Rabu, 15 Juli 2009

Expectation

Oleh: Hingdranata Nikolay

Apakah kita benar-benar bisa mencapai semua yang kita inginkan?

Anda membaca di kalimat-kalimat seminar yang dijual oleh pembicara-pembicara Motivasi bahwa ‘You can achieve everything that you want’ atau ‘Anda bisa mencapai apapun yang Anda mau!’

Katanya syaratnya adalah kemauan. Yang penting benar-benar menginginkannya.

Lalu pertanyaannya: berapa kali Anda benar-benar menginginkan sesuatu tapi pada akhirnya Anda tidak mendapatkannya?

Jadi, apakah slogan tersebut mempunyai kekuatan universal yang sama untuk setiap orang?

Saya membaca kembali beberapa artikel yang menggugah selera semalam mengenai bagaimana beberapa figur yang dengan determinasi luar biasanya mencapai hal-hal yang menurut orang lain pada awalnya tidak mungkin. Abraham Lincoln kalah sebanyak 23 dari 26 kali pemilihan, Edison melalap puluhan ribu eksperimen sebelum sukses dengan 1000 ciptaannya, Ford dan Honda yang harus bangkrut dahulu sebelum akhirnya sukses besar, bahkan sampai ke Joe Girard, sang salesman terbaik dunia, yang pada masa mudanya harus kelilit hutang dan berhutang $10 untuk membeli makanan untuk keluarganya pada saat berhasil menutup penjualan pertamanya, dan bahkan harus dipecat dari dealer mobil pertamanya, dan lain-lain.

Mereka adalah contoh-contoh orang-orang yang memang benar-benar menginginkan sesuatu dan mendapatkannya.

Tapi, apakah mereka bermodal kemauan saja?

Edison misalnya, saat dia ‘tahu’ atau bisa menduga bahwa sebuah penemuan baru sudah di ambang pintu, dia bisa menghabiskan 24 sampai 72 jam di workshopnya.

Setelah dipecat dari dealer mobil pertamanya, Joe Girard ‘tahu’ bahwa pelanggan mau membeli darinya dan bahwa dia bisa menjual mobil. Dalam karirnya dia menjual lebih dari 13 ribu mobil.

Buku Zig Ziglar ‘See You at the Top” ditolak oleh publisher, demikian pula dengan Jack Canfield dengan Chicken Soup-nya.

Pada publisher berkata bahwa buku itu tidak akan terjual.

But, they know better! Mereka ‘tahu’ bahwa buku mereka akan laris. Oleh karena itu mereka tetap menerbitkannya. The result speaks for itself.

Dari personal point of view, menurut saya kita tidak akan mendapatkan semua yang kita inginkan.

Akan tetapi, dengan berjalannya waktu, kita biasanya akan mendapatkan apa yang kita duga atau ‘tahu’ akan kita dapatkan.

You see, wanting something is not the same as expecting to get something.

Dan harap dicatat, ekspektasi untuk mendapatkan sesuatu tidak persis sama dengan mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu.

Kita bisa berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dan harapkan, dan begitu kesulitan datang, kita bisa mempunyai dugaan atau ekspektasi bahwa kita tidak akan bisa mendapatkannya. Bisa jadi selama kita melakukan, kita sudah ‘tahu’ bahwa kita tidak akan mencapainya.

Pernah berada dalam situasi di mana Anda benar-benar menginginkan sesuatu, tapi Anda tidak yakin berhasil? Dan setelah Anda mencoba dan tidak berhasil, Anda berkata “I knew it!” atau “Tuh, khan! Saya udah tahu nggak bisa!”

Kita bisa membentuk mental image dalam pikiran kita akan apa yang kita inginkan dan harapkan.

Yang membedakan adalah bahwa ekspektasi membentuk image apa yang kita tahu akan kita dapatkan.

Kedua hal di atas sangat berbeda.

Banyak orang menginginkan sesuatu tapi tidak mempunyai ekspektasi akan mendapatkannya.

Mereka menginginkan sebuah rumah, mengharapkan dengan sangat, lalu dalam pikiran mereka hanya bisa berkata “Ngapain menghayalkan sesuatu yang saya tahu saya tidak akan bisa mendapatkannya”.

Mereka menginginkan seseorang yang berparas cantik atau tampan untuk menjadi pasangannya, lalu dalam pikiran mereka berkata “Kayaknya dia bukan untuk saya”

Mereka ingin dan berharap mendapatkan sebuah pekerjaan yang bagus, tapi dalam hati mereka tahu bahwa mereka tidak akan bisa mendapatkannya.

Mereka ingin dan berharap untuk berhasil mencapai sales yang bagus, tapi mereka juga mempunyai dugaan bahwa itu akan sulit dicapai.

Saat Covey berbicara mengenai thinking with the end mind, lalu NLP berbicara mengenai well-formed outcome, Zig Ziglar berbicara mengenai seeing the reaching, Anthony Robbins berbicara mengenai outcome yang crystal clear, apakah mereka berbicara hanya mengenai kemauan atau juga ekspektasi akan apa yang akan didapatkan? You know the answer.

Kemauan akan sesuatu tanpa bisa mengasumsikan diri kita sudah memperolehnya (berekspektasi), bagai membuat goal tanpa Anda sendiri yakin bisa tercapai.

Pernah mendengar kisah mengenai Larry Bird (pemain basket NBA legendaries) dalam sebuah iklan minuman? Dalam iklan tersebut Larry seharusnya ‘sengaja’ miss dalam tembakannya.

Terjadi beberapa re-take karena alasan yang sangat sederhana; dalam tembakan yang seharusnya miss, justru masuk.

Mungkin banyak yang tahu bahwa ia adalah seorang penembak 3 angka terbaik pada jamannya.

Ia ingin tembakan tersebut miss, tapi setiap saat dirinya membuat tembakan tersebut, ia tahu dan mempunyai ekspektasi bahwa bolanya akan masuk! Dan masuklah bolanya.

Ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, tapi apa yang ia ekspektasikan!

Salah satu pilihan sikap hari ini, cek kembali apakah apa yang Anda inginkan sesuai dengan apa yang Anda tahu akan Anda dapatkan.

Apabila cocok, maka Anda punya kans besar untuk benar-benar mendapatkannya.

Apabila tidak, maka coba cek kembali apakah ada yang salah dengan apa yang Anda inginkan, atau ekspektasi Anda akan apa yang Anda inginkan.

TODAY, RIGHT NOW!


by http://www.inspirasiindonesia.com


0 komentar:

Posting Komentar