Minggu, 28 Juni 2009

Bertindak Efektif


Semut merupakan binatang yang diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dalam Surat An-Naml (semut). Allah menyebut dalam surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut. Semut ádalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin. Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut sebagai bagian yang harus dicontoh oleh manusia. Semut juga mempunyai kemampuan bekerjasama dengan binatang lain, salah satunya adalah kutu daun.

Jenis semut dan kutu daun tertentu memiliki hubungan yang disebut simbiosis. Dalam simbiosis, binatang berbeda jenisnya saling membantu. Kutu daun merupakan serangga kecil yang bergerak lamban, hidup pada tumbuh-tumbuhan dan memakan nektar. Nektar itu dihisap dari batang pohon dengan mulutnya yang tajam dan panjang. Sewaktu dicerna, nektar berubah menjadi bahan manis yang disebut embun madu. Bahan ini kemudian dikeluarkan oleh kutu melalui organ yang disebut kornikula. Embun madu ini makanan kegemaran semut merah, yang memakan sebanyak yang dapat dihasilkan oleh kutu daun itu. Dengan memelihara ternak kutu daun, semut memiliki cadangan yang selalu siap sedia.

Untuk melindungi cadangan embun madunya, semut sangat memperhatikan kutu daun miliknya. Misalnya, semut memindahkan kutu itu ke tempat yang banyak nektarnya, dan apabila wilayah pencarian makanan itu menjadi terlalu padat, semut akan memindahkan kutu itu ke wilayah yang lebih longgar. Semut juga menyerang setiap serangga yang mencoba memakan kutu daun itu, sekalipun si penyerang mungkin jauh lebih besar daripada semut itu sendiri. Ilmuwan belum memperoleh kepastian kapan atau bagaimana hubungan istimewa ini dimulai. Akan tetapi, dengan ditemukannya semut serta kutu daun yang telah menjadi fosil bersama-sama, terbukti bahwa dua jenis serangga ini telah saling membantu sekurang-kurangnya sejak 30 juta tahun yang lampau.

Kisah semut dan kutu daun tersebut, menurut Stephen R. Covey disebut efektivitas, yang merupakan keseimbangan antara produksi dan kemampuan produksi. Produksi merupakan hasil yang dinginkan, yaitu embun madu. Sedangkan kemampuan produksi adalah kemampuan atau aset yang menghasilkan embun madu, yaitu kutu daun. Semut berusaha untuk memelihara dan menjaga kutu daun sebaik-baik, agar kutu daun tersebut tetap menghasilkan embut madu. Semut melakukan tindakan yang efektif.

Dalam bisnis, sering kita mencari keuntungan atau hasil jangka pendek dengan merusak kemampuan produksi atau aset fisik, misalnya mobil, komputer, telepon, fax, bahkan tubuh kita atau lingkungan kita. Kita jarang memelihara atau merawat mobil, komputer, telepon dan fax. Setelah aset tersebut rusak, maka kita baru sadar bahwa aset tersebut merupakan aset kunci. Biaya untuk memperbaiki aset tersebut jauh lebih mahal daripada memelihara aset tersebut secara rutin. Maka kita telah melakukan hal yang tidak efektif.

Kita juga sering berbicara tentang pelayanan pelanggan. Kita sering mengabaikan orang yang berurusan dengan pelanggan, yaitu karyawan. Sehingga kita baru sadar setelah sedikit demi sedikit pelanggan meninggalkan kita. Kepercayaan dan loyalitasnya kepada kita hilang. Biasanya justru kita menyalahkan karyawan. Itulah tindakan yang tidak efektif. Kalau kita ingin karyawan kita memperlakukan pelanggan dengan baik, maka kita juga harus memperlakukan karyawan seperti pelanggan kita. ”Anda dapat membeli tangan seseorang, tetapi tidak pernah dapat membeli hatinya. Hatinya adalah tempat berada antusiasmenya, loyalitasnya. Anda dapat membeli punggungnya, tetapi tidak dapat membeli otaknya. Itulah tempat kreativitasnya, kecerdasannya, akalnya. ” kata Stephen R. Covey. Untuk bertidak efektif ternyata kita harus belajar kepada semut dan kutu daun.star

0 komentar:

Posting Komentar