Rabu, 15 Juli 2009

Congruence Matters!

Oleh: Hingdranata Nikolay

Andika adalah seorang manager yang selalu berusaha menjadi orang baik untuk siapa saja. Di depan bos dia menjadi bawahan yang baik dan seolah memberi jalan kepada setiap keputusan, dengan mengatakan bahwa keputusan itu baik, walaupun dia tidak setuju. Sementara di depan bawahannya, dia selalu menunjukkan sikap seolah ingin membahagiakan mereka dan kalau ada keputusan manajemen yang tidak bisa diterima bawahannya, dia akan mengambil sikap ‘itu pun sebenarnya saya tidak setuju tapi saya tidak bisa berbuat apa2’ Dia pandai melihat situasi dan bisa menentukan kapan dan dimana bisa mengatakan sesuatu untuk menyenangkan orang yang ditemui. Di mata dan telinga orang lain, dia seolah ‘peri’ yang bisa memberikan kesenangan untuk semua orang. Setelah pulang ke rumah, istrinya menjadi tumpahan curahan hati dan kekesalannya terhadap segala sesuatu yang terjadi di kantor. Baginya bosnya dan bawahannya selalu penuntut dan tidak mau mengerti, dan terutama tidak tahu kalau dia sebenarnya hanya pura2 setuju. Hanya kepada orang2 tertentu dia juga menumpahkan kekesalannya terhadap situasi yang ‘mengharuskan’ dia menjadi orang baik.

Rina adalah seorang manager yang sangat berambisi untuk meraih popularitas dan posisi bagus. Dia pandai ‘menyenangkan bos’ dan punya definisi tersendiri mengenai apa yang seharusnya terjadi dan dilakukannya terhadap bawahannya. Dia punya definisi sendiri tentang apa yang disebut adil. Dia memperlakukan berbeda orang2 yang dianggap bisa memberikan apa yang dia inginkan. Setiap ada kesempatan untuk berbicara, terutama di forum yang dia tahu bisa mengangkat popularitasnya, dia akan angkat suara mengenai segala sesuatu yang menurut dia ‘seharusnya’ dilakukan perusahaannya untuk maju, bagaimana seorang pemimpin itu seharusnya, apa yang seharusnya dilakukan sebagai seorang manager yang baik, dan berbagai nasihat, petuah, masukan, dan sejenisnya, yang secara umum belum pernah dipraktekkannya sendiri. Dia pernah membaca di beberapa buku atau yang diingatnya dari beberapa seminar. Begitu balik ke pekerjaan sehari-hari, dia adalah Rina yang begitu kelihatannya bersih. Beberapa anak buahnya yang setiap hari menghadapinya, paham betul sikap tidak konsisten yang selalu diambil Rina. Beberapa sudah kehilangan respek. Beberapa rekan sesama manager yang peka juga bisa ‘membaca’ sikapnya dan menjulukinya sebagai apa yang kita kenal sebagai ‘penjilat’. Rina sadar betul situasi ini, tapi tidak peduli. Dia tahu masih banyak orang yang bisa ‘diyakini’ mengenai betapa hebatnya dia dan apa yang dia tahu mengenai apa yang seharusnya terjadi.

Dua contoh di atas adalah dimana sesuatu yang TIDAK KONGRUEN terjadi.

Di NLP, KONGRUEN terjadi saat apa yang kita pikirkan, rasakan, dan katakan, selaras.

Apa yang menjadi misi kita dalam hidup, values, kemampuan, dan perilaku kita, berada dalam satu alignment. Harmonis.

Pernah mendengar orang berkata kepada kita “kamu tidak terlihat yakin”, atau “Tadi kamu bilang lain, sekarang lain”, atau “Kamu bilang ke saya berbeda, dan kamu bilang ke dia berbeda”, atau “Kamu sepertinya sangat yakin dengan hal ini”. Itu adalah contoh2 sederhana bagaimana kita di-kalibrasi atau dianalisa orang dan di-judge dalam hal KONGRUENSI.

Kita menemukan banyak sekali kasus di kehidupan sehari-hari dimana orang tampak tidak konsisten, tidak menjaga integritas, plin-plan, tidak jujur, dan lain-lain.

Seberapapun percaya diri atau memaksakan untuk percaya diri, orang-orang yang TIDAK KONGRUEN tidak bisa menyembunyikan diri dari fisiologi mereka dan fakta2 yang ada dan bisa digali orang lain. Dalam banyak kasus, hanya dari bahasa tubuh dan ekspresi wajah, orang bisa terlihat langsung apakah mereka KONGRUEN atau tidak. Dalam level sensitifitas yang lebih tinggi, kita juga bisa ‘sense’ atau ‘merasakan’ sesuatu yang KONGRUEN atau TIDAK KONGRUEN dalam diri orang lain.

Dalam banyak kasus di tempat kerja, sikap TIDAK KONGRUEN datang dari orang-orang yang paling tidak puas dan happy dengan pekerjaannya atau posisinya. Mereka ingin melakukan atau mendapatkan sesuatu yang berbeda, tapi harus mengerjakan pekerjaan mereka sekarang. Mereka ‘belief’ atau percaya bahwa mereka seharusnya mendapatkan ‘lebih’ dalam hal bayaran atau posisi, tapi mereka harus menerima kenyataan sekarang. Dan yang lebih parah, kadang mereka dimarahi atau mendapatkan feedback buruk untuk sesuatu yang justru tidak mereka nikmati mengerjakannya. Sudah jatuh tertimpa tangga, begitu kata pepatah.

Apakah Anda sendiri KONGRUEN? Coba cek misi Anda dalam hidup, values dan beliefs Anda, kemampuan Anda, perilaku Anda, dan lingkungan Anda saat ini. Apakah semuanya berada dalam satu garis lurus? Apakah semuanya sesuai dengan apa yang Anda inginkan? Atau banyakkah yang harus Anda kompromikan? Semakin banyak dari hal-hal di atas yang tidak selaras, semakin besar pula kemungkinan Anda TIDAK KONGRUEN. Robert Dilts, sang pencipta konsep ‘Neurological Level’ menyebut ini sebagai ‘Neurological Level Alignment’.

Saat Anda KONGRUEN, Anda dapat berpikir, merasakan, berbicara dan melakukan berbagai hal tanpa sama sekali takut akan feedback negative dari orang lain. Karena Anda katakan dan lakukan hal-hal yang sesuai dengan misi Anda, sesuai dengan yang Anda percayai, dan sesuai dengan kemampuan Anda, di saat dan tempat yang sesuai.

Saat Anda KONGRUEN, Anda juga semakin peka akan KONGRUENSI orang lain.

So, salah satu pilihan sikap hari ini adalah memerikan KONGRUENSI Anda.

Cek kembali misi Anda, values dan beliefs Anda, kemampuan Anda, perilaku Anda, dan lingkungan Anda.

Lalu, pikirkan saat Anda telah mencapai KONGRUENSI, apa yang telah Anda lakukan untuk bisa menuju ke sana.


CONGRUENCE DOES MATTER!

Lakukan HARI INI. Lakukan SEKARANG.


by http://www.inspirasiindonesia.com

0 komentar:

Posting Komentar