu pola berpikir yang berbeda.

ANCHOR tidak jauh berbeda dengan prinsip ini.

Di sebuah titik kita bisa begitu kreatif, tapi di titik yang sama kita sulit melihat kesalahan dari kreatifitas kita.

Di sebuah titik kita bisa begitu kritis, tapi di titik yang sama kita sulit maksimal dalam berkreasi.

Di sebuah titik dimana kita begitu terorganisir, sulit bagi kita untuk maksimal dalam berkreasi.

Di kursi kerja Anda, apakah ANCHOR yang telah tercipta untuk Anda?

So, pilihan sikap hari ini adalah memeriksa ANCHOR POSISI Anda dan menyesuaikan dengan keinginan berpikir dan berperilaku Anda.

Seperti pola pikir di NLP untuk FLEKSIBEL dan merubah pendekatan menuju HASIL AKHIR.

Do it TODAY. Do it NOW!


by http://www.inspirasiindonesia.com

Loving the Critics?

Oleh: Hingdranata Nikolay

Pernah mengucapkan atau mendengarkan orang lain mengucapkan kalimat seperti: “Itu ide yang bodoh”, “Mana mungkin itu bisa berhasil?”, “Tidak akan bisa berhasil”, “Kamu benar-benar tidak memahami hal ini”, “Kamu tidak peduli dengan orang lain”, dan sejenisnya?

Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat yang mewakili peran ‘CRITIC’ dalam NLP. Di NLP dikenal 3 peran, DREAMER, REALIST, dan CRITIC. Peran ini memainkan fungsi sesuai namanya. DREAMER adalah peran kreatif, pemimpi ide, out of the box, fantasi, dan sejenisnya. REALIST menempatkan segala sesuatunya di tempatnya, mengorganisir dan menjamin efektifitas. CRITICS bertanya apa yang salah dari ini, bagaimana menurut pendapat saya tentang ini, atau bagaimana kita membuatnya lebih berguna, atau efisien?

Peran CRITIC ini merupakan peran yang sulit diterima responnya, terutama apabila kurang mawas akan efek yang ditimbulkannya ke partner komunikasi, dan partner komunikasinya lebih memperhatikan perilakunya dibanding NIAT-nya. Dalam banyak kesempatan saat berkomunikasi, CRITIC melontarkan kalimat-kalimat yang hanya memaksa orang lain untuk setuju atau tidak setuju. Ini ‘seperti’ meminta partner komunikasi menjadi kawan atau lawan. Ini yang menyebabkan dalam melontarkan kata-kata dari peran CRITIC, kata-kata kita tersebut seringkali tidak disukai. Bayangkan orang berkata kepada Anda ‘Itu ide terbodoh yang pernah saya dengar’ atau ‘Kamu sudah gila yach?’.

Padahal, NIAT dibalik peran CRITIC ini sebenarnya POSITIF. Karena itu di NLP, anjurannya adalah pisahkan perilaku dari NIAT, dan NIAT adalah POSITIF.

Coba bayangkan saat kita melontarkan sebuah ide, yang bisa dipersepsikan sebagai pesan agar partner bicara saat itu berperan sebagai CRITIC untuk memberikan feedback terhadap ide tersebut, lalu dia langsung mengatakan bahwa ‘Itu tidak masuk akal!’. Ini menempatkan kita pada posisi ‘setuju’ atau ‘tidak setuju’ dengan pendapatnya tersebut. Yangmana, sedikit banyak membawa pesan ‘negatif’, bahkan seolah mengirimkan pesan bahwa yang mengungkapkan itu bodoh sekali, untuk bisa mengungkapkan sesuatu yang tidak masuk akal seperti itu. Dengan proses generalisasi yang kuat pengaruhnya di pikiran kita, apabila terjadi kedua atau ketigakalinya hal seperti ini, kesempatannya sangat kecil bagi kita untuk bahkan menyampaikan ide kita kepadanya di kemudian hari. Ini sebabnya orang dengan kecenderungan berperan sebagai CRITIC dalam banyak situasi, kurang disukai. Ekstrimnya, DREAMER dan CRITIC bukanlah peran yang bisa bersahabat dengan baik apabila tidak punya kemampuan komunikasi yang efektif.

Walau beroperasi dari sisi ‘mismatch’ atau ‘mencari’ yang salah, CRITIC sebetulnya bisa mendapatkan respon lebih positif dari partner bicaranya, apabila paham teknik komunikasi dan pola membingkai kalimat lebih efektif.

Kalau kita mau mundur sejenak dan memikirkan kira-kira apakah NIAT yang lebih tinggi dari sikap partner bicara tersebut dengan mengatakan demikian? Mungkin dia ingin agar kita tidak membuang waktu dengan ide yang menurutnya tidak bagus? Nah, di sini, NIAT-nya khan positif. Dia ingin Anda tidak buang waktu. Bagaimana apabila dia bisa menjawab dengan lebih efektif: “Saya melihatnya sebagai sesuatu yang sulit, bagaimana sampai kamu bisa yakin akan berhasil?” Yangmana lebih positif, fokus ke SOLUSI, dan tidak menyudutkan.

Salah satu cara terbaik untuk menjadi CRITIC adalah dengan berpikir dan berkata-kata dari SOLUTION FRAME, bukannya PROBLEM FRAME. Jadi, dibanding mengatakan ‘Ide itu bodoh sekali’; yangmana menempatkan fokus ke masalah dan menyerang partner bicara, seorang CRITIC bisa bertanya ‘bagaimana menurut kamu ide kami itu bisa efektif, karena menurut saya agak sulit’, lalu mengeksplorasi dan men-challenge secara positif idenya. Atau dibanding berkata ‘Itu khan bukan tugas saya?’, misalnya, kita dapat berkata ‘Mari kita lihat siapa orang yang paling tepat posisi dan perannya untuk mengerjakan ini’. Kedua contoh di atas menempatkan fokus CRITIC pada SOLUSI. Dan perhatikan bahwa kedua contohnya membawa NIAT positif, hanya saja dibingkai dengan kurang efektif. Dengan bingkai berbeda, yakni lebih ke solusi, peran CRITIC lebih bisa diterima.

Jadi, PILIHAN SIKAP hari ini, apabila Anda dalam posisi atau peran CRITIC, yang dimintai atau memberikan feedback, yang ingin mencari atau menemukan kekurangan dalam sebuah ide, Anda mempunyai PILIHAN untuk membingkai kata-kata yang lebih fokus ke SOLUSI. Apalagi, apabila selama ini Anda dikenal sebagai seorang dengan kecenderungan CRITIC yang lebih suka dijauhi.

Sedangkan apabila Anda cukup sering berada di ujung yang lain, yang sering menerima kata-kata berbau peran CRITIC, Anda sekarang tahu punya PILIHAN untuk melihat lebih dalam dan bertanya dahulu NIAT POSITIF apa dibalik kata-kata partner bicara, sebelum bereaksi.


by http://www.inspirasiindonesia.com

What You Resist, Persists!

Oleh: Hingdranata Nikolay

Seorang klien bertanya kepada saya kenapa dia tidak kunjung bisa melupakan mantan kekasih.

Dia ingin secepat mungkin ‘melupakan dia’ dan meneruskan hidupnya.

Setelah saya tanyakan apa yang dia ‘inginkan’, dia kembali mengungkapkan bahwa dia ingin ‘melupakan dia’.

Begitu kuatnya ke-‘tidakingin’-an dia tersebut, sampai saya yakin bahwa itulah alasan kuat dia tidak bisa mencapainya.

Dia terlalu fokus ke apa yang tidak diinginkan, bukan apa yang diinginkan.

Dengan demikian, image yang ada di pikirannya adalah ‘dia’, walaupun ada kata melupakan yang mengikutinya.

Pikiran kita lebih mudah memproses image yang sudah pernah tersimpan yang dipicu kembali oleh kata-kata daripada instruksi apapun mengenai image itu.

Begitu kita mengucapkan kata ‘melupakan dia’, ‘dia’-nya lah yang terus menerus diproses.

Semakin diucapkan, semakin sulit keluar dari pikiran.

Milton Erickson pernah didatangi oleh seorang ibu yang bertanya apakah jerawat bisa disembuhkan dengan hypnosis, karena semua obat sudah dicoba dan jerawat anaknya tetap bertumbuh begitu banyak.

Karena ibu dan anaknya tersebut hendak bepergian untuk berlibur musim dingin, Erickson hanya berpesan untuk tidak membawa cermin dalam bentuk apapun.

Bahkan apabila sampai di hotel, mereka agar menyingkirkan semua cermin yang ada dan cermin kecil di tas make up untuk Ibunya tidak perlu dibawa.

Ibu dan anaknya pun menikmati ski di pegunungan dan menuruti saran Erickson untuk menyingkirkan semua cermin.

Beberapa minggu kemudian Erickson menerima kabar bahwa jerawat anaknya sudah berhenti bertumbuh.

Maksud Erickson sederhana sekali, begitu kita berhenti fokus pada apa yang kita tidak inginkan, maka ia akan pergi.

WHAT YOU RESISTS, PERSISTS.

Setelah membaca cerita Erickson ini, saya jadi teringat saat saya masih dihujani jerawat dari masa SMA.

Semua obat saya pakai dari yang lembut sampai yang kasar, bahkan beberapa kali saya menderita iritasi kulit.

Suatu ketika saya lupa membawa obat jerawat saya, saat kampus mengadakan sebuah kegiatan di puncak.

Sekitar 2 malam menginap, dan saya sempat kuatir apa yang akan terjadi dengan wajah saya.

Saat itu adalah kegiatan perploncoan, dan semua mahasiswa baru, termasuk saya, begitu tegang dan terpaksa fokus ke acara.

Karena tidak membawa obat jerawat, setiap kali bercermin sehabis mandi, saya jadi ‘lupa’ memperhatikan bagaimana kabar jerawat2 saya.

Sekembalinya ke Jakarta, saya baru sadar, selama 2 malam tersebut, tidak ada satupun jerawat baru yang tumbuh!

Hari-hari berikutnya, saya menemukan bahwa saya tidak lagi punya masalah jerawat seperti yang sudah-sudah!

Saya sempat heran saat itu, dan tidak memahami ‘how’ itu bisa terjadi, sampai saya belajar NLP dan hypnosis.
Cerita Erickson ini menjelaskan saya bagaimana saya bisa sampai mempunyai wajah lebih sehat waktu itu.

WHAT YOU RESIST, PERSISTS.

Apa yang kita fokuskan akan bertumbuh semakin kuat!

Now I know, now you know.

Pilihan sikap hari ini adalah untuk cek kembali fokus Anda.

Termasuk apa yang selama ini coba untuk Anda ‘tolak’, ‘lupakan’, ‘ingin tinggalkan’, ‘ingin tidak dipikirkan’, dll.

Gantilah fokus untuk hasil yang lebih efektif.

Hari ini, sekarang juga!


by http://www.inspirasiindonesia.com

Ask Your Subconscious!

Oleh: Hingdranata Nikolay

Di kelas Master Praktisi NLP saya di Prince George, Kanada, beberapa waktu lalu, di sebuah sesi khusus dimana saya dan rekan-rekan kelas saling berlatih membimbing untuk berkomunikasi dengan bawah sadar, kami mengajukan 3 pertanyaan yang ingin kami ketahui tentang diri kami. Under hypnosis, kami masing-masing mengajukan 3 pertanyaan untuk diri sendiri. Ketiga pertanyaan tersebut sangat menggoda keingintahuan, dan pada state tersebut kami melepaskan kepada subconscious untuk mengambil alih dan berkomunikasi dengan segala hal yang ada di alam semesta.

Saat itu saya mengajukan tiga pertanyaan yang bersifat pribadi.

Saya memperoleh 3 jawaban. 1 bersifat keputusan yang akan saya ambil, 1 menyangkut apakah istri saya akan hamil lagi tahun ini, dan 1 lagi mengenai hasil pekerjaan saya.

Sampai saat itu, saya dan istri saya agak penasaran, karena kami sudah membuka pintu hampir 1 1/2 tahun untuk kehamilan berikut.

2 minggu lalu, hasil tes istri saya positif! Beberapa hari setelahnya, kami double-check ke dokter, dan hasilnya juga positif.

Saat hasil tes keluar, saya hanya berkata dalam hati sambil tersenyum “I knew it months ago!”

Dua jawaban saya masih harus menunggu tanggal mainnya. Karena jawabannya malah sangat spesifik!


Dalam sebuah kesempatan di Michigan State University, Milton Erickson dimintai untuk mendemonstrasikan hypnosis kepada sekelompok psikolog di Departemen Psikologi universitas tersebut.

Saat itu, Erickson diminta secara khusus untuk mendemonstrasikan mengenai ‘Automatic Writing’.

Dari beberapa sukarelawan yang mau dihipnotis, Erickson memilih seorang gadis bernama Peggy.

Peggy pun dibawa ke-trance. Dalam keadaan trance, Peggy menuliskan sesuatu di kertas. Melipatnya menjadi dua, lalu melipatnya lagi, lalu meletakkannya ke dalam tas tangannya.

Dia tidak sadar akan apa yang dilakukannya tersebut, tapi semua yang memperhatikannya tahu.

Erickson lalu mengembalikan dia lagi ke-trance, dan memberikan sugesti bahwa begitu dia bangun, dia akan menuliskan ‘Sebuah hari yang indah di bulan Juni’.

Demonstrasi ini di bulan April.

Dia pun menuliskannya. Dan setelah Erickson menunjukkan tulisan itu, dia mengatakan bahwa itu bukan tulisan tanggannya.

Teman-temannya pun mengkonfirmasikan itu bukan tulisan tangannya.

Setelah kejadian itu, di bulan September, Peggy menelepon Erickson dari Indiana. Dia mengatakan bahwa menemukan sebuah lipatan kertas di tasnya bertuliskan “Akankah saya menikah dengan Harold?” dan berpikir pasti Erickson ada hubungannya dengan kertas tersebut karena teringat ada sebuah demonstrasi yang dilakukan terhadap Peggy. Berikut percakapan mereka.

“Benar saya memberikan kuliah di universitas itu di bulan April. Apakah kamu bertunangan atau akan menikah dengan seseorang saat itu?” tanya Erickon.

“Ya. Saat itu saya bertunangan dengan Bill.”

“Apakah ada keraguan mengenai pertunanganan kamu waktu itu?”

“Tidak”

“Apakah kamu pernah ragu mengenai pertunanganan kamu dengan Bill?”

“Oh, Juni lalu saya dan Bill putus”

“Apa yang terjadi setelah itu”

“Oh, di Juli, saya menikah dengan seorang pria bernama Harold”

“Berapa lama kamu kenal Harold?”

Peggy menjelaskan bahwa dia hanya tahu Harold dari proses pandang-memandang, lalu berkenalan secara resmi di bulan Juli.

Lalu Erickson menjelaskan bahwa tulisan di lipatan kertas tersebut ditulisnya dalam keadaan trance.

Bahwa subconscious-nya tahu dia akan putus dengan Bill dan bahwa dia lebih tertarik pada Harold.

Alasan dia melipat dan menyimpannya adalah bawah sadarnya tahu saat itu dia belum siap menghadapi kenyataan harus putus dengan Bill.

Saya membantu beberapa klien dengan komunikasi bawah sadar seperti contoh-contoh di atas, dan hasilnya luar biasa.

Saat mereka dibawa kembali dari trance, mereka hanya bisa berkata “Kok selama ini saya tidak sadar akan hal itu yach?”

Banyak hal yang tersimpan rapi di subconscious, dan hanya apabila tidak ada blok emosi lain, hal tersebut bisa diangkat.

Ini sebuah pilihan sikap Anda. Dalam situasi seperti bingung, dilemma, atau sejenisnya, lakukan relaksasi.

Apabila Anda terbiasa dengan meditasi, lebih bagus lagi.

Dalam keadaan rileks tersebut, berkomunikasilah dengan diri Anda dan bila perlu bertanyalah.

Dalam keadaan rileks dan damai, subconscious bisa mengambil alih dan memberikan jawabannya.

Apabila Anda belum nyaman dengan proses seperti ini, carilah situasi nyaman dan rileks, lalu berdoalah dengan fokus mencari jawaban.

Yang Maha Kuasa, lewat subconscious level Anda akan memberikan jawaban.

Lewat kata-kata di mulut Anda, orang lain, lewat perilaku Anda, lewat kejadian yang Anda hadapi, lewat perasaan Anda, intuisi, jawaban yang Anda cari bisa muncul.

Semakin Anda terlatih melakukan ini, semakin Anda sensitif akan jawaban yang diberikan.

Kalau sulit melakukan sendiri, carilah bantuan ke professional yang bisa membantu.

ASK YOUR SUBCONSCIOUS!

TODAY! RIGHT NOW!


by http://www.inspirasiindonesia.com